MEDAN- Masyarakat akhirnya menyadari bahwa, hoax 7 kontainer surat suara Pilpres di Pelabuhan Tanjung Priok adalah untuk mengalihkan isu test membaca Al Qur’an bagi Capres-Cawapres yang akan di selenggarakan oleh Ikatan Dai Aceh. Padahal test membaca Al Qur’an oleh Ikatan Dai Aceh akan membongkar Hoax yang lebih besar lagi. Hal ini disampaikan oleh Ketua PKNU Sumatera Utara Muhammad Ikhyar Velayati Harahap, SH pada Bergelora.com. Sabtu (5/1).
“Jangan lupa, bagi masyarakat terutama umat Islam yang akan memilih pada Pemilu 2019 ini, hoax terbesar itu ketika seorang pemimpin mengakui beragama Islam tetapi tidak bisa membaca Al Qur’an dan tidak bisa sholat sendiri,“ ujarnya.
Isu hoax 7 kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok yang berisi surat suara tercoblos sebenarnya hanya untuk mengalihkan isu test membaca Al Qur’an yang massif beredar di masyarakat Islam di Indonesia, khususnya rakyat Aceh dan Seluruh Sumatera.
“Pengalihan isu ini bertujuan agar elektabilitas salah satu capres tidak tergerus di kalangan umat islam. Padahal setelah test Baca Qur’an masyarakat akan menghadapi pukulan hoax yang lebih besar lagi,“ jelasnya.
Menurut Ikhyar, bagi umat Islam kemampuan membaca Al Qur’an dan tata cara sholat merupakan syarat wajib dan referensi utama dalam memilih calon presiden dan wakil presiden nantinya.
“Kemampuan membaca Al Qur’an dan pengetahuan tata cara sholat wajib beserta bacaannya merupakan hal yang mendasar bagi penganut Islam. Antusias umat islam terhadap test baca Al Qur’an merupakan momentum bagi umat Islam untutk mengetahui pengetahuan dan kadar keislaman seorang pemimpin. Apalagi salah seorang capres direkomendasikan oleh Ijtimah Ulama yang begitu sakral. Tim Prabowo harus segera menjawab tegas karena TKN dan Jokowi sudah menyanggupi dan menyerahkan tehnisnya ke KPU,“ katanya.
Ikhyar menyarankan Capres Prabowo harus menjawab segera dan tegas agar elektabilitasnya tidak tergerus.
“Prabowo harus segera menjawab isu ini, jika tidak konstituen islam akan curiga terhadap keislaman Prabowo dan ini akan menggerus elektabilitasnya. Jika jawaban Prabowo atau timnya mutar-mutar justru akan dianggap sebagai penolakan oleh umat islam,“ jelas Ikhyar. (Jamilah)