Selasa, 21 Oktober 2025

232 SISWA KERACUNAN DI MALUKU..! Cak Imin: MBG Basi Karena Dapur SPPG Mau Cari Enaknya Saja

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan bahwa Makan Bergizi Gratis (MBG) yang cepat basi disebabkan oleh dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tidak bekerja optimal.

“Banyak SPPG yang makanannya jadi basi karena masaknya lebih awal, mau cari enaknya,” kata Cak Imin usai meninjau SPPG Tapanuli Tengah (Tapteng) di Pandan Aek Tolang 01, Kecamatan Pandan, Kelurahan Aek Tolang, Selasa (21/10/2025).

Cak Imin menyebutkan bahwa SPPG yang menyajikan makanan basi berarti gagal menjaga kualitas makanan karena waktu memasak yang tidak tepat.

Dia mengatakan bahwa SPPG Tapanuli Tengah yang dia kunjungi saat ini layak menjadi contoh nasional dalam pengelolaan dapur untuk program MBG.

“Saya menyatakan bahwa SPPG ini layak dicontoh. Karena satu, standar proses produksinya tepat waktu,” lanjut Cak Imin.

Menurutnya, salah satu hal yang membuat SPPG Tapteng istimewa adalah kedisiplinan dalam standar proses produksi makanan.

Cak Imin menambahkan bahwa pengelolaan MBG di SPPG Tapteng dilakukan dengan disiplin tinggi agar makanan tetap segar hingga waktu distribusi.

“Nah di sini tepat waktu, mulai jam 1 malam (dini hari) mulai masak, sehingga disajikan jam 10 (pagi) masih segar,” katanya.

Cak Imin menilai pola manajemen seperti ini perlu dijadikan standar nasional untuk dapur gotong royong serupa di berbagai daerah. Ia menambahkan bahwa SPPG Tapteng melayani sekitar 3.500 penerima manfaat, termasuk siswa, ibu hamil, wanita, dan ibu menyusui.

“Itulah contoh yang patut secara disiplin digunakan untuk pola manajemen masa. 3.500 penerima manfaatan anak,” tegas dia.

Sejumlah siswa SMA Negeri 1 Kairatu Ambon dilarikan ke Puskesmas Kairatu untuk mnejlanai perawatan karena diduga mengalami keracunan makan begizi gratis, Selasa (21/10/2025) (Ist)

232 Siswa di Kairatu Maluku Keracunan MBG hingga Muntah Darah

Kepada Bergelora.com di Jakarta sebelumnya dilaporkan, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa angkat bicara terkait kasus dugaan keracunan massal program makan bergizi gratis (MBG) yang menimpa lebih dari 170 siswa dari 4 sekolah di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Terkait insiden itu, Hendrik mengaku langkah penanganan saat ini tengah dilakukan petugas medis dan dinas terkait untuk memastikan seluruh siswa yang mengalami keracunan dapat tertangani dengan baik.

“Terkait kasus ini pemerintah provinsi dan terutama gubernur Maluku sangat merasa prihatin ya. Selanjutnya kita sudah langsung mengambil sejumlah langkah penanganan agar jangan sampai menimbulkan kepanikan,” kata juru bicara Gubernur Maluku Kasrul Selang, Selasa (21/10/2025).

Ia mengaku terkait kasus tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan Kabupaten Seram Bagian Barat telah mengirim tim ke Kecamatan Kairatu untuk melakukan penanganan.

“Pak gubernur sudah perintahkan dinas kesehatan untuk mengambil langkah penanganan dan sudah ditangani. Saat ini dinas kesehatan Maluku juga sudah mengirim stafnya ke Kairatu biar keluarga pasien ini juga tenang,” ungkapnya.

“Jadi dalam situasi ini semua kita diharpkan tenang, karena ini musibah yang tidak diharapkan terjadi oleh kita semua,” sambungnya.

Ia mengungkapkan saat ini sampel menu MBG yang diduga penyebab terjadinya keracunan telah diambil oleh pihak Balai Pangan Obat dan Makanan (BPOM) untuk diuji di laboratorium.

“BPOM juga sudah terima sampel dari dinas kesehatan untuk segera diuji,” katanya.

Saat disinggung soal dugaan Satuan Pelayanan Penyedia Gizi (SPPG) pengelola dapur MBG di wilayah itu telah menyalahi prosedur, Kasrul mengaku Badan Gizi Nasional Maluku memiliki SOP untuk membuat penilaian bagi setiap SPPG.

“BGN itu ada punya SOP untuk setiap SPPG dapur MBG kalau misalnya ada kasus keracunan itu ada sanksinya bermacam-macam begitu, dan saya tahu sampai ada yang ditutup biasanya ditutup sampai 2 minggu untuk menunggu verifikasi dan segala macam,” ungkapnya.

Adapun setelah kejadian keracunan massa tersebut, pemkab Seram Bagian Barat langsung menutup sementara semua dapur penyedia MBG di wilayah tersebut.

Sebelumnya ratusan siswa di empat sekolah yakni SD Inpres Talaga Ratu, Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Seram Bagian Barat, SMA Negeri 1 Kairatu dan Taman Kanak-kanak Talaga Ratu di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku mengalami keracunan usai menyantap hidangan MBG pada Senin (20/10/2025).

Adapun hidangan yang disajikan bagi ratusan siswa di 3 sekolah tersebut yakni nasi putih, telur, tahu dan sayur.

Usai menyantap hidangan tersebut, ratusan siswa kemudian mengalami gejala mual dan muntah darah serta diare dan pusing kepala. Buntut dari kejadian itu, pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat langsung menutup sementara operasional seluruh dapur MBG di wilayah itu.

Kondisi terkini saat para siswa diperiksa di Puskesmas Cempaka, Banjarmasin. (Ist)

40 Siswa Keracunan MBG di Banjarmasin

Dilaporkan juga sebanyak 40 siswa di SMPN 33 Banjarmasin dilarikan ke Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin, diduga imbas keracunan makanan bergizi gratis (MBG). Para siswa itu mengeluhkan gejala yang sama, mengarah pada gejala keracunan.

“Ini sudah ada 40 siswa yang dibawa ke Puskesmas,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, M Ramadan, Selasa (21/10/2025).

Ramadan mengatakan bahwa seluruh 40 siswa itu mengeluhkan gejala yang hampir sama yakni sakit perut, mual, muntah, hingga diare. Penanganan pun saat ini diberikan.

Ramadan juga memastikan para anak diobservasi di Puskesmas sembari diberikan penanganan lebih lanjut. Pantauan detikKalimantan, di Puskesmas Basirih Baru hingga kini masih terdapat sejumlah siswa dan juga wali siswa.

“Sudah diberi obat tadi, sebagian sudah pulang juga,” ujar Ramadan.

Fatimah, salah satu siswi SMPN 33 Banjarmasin mengungkapkan bahwa gejala yang ia alami yaitu mual dan muntah-muntah serta diare.

Ia mengaku memakan MBG itu kemarin (Senin), dan baru mengalami gejala sejak kemarin malam. Gejala yang ia alami juga sama dengan gejala pada siswa lain.

“Kemarin makannya. Hari ini lemesnya,” ujar Fatimah, Selasa (21/10/2025).

Kini, hanya tersisa beberapa siswa yang masih dalam observasi untuk diberikan penanganan lebih lanjut. Para siswa sebagian sudah dijemput oleh masing-masing orang tua. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru