Kamis, 18 April 2024

Obituari M. Yamin, Meninggalkan Gerak Yang Akan Terus Meluas

Ketua Umum SekNas Jokowi, Muhammad Yamin, SH. (Ist)

Ketua Umum Organisasi Relawan, Seknas Jokowi M. Yamin berpulang 22 Maret 2019 Siang di Cirebon saat sedang melakukan pengorganisiran dukungan pemenangan Jokowi-Ma’aruf dalam Pilpres 2019. Maria Pakpahan dari Edinburgh, –yang saat ini aktif sebagai Koordinator Pemenangan 01 Jokowi-Ma’aruf di Inggris,– menulis untuk mengenang perjuangan Kawan Yamin,– dan dimuat di Bergelora.com (Redaksi)

Oleh: Maria Pakpahan

YAMIN adalah sosok yang ‘rare’,– jarang dalam dunia gerakan mahasiswa dan politik. Yamin bisa memprovokasi namun ia paham agitasi dan provokasi tidak selalu membuahkan hasil yang diharapkan. Sebagai politisi Yamin melihat dalam framework long range, marathon, bukan sprint.

Perjuangan Yamin cukup panjang sudah. Yamin mempelopori pembelaan rakyat yang digusur oleh proyek bendungan Kedung Ombo di Jawa Tengah dalam sebuah komite aksi yang dikenal saat itu dengan nama KSKPKO (Komite Solidaritas Korban Penggusuran Kedung Ombo) di pertengahan tahun 1980-an. Terakhir Yamin ikut mengantar Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menjadi ke RI 1 lewat SekNas Jokowi pada tahun 2014. Yamin menghembuskan nafas terakhir ketika sedang berjuang untuk memenangkan kembali Joko Widodo sebagai Presiden untuk kedua kalinya.

Yamin percaya prinsip perlu dijaga, namun tidak dogmatik dan karenanya bisa flexible dan kompromi. Mungkin karena Yamin mencintai art,–mulai dari lukisan hingga keindahan alam.

Kawan Yamin, seorang yang loyal dan royal pada teman,– kombinasi yang membuatnya diterima banyak pihak. Seorang egalitarian yang tahu bahwa mobil misalnya hanya alat transport untuk memindahkan orang/obyek dari titik A ke titik Z. Bukan berarti Yamin tidak paham bahwa mobil bisa jadi simbol, sebuah status. Dia paham itu, makanya dia pilih yang nyaman jika ada.

Namun saat seorang teman membutuhkan mobilnya dipakai bahkan dengan supirnya sekaligus, Yamin tidak sampai dua detik langsung mengiyakan walaupun berarti dirinya sendiri tanpa mobil dan entah kapan mobil akan kembali (ever)  tapi dia percaya dan tahu kawan lebih penting daripada mobil.

Saya merasa nyaman ngobrol, berdebat bahkan ribut dengan Yamin karena menyadari ia sosok yang humoris bahkan bisa dibilang jail. Banyak kenangan dari jaman mahasiswa di Yogya karena saya sedikit dari anak UGM yang kerap bermain bahkan menginap di rumah Rode. Saat itu bisa dibilang ada rivalitas sehat antara aktivis-aktivis  UGM dengan Rode UII. Saya tidak mau baperan dengan rivalitas ini.

Tahun 1988-1991 saya aktif di UGM dan juga di Rode. Ada FKMY (Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta) dan FDPY (Forum Diskusi Perempuan Yogyakarta) yang menjadi katalisator berbagai aktivis mahasiswa dan aktivis feminist di Yogya saat itu. Yamin tidak pernah sekalipun menanyakan ‘loyalitas’ seorang kawan. Dia paham betul,–in long game, marathon tindakan dan orientasi yang perlu dijaga,–bukan hujatan atau hambluran kata-kata.

Saya salah satu deklarator dan kampanye Jokowi-JK di Inggris dalam Pemilu 2014 di kota Nottingham sampai Edinburgh. Dalam Pemilu 2019 ini kembali bersama SekNas Jokowi saya mendapat tugas sebagai Koordinator Pemenangan 01 Jokowi-Maaruf di Inggris. Kampanye, koordinasi, nonton bareng, debat dilakukan di  London, Edinburgh dan York. Semua dilakukan dengan upaya masing. Yamin mudah dihubungi dan cepat merespon. Terakhir saya lihat dia intens ke pembuatan film Taufik Kiemas.

Disini kami juga sedang mencoba membuat kemungkinan Bajaj buat kampanye 01. Saya sendiri sebenarnya mau mendiskusikan bagaimana jika memakai bis kota No 01. Ini upaya kampanye di London, setelah ada seorang teman di London mencoba dan sukses. Namun TKN (Tim Kampanye Nasional) tidak merespon ide bis ini. Saya berniat mendiskusikan ini dengan Yamin, setelah acara Yogya SATUkan Indonesia, besok.

Tapi, Yamin telah meninggalkan kita semua. Meminjam kata-kata Terry Pratchett, ‘No one is actually dead until the ripples they cause in the world die away’. Mohammad Yamin meninggalkan gerak air yang akan terus meluas, berkembang, menyapa manusia disekelilingnya, menunjukkan sosialisme yang sesungguhnya punya akar dan berbuah di Indonesia. Semoga keluarga yang ditinggalkan, Neni, Billy dan Nadine saling menjaga dan kuat dalam masa duka ini. Kalian bagian dari keluarga gerakan, selalu and will be.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru