Selasa, 16 September 2025

Wah..! Insiden Deiyai Ingin Coreng Kredibilitas Pemerintahan Jokowi

Demonstrasi di Jayapura, Papua, Selasa (8/8) terkait kasus Deiyai berdarah (Ist)

JAYAPURA- Pada tanggal 1 Agustus 2017 telah terjadi insiden penembakan yang menimpa 17 orang warga Kabupaten Deiyai, Papua yang diduga dilakukan oleh oknum polisi/Brigade Mobil (Brimob). Mengakibatkan satu orang meninggal dunia, bernama Yulianus Pigai dan 16 orang lainnya mengalami luka-luka, dua orang diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura.

Anestasia M.Patty, BBA, SH selaku Ketua Umum Garda Pemuda Nasional (Garpenas) Pusat mengatakan dirinya atas nama keluarga besar GARPENAS mengutuk keras dan berduka atas gugurnya putra-putra bangsa tak berdosa di Deiyai.

“Ini jelas salah satu bentuk upaya provokasi dan intimidasi dari pihak-pihak yang ingin mencoreng kredibilitas pemerintahan Jokowi di mata masyarakat Papua dengan berbagai upaya salah satunya menghasut ketentraman masyarakat Papua dengan insiden ini” ujarnya kepada Bergelora.com di Jayapura, Selasa (9/8).

“Dan semoga Tuhan memberi hikmat dan kebijaksanaan untuk pak Jokowi dan Kapolri agar segera mengungkap dan menangkap otak dan pelaku dari insiden berdarah ini serta dihukum seberat-beratnyanya sesuai hukum yang   berlaku di Indonesia,” tegas Anestasia M.Patty.

Dirinya bersama segenap pengurus Garpenas mendokan agar para korban yang luka-luka segera pulih kembali dan  semoga Tuhan menghibur dan memberi kekuatan kepada keluarga yang berduka tambahnya.

Robertino Mayor, Ketua Garpenas Papua meminta Kapolri segera menindak tegas oknum polisi di Papua yang telah membunuh rakyat Papua yang tidak berdosa.

“Saya meminta agar aparat keamanan  untuk  segera  menyelesaikan insiden ini dan mendesak kepada Komnas HAM untuk segera turun ke Deiyai ,“ ujar

Ditambahkannya pihaknya menghimbau agar masyarakat Papua untuk tetap tenang karena hal-hal seperti ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk maksud yang tidak baik.

Saling Tuding

Kasus dugaan penembakan oleh pihak kepolisian terhadap warga Kampung Oneibo, Kabupaten Deiyai, Papua, pada Selasa (1/8) itu, menyisakan saling tuding antara pihak kepolisan dan warga.

Pada peristiwa yang menewaskan seorang warga dan melukai setidaknya tiga orang lainnya itu, warga menyebut polisi “langsung tembak, tanpa memberikan peringatan” dalam upaya meredakan konflik.

Sementara Polisi mengklaim telah “melaksanakan tugas sesuai standar dan memberikan (tembakan peringatan) sampai tiga kali”.

Seorang warga, Abeth Youw, menceritakan peristiwa bermula ketika seorang warga Kampung Oneibo, Selasa (1/8), tenggelam di sungai dan diselamatkan dalam kondisi sekarat.

Warga pun meminta tolong kepada perusahaan PT Putra Dewa Paniai (PDP), yang sedang membangun jembatan di Oneibo, untuk meminjamkan mobil perusahaan agar bisa membawa korban ke rumah sakit di kota.

“Perusahaan gak mau… Kok mereka ada di kampung kami, tetapi tidak mau antar,” kata Abeth lewat sambungan telepon, Rabu (2/8).

Korban akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit dengan menggunakan kendaraan warga setempat, setelah “dua-tiga jam menunggu perusahaan tapi tidak digubris”.

Masyarakat lantas “melampiaskan kemarahan dengan merusak kamp perusahaan”. Polisi menyebut, warga juga “menganiaya karyawan di sana (PDP)”.

Perusahaan yang kemudian menelepon polisi, disusul dengan kedatangan Kapolsek dan Komandan Peleton Brigade Mobil (Brimob) setempat, beserta “sekitar sepuluh” pasukan Brimob. Ricuh yang tidak terelakkan berujung pada tertembaknya sejumlah warga.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal, menegaskan bahwa kepolisian telah melakukan dialog, “tetapi warga menganggap polisi memihak perusahaan. Lalu terjadi pelemparan mobil Brimob dengan batu, serta serangan dengan panah”.

“Saya bantah (tidak menggunakan peringatan). Yang kita tangani ini masyarakat, bukan kelompok kriminal, ada SOP-nya… Kami (telah) berikan (tembakan) peringatan sampai tiga kali, lalu yang keempat, penembakan ke arah tanah. Dugaannya, pantulan tembakan (ke tanah) itulah yang mengenai sejumlah warga”.

“Yang mana senjata itu milik negara, dan dibeli oleh hasil keringat rakyat. Kami sesali juga karena yang mencabut nyawa itu seharusnya adalah Tuhan, tidak satu pun manusia yang punya hak mencabut nyawa,” katanya.

“Ini kan kepolisian pihak ketiga … yang jadi persoalankan kan perusahaan yang tidak mau melayani masyarakat … seharusnya bisa dikomunikasikan baik-baik terlebih dahulu.”

Senjata itu milik negara, dan dibeli oleh hasil keringat rakyat. Kami sesali juga karena yang mencabut nyawa itu seharusnya adalah tuhan.

Yohanes meminta Brimob ditarik dari Deiyai. Hal serupa juga diutarakan warga Deiyai, Abeth Youw. Abeth juga meminta “pertanggungjawaban Brimob” atas jatuhnya korban.

Namun, polisi menolak tuntutan tersebut.

“Tanggung jawab yang bagaimana? Masyarakat harus pahami prosedur hukum,” kata Ahmad Kamal. “Kita (polisi) juga ada korban. Kita korban material, mobil dinas, mobil negara. Semua harus taat pada hukum, apakah masyarakat itu sendiri atau aparat.”

Meskipun begitu, pihak Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, disebut Kamal sudah mendatangai TKP di kampung Oneibo. “Sedang menginvestigasi”.

Jika ternyata ada anggota yang melanggar “kode etik, atau disiplin, atau pidana, akan dilihat sejauh mana dia melanggar.”

Brimob Meresahkan?

Ketua Komisi A DPRD Deiyai, Yohanes Adii, menyebut “Deiyai itu daerah yang aman dari dulu, tidak seperti daerah lain.” Dia mengkritik keberadaan Brimob yang ditempatkan di sana “sejak tiga tahun lalu” karena dinilai meresahkan masyarakat.

Menurut Yohanes ada sekitar 20-30 personil Brimob yang ditugaskan di Deiyai.

Lebih jauh lagi, dia menyebut Brimob telah melakukan berbagai hal yang tidak disukai masyarakat. “Mereka adu ayam, (jadi) bandar togel. Itu yang mereka lakukan di sana. Bikin situasi nggak bagus. Makanya kami marah sama Brimob,” kata Yohannes.

Tuduhan itu dibantah Polda Papua. Menurut Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal, keberadaan Brimob “karena terkait dengan situasi keamanan (di Deiyai), dan atas permintaan pemerintah daerah.”

“Jangan karena ada masalah ini dibesar-besarkan. Kenapa dari kemarin tak ada laporan masyarakat tentang perilaku (Brimob) di sana. Jangan terus mengkambinghitamkan. Kita selesaikan masalah ini satu persatu sampai tuntas. Jangan sampai membias ke mana-mana,” tegas Ahmad kamal.

Dia mengungkapkan kepolisan sedang bertemu dengan tokoh masyarakat Deiyai untuk mengambil langkah strategis, agar kejadian rusuh dan penembakan tidak terulang lagi. (Wirya Supriyadi)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru