Jumat, 19 April 2024

Ekonomi Indonesia, Emergency International dan Virus Corona

Penanganan Pasien Virus Corona di Wuhan, China (Ist)

Indonesia melakukan Pembatasan hubungan dengan China, menyusul Deklarasi Emergency Internasional oleh WHO karena wabah Virus Corona di Wuhan, China. Padahal Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa 30 persen bahan baku industri nasional masih diimpor dari China. Erizeli Jeli Bandaro, pelaku ekonomi dan netizen terkemuka menuliskan akibatnya pada ekonomi Indonesia di akun Facebooknya dan dikutip untuk pembaca Bergelora.com (Redaksi)

Oleh: Erizeli Jely Bandaro

SRI MULYANI mengatakan, kinerja ekspor Indonesia bakal terpengaruh akibat adanya wabah virus corona. Pasalnya, China merupakan salah satu negara utama tujuan ekspor RI. “Tapi rasanya kuartal I mungkin akan sangat sulit. Dan itu nanti pengaruhnya kepada seluruh dunia termasuk Indonesia dari mulai jalur tourism, harga komoditas, dan ekspor secara umum juga akan terganggu,” ujar Ani. Ini pernyataan Ani yang secara terbuka mengisaratkan bahwa ekonomi indonesia menghadapi ancaman serius.

Saya dapat konfirmasi dari direksi saya dari minggu lalu. Semua ekspor Ikan ke China terhenti. “ Mau ekspor gimana? pesawat cargo juga dilarang terbang ke China. “ Bukan itu saja, industri pengalengan ikan yang biasa mendapatkan ikan beku dari China juga terancam berhenti produksi. Banyak industri yang butuh bahan baku penolong ( linked product ) dari China, juga sudah mulai kawatir. Karena stok mereka rata rata udah menipis. Yang sudah habis stok terpaksa berhenti produksi. Ancaman PHK akan terjadi. Belum lagi harga komoditas utama Indonesia akan jatuh. Karena China menjadi pemicu harga naik atau turun atas komoditas global. Yang jelas harga minyak sudah duluan anjlok.

Pariwisata yang merupakan industri dengan tingkat tradeble tinggi , juga anjlok. Menurut Pak Binsar, “ Sudah sekarang itu dilarang, nggak ada yang datang (turis China). Lebih parah lagi sekarang, Bali itu sepi. Singapura itu sekarang sepi. Kita Manado habis, Bintan juga nggak ada sama sekali “. Kita kehilangan 1,7 juta wisatawan asal China. Hampir semua industri perhotelan dan penerbangan itu dibiayai dari kredit bank. Kalau sampai pendapatan menurun itu akan berdampak kepada meningkatnya NPL. Ini akan semakin renta ekonomi nasional kita.

Padahal kinerja ekpor kita tahun lalu anjlok. Terjadi defisit neraca perdaganan sepanjang tahun 2019. Kitapun mengalami defisit primer terparah. Upaya recovery economy lewat kebijakan ditumpukan kepada adanya Omnibus Law. Tetapi sampai kini pengesahatan omnibus law terus tertunda. Pemerintah berharap penyeimbang menurunnya ekpsor dan dampak dari virus corona adalah kebijakan investasi tahun lalu di sektor property dan kontruksi. Yang jadi permasalahan adalah darimana duitnya. Hampir semua BUMN rata rata sudah melewati ambang batas DER, yang sulit menarik dana perbankan. Belum lagi pasar uang regional dan global sedang terpuruk semua, yang tidak mungkin bisa menyerap obligasi korporat.

Realisasi bantuan dari Abudhabi dan AS untuk investasi ratusan triliun kini masih terkendala regulasi soal pembentukan sovereign wealth fund sebagai skema pembiayaan.  Investasi dari China jelas sulit terealisir. Bencana wabah virus corona bukan hanya melanda China, tetapi ini melanda dunia. Apalagi dunia sedang suffering akibat krisis trade war.  Kepedulian kita terhadap China adalah kepedulian terhadap diri kita sendiri. Apalagi negara terjebak dengan hutang, sangat renta dengan penurunan ekonomi. China memang painfull akibat virus corona ini namun mereka memiliki tabungan besar dan sumber daya yang tak tergantung dari dluar.  Itu sangat mudah melakukan economy adjustment. Tetapi dunia termasuk Indonesia akan menderita karena beban hutang dan tipisnya tabungan untuk bertahan ditengah badai krisis akibat virus corona ini.

Saya berdoa kepada Tuhan, agar virus corona ini bisa selesai sebelum berakhirnya musim dingin dan ketika masuk musim semi aktifitas kembali normal. Dunia bisa kembali berbenah dan kebijakan terhadap China khususnya pariwista dan perdagangan kembali dibuka. Mengapa ? Tidak ada politik kekuasan bisa bertahan di tengah resesi, dan ini harus menjadi keprihatinan kita, agar semua baik baik saja. Lain halnya kalau berharap negara ini tumbang agar khilafah bisa berkuasa.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru