JAKARTA – Jumlah penderita diabetes global meningkat dua kali lipat selama 30 tahun terakhir, mencapai lebih dari 800 juta orang, demikian hasil sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal The Lancet. Penelitian ini menunjukkan bahwa sejak 1990 hingga 2022, prevalensi diabetes pada orang dewasa melonjak dari 7 menjadi 14 persen, dengan peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dilansir Guardian, studi ini, yang dilakukan oleh konsorsium ilmuwan dari NCD-RisC bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia,–World Heqlth Organization (WHO), melibatkan data lebih dari 140 juta orang dewasa dari 1.000 studi di berbagai negara.
Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari setengah kasus diabetes global terkonsentrasi di empat negara: India (212 juta), China (148 juta), Amerika Serikat (42 juta), dan Pakistan (36 juta). Indonesia dan Brasil menambah jumlah tersebut dengan masing-masing 25 juta dan 22 juta kasus.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, studi ini juga mengungkapkan ketimpangan yang mengkhawatirkan terkait akses pengobatan.
Meski terdapat pengobatan efektif yang tersedia, lebih dari 59 persen penderita diabetes di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak mendapat pengobatan yang memadai.
Menurut Prof Majid Ezzati dari Imperial College London, kondisi ini menimbulkan risiko komplikasi seumur hidup bagi para penderita, seperti amputasi, penyakit jantung, kerusakan ginjal, hingga kebutaan. Peningkatan obesitas dan populasi lanjut usia diperkirakan berperan dalam peningkatan kasus diabetes.
WHO pun menyerukan tindakan global untuk mengendalikan epidemi ini.
“Kebijakan yang mendukung diet sehat dan aktivitas fisik, serta sistem kesehatan yang menyediakan pencegahan, deteksi dini, dan perawatan diabetes harus segera diimplementasikan,” ujar Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Web Warouw)