Jumat, 29 Maret 2024

Beijing On Trump’s Trade War: Berunding Boleh! Berantem Kapan Aja!

Presiden Republik Rakyat China, Xi Jin Ping. (Ist)

Menanggapi tulisan di Bergelora.com dari Ivan Sharon dari Washington Amerika Serikat, Gou Feng Xiang, seorang pengajar di Universitas Beijing memberikan pandangan dari China, tentang posisi Beijing terhadap Trade War Trump terhadap China. Tulisan ini diharap membuka mata pembaca Bergelora.com di Indonesia (Redaksi)

Oleh: Gou Feng Xiang

DALAM wawancara dgn Ren Zhengfei, Chairman Huawei, ia menjelaskan masa depan dunia yang multipolar, bukan lagi ditangan Amerika Serikat. Karena itulah dia tidak masalah tidak diijinkan masuk Amerika Serikat.

Masa depan dunia ada sudah dipastikan ada ditangan China, India, Indonesia, Afrika, dan lainnya, negeri ngeri yang memiliki populasi besar. Hanya satu hal yang membuat membuat China tidak suka decoupling oleh Amerika. Yaitu, decoupling ekonomi dengan membuat resiko perang nyata semakin besar, karena masing-masing menjadi nothing to lose. Justru ini yang benar-benar harus diperhatikan, jangan membuat resiko perang membesar.

Saya sendiri juga suka kalau negosiasi dagang ini gagal. Supaya investasi China keluar dan bagi-bagi rejeki ke negara-negara tetangga. Semoga Indonesia juga dapat banyak. Ini bagus untuk kawasan, menaikkan kinerja ekonomi seluruh kawasan.

Yang paling sial adalah kalau China bersikap seperti Jepang, yaitu ikut saja keinginan Amerika. Akhirnya terjadi hubungan ekonomi semakin erat antara China dan Amerika sehingga imbas positif untuk negara-negara lain berkurang.

Order akan tetap diterima oleh perusahaan di China, tetapi dieksport lewat Vietnam dan negara-negara lain. Bagi negara tersebut, itu juga berarti tambahan lapangan kerja dan uang investasi. Tetapi kedelai Amerika tidak bisa ditanam di negara lain, ini masalahnya.

Jadi kalau terjadi decoupling seperti yang diinginkan oleh trade hawk maka akan terjadi distorsi besar di China dan Amerika. Di China paling setahun akan kembali normal lagi. Perusahaan-perusahaannya tetap ekspor ke Amerika, sebagian dari China dan bagian lain dari negara lain.

Contohnya Huawei dan ZTE yang diboikot di Amerika, sehingga tidak bisa dijual di Amerika. Tidak masalah karena China bisa fokus di pasar domestik China dan negara-negara lain di dunia. Tapi sebaliknya, siapa yang bisa memborong produk-produk pertanian Amerika yang sangat besar? Tidak ada! Sedangkan, produk Amerika yang diborong China, tidak bisa diserap oleh negara lain karena kuantitasnya gila-gilaan. Artinya, petani di Amerika akan mengalami masalah besar. Sedangkan industri di China yang kehilangan ekspor ke Amerika, akan lebih gampang beralih memproduksi barang untuk pasar lain.

Dalam jangka panjang, Amerika akan merana kalau deal gagal. Kenapa? Karena barang-barang yang tidak dibeli oleh China juga harus dibeli oleh negara lain. Namun sebagian besar juga dari perusahaan dari China yang keluar dari China untuk meladeni order ekspor.

Orang-orang yang kerja dibidang ekspor tahu persis China menyedot barang gila-gilaan. Karena itulah satu negara itu bisa menyedot produk pertanian Canada dan Amerika, sampai kalau dihentikan petani-petani disana akan merana. Ini berlaku untuk banyak negara. Kuantitas barang yg dibutuhkan terus bertambah.

Kenapa Xi Jinpin tidak takut dengan tarif Amerika? Salah satu yang paling menunjangnya adalah, pasar retail China terbesar di dunia. Ini baru pasar retail. Belum soal pasar komponen barang pabrikan, yang  sudah jelas paling besar di dunia. Besarnya pun terus bertambah.

Trump terus bikin pembodohan, dengan mengatakan China dan negara eksportir yang membayar bea masuk. Ia membanggakan betapa banyaknya bea masuk yang tersedot? Sampai kapan warga Amerika bersabar dengan presiden yang ngomong kacau seperti itu?

Untuk menenangkan petani, Trump gunakan logika terbalik, bahwa petani akan diuntungkan, dengan harapan China akan terus membeli produk mereka. Supaya petani tidak marah, dia menyanjung mereka dengan sebutan Petani Patriot. Kalo sudah disebut patriot, diharapkan tidak protes kalau sakit merugi.

Yang paling sial adalah kalau China bersikap seperti Jepang, yaitu ikut saja keinginan Amerika. Akhirnya terjadi hubungan ekonomi semakin erat antara China dan Amerika sehingga imbas positif untuk negara-negara lain berkurang.

Namun dapat dipastikan China tidak akan seperti Jepang. Ini yang dipublish di media pemerintah China, dengan judul yangmenjadi sikap China: Berunding Boleh! Berantem Kapan Aja! Mau Ngebully, Mimpi Lu Ah !

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru