JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap sebanyak 24 perusahaan di Kawasan Industri Modern Cikande Industrial Estate (MCIE), Serang, Banten, terpapar zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137).
Paparan radiasi Cs-137 ditemukan pada sejumlah perusahaan besar baik sektor industri peleburan logam, pengelolaan limbah B3, hingga industri makanan dan manufaktur, termasuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Nikomas Gemilang, pabrik pemasok merek Nike, Adidas, dan Puma.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, mengatakan hasil pemeriksaan dan pemetaan yang dilakukan di Kawasan Industri Cikande menunjukkan bahwa terdapat tiga industri makanan yang terdeteksi memiliki paparan radiasi Cesium-137.
Tingkat paparan radiasi yang ditemukan bervariasi, mulai dari 1,6 hingga 152 mikro sievert per jam.
“Hasil pemeriksaan dan pemetaan yang sudah dilakukan di Kawasan Industri Cikande menunjukkan ada tiga industri makanan yang memiliki paparan radiasi Cesium-137 dengan laju dosis antara 1,6 hingga 152 mikro sievert per jam,” ujar Setia saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, dikutip Bergelora.com.di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Paparan radiasi juga ditemukan pada tiga industri pengelolaan limbah B3 dengan tingkat paparan antara 0,24 sampai 0,4 mikro sievert per jam, serta 15 industri peleburan logam dengan tingkat radiasi mencapai 700 mikro sievert per jam.
Tak hanya itu, enam lokasi timbunan di kawasan industri tersebut juga terdeteksi memiliki paparan hingga 10.000 mikro sievert per jam, level yang dikategorikan sangat berbahaya.
Kini Tim Satuan Tugas (Satgas) yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Pangan menetapkan Kawasan Industri MCIE sebagai sebuah kejadian yang tergolong insiden serius atau serious incident.
“Tim satgas dalam hal ini Kemenko Pangan sebagai Ketua Satgas menetapkan Kawasan Industri MCIE sebagai kejadian berupa insiden serius” paparnya.
Berikut daftar 24 perusahaan yang dilaporkan terpapar radioaktif Cs-137 di Cikande:
- PT Bahari Makmur Sejati
- PT Nikomas Gemilang
- PT Citra Baru Steel
- PT Valero Metals Jaya
- PT Universal Eco Pacific
- PT Sinta Baja Jaya
- PT Crown Steel
- PT Sentosa Harmony Steel (d/h PT Hwa Hok Steel)
- PT Vita Prodana Mandiri
- PT Kanemory/Food Service
- PT Charoen Pokphand Indonesia
- PT Peter Metal Technology
- PT Growth Nusantara Industry
- PT Asa Bintang Pratama
- PT Cahaya Logam Cipta Murni
- PT Ediral Tritunggal Perkasa
- PT Ever Loyal Copper
- PT Hightech Grand Indonesia
- PT Jongka Indonesia
- PT Kabatama Raya
- PT New Asia Pacific Copper Indonesia
- PT O.M. Indonesia
- PT Zhongtian Metal Indonesia
- PT Luckione Environment Science Indonesia.
Untuk diketahui, kasus radioaktif bermula dari peringatan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yang mendeteksi kandungan radioaktif Cs-137 pada produk udang beku olahan PT Bahari Makmur Sejati asal Indonesia. Temuan tersebut diketahui setelah otoritas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menemukan kontainer terkontaminasi di empat pelabuhan besar AS, Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.

Scrap Pemicu Radiasi Cs-137
Dilaporkam ,Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengindikasikan bahwa sumber kontaminasi radioaktif Cesium 137 kemungkinan juga berasal dari proses peleburan alat-alat medis. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, saat menjelaskan dugaan sumber kontaminasi Cesium-137 di pabrik peleburan baja PT PMT yang berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.
Menurut Setia, hasil investigasi menunjukkan bahwa kontaminan bisa bersumber dari dua kemungkinan, yaitu bahan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Kalau supplier-nya dari dalam negeri kemungkinan adalah baja atau bekas-bekas peralatan medis, yang punya kemungkinan untuk memberikan kontaminan pada saat peleburan,” kata Setia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/11/2025).
“Kenapa pada saat peleburan diprediksi? Karena paling tinggi kontaminannya itu ada pada tungku,” tambahnya.
Sementara itu, Setia menjelaskan bahwa bahan yang terkontaminasi dari luar negeri bisa saja masuk melalui scrap baja impor. PT PMT diketahui memproduksi baja dengan bahan baku utama berupa scrap baja.
Berdasarkan catatan Kemenperin, perusahaan tersebut memang pernah mengajukan izin impor scrap baja, tetapi permohonan itu tidak pernah mendapatkan persetujuan dari kementerian terkait.
Dugaan lain mengemuka bahwa PT PMT mungkin memperoleh bahan baku dari industri lokal yang memiliki izin impor scrap baja, kemudian menjualnya kembali kepada PT PMT.
“Tapi posisi yang kedua ini tidak boleh dilakukan karena ini masuk importasi scrap itu tidak boleh diperjualbelikan,” ujarnya.
Setia menambahkan, tindak lanjut dari temuan tersebut kini tengah ditangani oleh aparat penegak hukum. Penelusuran lebih lanjut akan difokuskan untuk mengetahui pihak yang menjadi pemasok scrap baja yang terkontaminasi Cesium 137.
“Sampai pada pembahasan-pembahasan ini dilanjutkan aparat penegak hukum untuk penelusuran lebih lanjut,” kata dia.
Kasus kontaminasi radioaktif Cesium 137 sendiri kini tengah menjadi perhatian publik karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Kontaminasi ini pertama kali terungkap setelah USFDA menemukan adanya radioaktif Cesium-137 pada produk udang asal Indonesia pada 14 Agustus 2025.
Setelah ditelusuri, produk tersebut berasal dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS) yang beroperasi di kawasan Industri Modern Cikande, Banten.
Pabrik PT BMS diketahui bersebelahan dengan pabrik peleburan baja PT PMT yang memanfaatkan bahan baku serbuk besi bekas (scrap metal).
Kemudian, pada 19 September 2025, USFDA kembali mengeluarkan peringatan serupa setelah menemukan produk cengkeh milik PT Natural Java Spice asal Surabaya, Jawa Timur, juga terkontaminasi radioaktif Cesium-137.
Diklaim Sudah Bebas Radiasi
Sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Cesium-137 (Cs-137) memastikan seluruh pabrik yang sebelumnya terpapar zat radioaktif di kawasan Industri Cikande, Banten, kini telah dinyatakan bersih sepenuhnya.
Ketua Divisi Diplomasi dan Komunikasi Publik Satgas Cs-137, Bara Hasibuan, mengungkapkan bahwa total 22 pabrik yang sempat terkontaminasi telah menyelesaikan proses dekontaminasi.
“Dari 13 titik lokasi tersebut, total lima lokasi sudah selesai dilakukan dekontaminasi dan dinyatakan clear and clean,” ujar Bara di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan bahwa seluruh fasilitas industri yang terdampak kini berada dalam kondisi aman.
“Waktu itu kami menemukan ada total 22 pabrik yang terkontaminasi. Hari ini saya bisa laporkan seluruh dari 22 pabrik tersebut sudah selesai dilakukan dekontaminasi. Dan kami nyatakan clean and clear seluruhnya 100 persen 22 pabrik tersebut,” ucapnya.
Selain pabrik, beberapa titik di kawasan industri Cikande juga telah dinyatakan aman dengan tingkat laju dosis radiasi yang berada di bawah ambang batas.
Namun demikian, Bara menyebut masih ada sejumlah area yang tetap mendapat penanganan tambahan dengan metode cementing untuk memastikan tidak ada sisa paparan radiasi yang menyebar ke lingkungan sekitar.
Ia menjelaskan bahwa sebanyak 426,8 ton material yang terkontaminasi telah dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara di fasilitas milik PT Peter Metal Technology (PMT).
“Pemindahan dilakukan dengan pengawasan yang sangat ketat sebagai langkah untuk mencegah dan melokalisir penyebaran kontaminasi,” katanya.
Sebelumnya, Satgas menemukan adanya kontaminasi Cs-137 di 22 fasilitas produksi di kawasan industri Cikande. Dari jumlah tersebut, satu perusahaan pengolahan udang, PT Bahari Makmur Sejahtera (BMS), telah lebih dulu melakukan dekontaminasi secara mandiri dan dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Proses pembersihan di 21 fasilitas lainnya dilakukan setelahnya, disertai dengan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh Bapeten. (Web Warouw)

