Kamis, 18 April 2024

Saat Mudik Lebaran, Tetanggalah Yang Jaga Keamanan Rumah

Ilustrasi ronda menjaga keamanan saat tetangga mudik lebaran (Ist)

Oleh: A.Khoerussalim Ikhs.

Ternyata, Idul Fitri dan mudik adalah khas milik Indonesia, sebagai kesempatan untuk silahturahmi keluarga, tetangga dan para sahabat. Bergelora.com memuat tulisan pendek dari A.Khoerussalim Ikhs, Ketua Yayasan Bunga Melati Antara Jatimakmur dibawah ini (Redaksi)

Jakarta Sepi. Atau lebih tepatnya lengang. Begitulah suasana di komplek perumahan kita 3 hari menjelang lebaran ini. Kesepian ini akan makin sepi seiring makin dekatnya dengan lebaran.

Hawanya sejuk, tidak banyak orang lalu lalang seperti biasanya yang sudah sejak subuh bising knalpot motor dan mobil berebut aktifitas dan bertebaran di metropolitan ini. Orang-orang pun masih asyik diperaduan rumahnya masing-masing tanpa ada yang keluar rumah. Lengkaplah mendukung kesepian ini seperti kampung yang ditinggalkan penghuninya.

Nampaknya kelengangan ini juga merambah ke kampung-kampung sebelah, di RT sebelah dan di berbagai komplek perumahan di kawasan Jabodetabek lainnya. Jalanan protokol seperti tol dalam kota, jalur protokol seperti Jalan Jendral Soedirman, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Merdeka dan jalanan di pusat-pusat kota. Makin sepi adanya.

Bagi yang mudik berlebaran di kampung satu persatu meninggalkan rumahnya menyusuri jalan-jalan menuju kota-kota di seantero negeri ini. Seperti tetanggaku depan rumah yang sudah semalam pamit mau pulang ke kampungnya di Jawa Tengah. Sementara Pak RT sendiri sudah tiga hari meninggalkan komplek rumahnya untuk menuju Wonogori. Beberapa keluarga lainnya sepertinya juga sedang berkemas-kemas untuk mudik dalam beberapa jam kemudian. Ada juga yg mau mudiknya setelah sholat idul Fitri dan atau sehari selepas lebaran. Semuanya dengan alasan yang sama, yaitu berlebaran di kampung halamannya.

Inilah tradisi mudik yang bagus yang terus menerus dipertahankan sebagai tradisi mulia karena tujuan utamanya untuk silaturahmi dengan sanak keluarganya yang lama ditinggal merantau. Ini tradisi hanya ada di Indonesia dan tidak ada di negara lainnya. Di negara lain selesai puasa romadhan ya sudah kembali seperti hari-hari biasa lainnya. Di negeri ini sudah bertahun-tahun menjadi tradisi yang akhirnya negara pun mengakui sebagai hajatan nasional. Saking spesialnya hari lebaran Idul Fitri ini dimata negara maka negarapun menjadikannya sebagai hari libur nasional dan bahkan karyawan-karyawan pun diberikan cuti nasional berama. Semuanya untuk memeriahkan lebaran.

Mudik nasional menjadi cara masyarakat negeri ini merayakan lebaran Idul Fitri setiap tahunnya. Inilah migrasi penduduk paling akbar di dunia setiap tahunnya. Jutaan orang bermigrasi dalam beberapa hari dari kota ke desa-desa, dari metropolitan ke kota-kota dan atau desa-desa di seluruh pelosok negeri ini. Bisa dibayangkan migrasi akibat seperti ini terjadi setiap tahunnya dan tentu saja menimbulkan berbagai efek sosial ekonomi yg sangat dahsyat di negeri ini. Bukan hanya efek sosial ekonomi saja, namun efek epoleksosbudhankamnas   (ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional) pun nyata adanya. Semuanya dikerahkan utk lebaran di negeri ini. Subhanallah…

Kembali ke komplek perumahan ku yang juga fenomenanya sama diberbagai komplek perumahan di kota Jabodetabek ini. Suasananya kian sepi menjelang lebaran seperti ini. Yang rame hanyalah di mall-mall dan di pasar-pasar lantaran banyak orang membelanjakan segala keperluan lebarannya. Sebab seperti biasanya, beberapa hari menjelang dan setelah lebaran warung-warung banyak yang tutup.

Tukang sayuran yang biasa keliling dan atau mangkal di depan komplek semuanya menghilang di hari lebaran karena para penjualnya sedang mudik. Maka itu masyarakat yang tidak mudik terpaksa harus menyetok bahan-bahan makanan dan berbagai keperluan lainnya supaya di hari-hari sepi seperti ini kebutuhan hidupnya aman.

Karena sepi ditinggal warganya mudik maka keamanan warga dan kompleks ini jadi ekstra alias tambahan pekerjaan bagi satpam komplek. Bagi yang komplek-komplek perumahannya dijaga satpam secara khusus barangkali para penghuninya yang mudik relatif tenang, yang tidak mudik pun juga relatif tidak terlalu khawatir. Karena ada satpam penjaga perumahan.

Namun bagaimana perumahan yang tidak ada security-nya? Bagaimana kampung-kampung yang tidak ada giliran rondanya? Bagaimana warga perumahan yang tidak ada petugas khusus keamanannya? Nah, disinilah kepedulian sesama diantara kita diuji. Kehidupan bertetangga kita diuji seberapa pedulikah kita dengan tetangga ?

Disaat-saat seperti ini kita tdk bisa mengandalkan teman kantor untuk menjaga rumah kita. Kita tidak juga bisa berharap pada relasi atau saudara yg jauh tinggalnya dengan rumah kita. Disaat-saat seperti kita suka tidak suka, mau tidak mau, ya hanya tetangga yang akan menjaga rumah yang kita tinggalkan untuk mudik seperti kali ini.

Bagaimanakah jika rumah yang kita tinggal berlebaran di kampung itu terjadi masalah, seperti konsleting listrik, disatroni durjana perampok, kebakaran dan lainnya ? Siapakah yg akan menyelamatkan rumah anda lebih dahulu? Siapakah yang akan menolong kita tanpa pamrih? Tetangga, jawabnya. Sekali lagi , tetangga.

Maka itu berbaik hati dengan tetangga mutlak hukumnya. Memelihara toleransi, saling pengertian, saling membantu dan lainnya dengan sesama tetangga sangatlah penting dalam hidup ini. Karena kita sejatinya adalah juga sebagai manusia sosial atau homo sosialis.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru