BANDA ACEH- Peta politik menjelang Pemilihan Presiden Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menggambarkan perimbangan kekuatan antara dukungan terhadap capres Prabowo-Hatta melawan dukungan terhadap capres Jokowi-Jusuf Kalla.
“60% Rakyat Aceh Pilih Jokowi karena Jusuf Kalla. Aceh bagian barat dan tengah mendukung Jokowi-JK Sementara Pidie dan pasee yang dikuasai Partai Aceh (PA) mendukung Prabowo,” demikian gambaran Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Aceh, Raihal Fajri kepada Bergelora.com di Banda Aceh, Minggu (22/6).
Ia menyampaikan laporan dari relawan-relawan kesehatan di 23 kabupaten dan kota di Aceh tergambar dukungan mutlak pada capres Jokowi-JK dari Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat.
“Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh Kabupaten Pidie setengah Jokowi dan setengah Prabowo,” ujarnya
Bapak Perdamaian
Ia menjelaskan bahwa rakyat Aceh memilih bukan karena faktor Jokowi tetapi karena faktor Jusuf Kalla (JK)
“Karena JK dianggap bapak perdamaian. Di Kabupaten Pidie misalnya, itu namanya relawan untuk pemenangan JK bukan Jokowi. Pengaruh JK besar di sini,” jelasnya.
Menurutnya kalau tidak ada intimidasi dan kekerasan maka Jokowi-JK akan menang 60 persen dengan angka golongan putih alias tidak memilih sebanyak 20 persen.
“Belajar dari pemilu legislatif, intimidasi membuat PA meraup kursi di beberapa kabupaten dan kota. Sekarang di pilpres, Prabowo menggunakan mesin yang sama. Disitulah potensi intimidasinya,” ujarnya.
Pengalaman konflik dan kekerasan masa lalu menurutnya membuat masyarakat di pedesaan dan pedalaman tidak bisa menolak intimidasi dan kekerasan. Namun hal ini tidak berlaku lagi di daerah perkotaan.
“Modelnya macam-macam. Ada juga pihak-pihak tertentu yang bisa dibayar,” ujarnya.
Raihal Fajri juga mengkuatirkan keterlibatan pihak penyelenggara dalam memenangkan salah satu calon dengan cara memanipulasi jumlah suara di TPS-TPS (Dian Dharma Tungga)
