KUDUS- LIONEL Messi dan Cristiano Ronaldo bukanlah Tuhan. Tapi, dua pemuda di Nigeria, Michael dan Chukwuma, membelanya seperti agama. Dan salah satu dari mereka harus mati karena debat.
Ini hadiah ulang tahun paling spesial sepanjang perayaan ultah tahun 2018. Pesta ulang tahun Michael yang ke-34 berakhir dengan kartu penolakan doa untuk panjang umurnya. Chukwuma, sahabatnya, menikam leher Michael dengan pecahan gelas yang baru saja mereka pakai untuk mereguk alkohol di pesta penuh debat itu.
Perdebatan saling membela bintang sepak bola telah mengakhiri nyawa manusia tanpa “tuhan” Messi dan Ronaldo tahu. Kado ulang tahun terburuk bagi pesohor yang sudah dibela setinggi tuhan. Sekaligus reputasi “tuhan” terburuk sepanjang sejarah teologi sampai sebagai “tuhan” mereka tak tahu apa yang diperbuat umatnya.
Di halaman sosial media di Indonesia hari ini, para pembela ramai memosting tema debat dua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019-2024. Sebagian pembela berdebat seperti membela agama. Seluruh “kehendak” dan “sifat” Tuhan dipersonifikasikan kepada kedua paslon laksana mereka hadir di Indonesia mewakili-Nya.
Tapi, yang diminta diukur oleh para pembela adalah kemampuan lidah mereka mengucapkan kefasihan Kalimat Tuhan. Bukan kefasihan menjalankan keadilan yang tersembunyi di balik Kalimat itu.
Sudahlah. Kalender 17 Januari telah berlalu. Masih ada empat debat lagi yang akan dilombakan untuk memperingati hari ulang tahun kepemimpinan presiden sampai jelang puncak perayaan 17 April 2019, nanti.
Semoga tidak ada Michael di sini, dan tak jua satu dari mereka harus mati karena debat. Sebab, kematian akal bisa meruncingkan ujung lidah dan mempersenjatai kata-kata untuk menghunus dan saling membunuh. Di sosial media awalnya, berkopi darat kemudian. Tidak. Indonesia tidak begitu! (Hassan Aoni)
