Jumat, 19 April 2024

Nah..! Panglima TNI : Jangan Ikuti Ulama Yang Ingin Perpecahan

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan 5.000 Prajurit TNI, Polri, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat serta 1.000 Anak Yatim Piatu saat melaksanakan Safari Ramadhan di Lapangan Benteng, Jalan Candi Mendut, Medan, Sumatera Utara, Sabtu malam (17/6). (Ist)

TARAKAN – Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengingatkan kepada seluruh prajurit TNI dan komponen bangsa agar tidak mengikuti ulama yang menginginkan agar bangsa Indonesia mengalami perpecahan.

“Kalau ada yang mencoba pecah belah bangsa dan mencaci maki dengan berpakaian ulama, pasti bukan ulama. Oleh karenanya, jangan diikuti,” kata Panglima TNI saat berbuka puasa bersama dengan Muspida Kota Tarakan dan 1.000 anak yatim serta 4000 prajurit di Islamic Center Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu 18/6).

Meskipun, lanjut dia, orang itu merupakan kiai atau ulama, namun bila menginginkan adanya perpecahan di Indonesia berarti orang itu bukan orang Islam asal Indonesia atau orang Indonesia yang belajar Islam di luar negeri.

“Jadi, kalau ada orang bersorban mengaku ulama atau kiai, tetapi berbicaara soal memecah belah bangsa, bukan kiai dari Indonesia atau orang tersebut belajar Islam dari luar negeri,” kata,” katanya.

Umat Islam atau kiai asal Indonesia tidak menginginkan adanya perpecahan dalam bangsa ini, bahkan para ulama dan kiai bersama rakyat bersama-sama merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

“Sejarah kemerdekaan, bahwa yang memerdekan Indonesia bukan TNI. Yang berjuang untuk kemerdekaan adalah rakyat Indonesia, yang mayoritas muslim. Kalau ada yang ingin pecah belah bangsa, apalagi ingin merusak Pancasila berarti ulama palsu. Dalam hadits disebutkan, seorang mukmin tida boleh mencaci maki dan mengadu domba,” ucap Panglima TNI.

Sebelumnya Panglima TNI menegaskan bahwa Ulama Indonesia dalam sejarahnya adalah pemersatu bangsa, namun apabila ada orang yang berpakaian seperti ulama tetapi memecah belah bangsa atau memakai nama apapun juga untuk menyudutkan agama lain itu pasti bukan Ulama Indonesia, mengapa demikian karena di dunia ini hanya tinggal Indonesialah agama terbesar berpenduduk muslim yang masih menunjukan muslim yang Rahmatan Lil Alamin.

Hal ini  disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan 5.000 Prajurit TNI, Polri, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat serta 1.000 Anak Yatim Piatu saat melaksanakan Safari Ramadhan di Lapangan Benteng, Jalan Candi Mendut, Medan, Sumatera Utara, Sabtu malam (17/6).

Panglima TNI menjelaskan bahwa mayoritas (90%) penduduk Indonesia adalah muslim yang dipimpin oleh para Ulama. Sejarah kemerdekaan bangsa ini dilandasi dengan semangat persatuan  kesatuan dan gotong royong para ulama dan tokoh agama lainnya.

“Setelah merdeka, sebagian ulama dan santri kembali ke pesantren, tetapi ada juga yang tetap mengabdi dalam perjuangan bersenjata untuk mengamankan kemerdekaan yang diraih dengan membentuk badan keamanan rakyat. Bahkan Panglima pertama TNI Jenderal Sudirman adalah seorang guru agama dan seorang Kyai, maka di dalam TNI pasti mengalir darah Islam. Jadi, Ulama  dengan TNI tidak bisa dipisahkan karena latar belakang sejarah merebut dan mempertahankan kemerdekaan,” ungkap Panglima TNI.

Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa persatuan memiliki arti penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang sebelumnya dilakukan secara kedaerahan.

“Meskipun bangsa kita sudah berjuang selama ratusan tahun untuk meraih kemerdekaan mulai dari Aceh, Sumatera Utara terus sampai Pattimura, namun kemerdekaan tidak terwujud karena masih bersifat kedaerahan. Menyadari hal itu, maka pada tahun 1928 semua anak bangsa bersatu tanpa melihat Suku, Agama, Ras, Bahasa, semuanya mengaku bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu Indonesia. Inilah awal dari perjuangan panjang menyatukan bangsa ini, sehingga dengan gotong royong hanya perlu 17 tahun bangsa ini dapat Merdeka,” terang Panglima TNI.

Panglima TNI mengatakan bahwa Pancasila  merupakan hadiah dari para pendiri  bangsa termasuk umat muslim kepada Indonesia karena Sila Pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa bangsa ini didirikan oleh bangsa yang beragama.

“Ini yang benar-benar harus kita jaga dan rawat  bersama. Yang merawat Bhinekaan Tunggal Ika dan Pancasila adalah yang menghadiahkan Pancasila kepada Indonesia, yaitu para alim Ulama dan para tokoh agama lainnya.  Sekali lagi, saya katakan bahwa para ulama  ikut bertanggung jawab merawat ini semuanya,” jelas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, turut hadir pada acara tersebut antara lain, Gubernur Sumatera Utara, Pangkostrad, para Asisten Panglima TNI, Pangdam I/BB, Kapuspen TNI, Kapolda Sumatera Utara, para Bupati dan Walikota Provinsi Sumatera Utara.

Ancaman Rizieq

Sementara itu Rizieq Shihab tampaknya benar-benar tidak berani pulang ke Indonesia untuk mempertanggung-jawabkan kasus-kasus hukumnya. Dia kini menyuarakan ancaman pada pemerintah Indonesia. Ia meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan ‘rekonsiliasi’ dengan ulama. Bila itu tidak dilakukan, maka pilihannya adalah revolusi. Hal ini disampaikan Ade Armado dari Universitas Indonesia Jakarta dalam editorial www.madinaonline.id

Ancaman itu disampaikan Rizieq melalui pembicaraan telepon yang diperdengarkan kepada peserta diskusi tentang tuduhan chat mesum Rizieq yang diselenggarakan di Hotel Balairung, Matraman, Jakarta Pusat (16/6).

“Jadi sekarang pilihannya ada di hadapan pemerintah: rekonsiliasi  atau revolusi,” kata Rizieq saat itu.

Menurut Ade Armado, Ancaman Rizieq ini jelas menunjukkan niat Rizieq untuk menghindar dari kewajiban mempertanggungjawabkan perilakunya di Indonesia. Menurut catatan, ada sejumlah perkara hukum yang menunggu Rizieq di Indonesia: chat mesum  dengan Firza, penghinaan terhadap Bung Karno, penghinaan terhadap agama Kristen, penghinaan terhadap budaya Sunda, penghinaan terhadap profesi Hansip, penguasaan tanah secara tidak sah di mega Mendung, dan fitnah tentang gambar palu arit di dalam mata uang rupiah baru.

“Dalam kasus chat mesum dengan Firza dan penghinaan Soekarno, status Rizieq sudah dinaikkan menjadi tersangka. Nampaknya, Rizieq tidak cukup berani untuk menjalani proses hukum itu,” katanya. (Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H./Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru