Minggu, 14 Desember 2025

Waspada…! Gunung Soputan di Sulawesi Utara Meletus, Krakatau Di Selat Sunda Bergejolak

Gunung Suputan di Sulawesi Utara. (Ist)

JAKARTA – Masyarakat di sekitar Gunung Soputan juga dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.

“Masyarakat yang terdampak abu harus menyiapkan masker tapi tidak perlu mengungsi. Abu ini bisa terbang ke mana saja, bisa melebihi radius tergantung arah angin,” katanya.

Sementara itu anak Gunung Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung juga bergejolak. Gunung itu sudah meletus 156 kali sepanjang Selasa (2/10) hingga Rabu (3/10) dini hari.

Dari pengamatan kamera pemantau, sinar letusan terlihat jelas dari Gunung Anak Krakatau. Terdengar juga suara dentuman dan getaran dan kaca dirasakan lemah-kuat di pos pengamatan. Sedangkan ombak laut tenang.

Status Gunung Anak Krakatau berada pada Level II (Waspada), dan masyarakat serta wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.

Gunung Soputan yang terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara meletus pagi ini pukul 08.47 Wita. Pos Pengamatan Gunung Soputan PVMBG melaporkan tinggi kolom abu vulkanik teramati sekitar 4.000 meter di atas puncak kawah atau 5.809 m di atas permukaan laut.

“Kolom abu dengan tekanan kuat teramati berwarna kelabu hingga coklat dengan intensitas tebal condong ke arah barat dan barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 39 mm dan durasi sekitar 6 menit,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/10/2018).

Sutopo mengatakan, hujan abu vulkanik diperkirakan jatuh di daerah di barat-barat laut Gunung Soputan.

Saat ini Gunung Soputan berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi, masyarakat agar tidak beraktivitas di seluruh area di dalam radius 4 km dari puncak Gunung Soputan dan di dalam area perluasan sektoral ke arah Barat-Baratdaya sejauh 6,5 km dari puncak yang merupakan daerah bukaan kawah untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas.

Rincian mengenai letusan Gunung Soputan belum sepenuhnya dirilis secara resmi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tetapi beberapa laporan di media sosial menunjukkan kolom abu moderat muncul pasca-ledakan eskplosif pada Rabu pagi, sekitar pukul 08.47 WITA.

Peringatan

Kepada Bergelora.com dilaporkan, sebelumnya para ahli vulkanologi Tanah Air telah memperingatkan adanya tanda-tanda aktif pada gunung bertipe strato tersebut. Hal itu diikuti oleh penetapan level III, yang berarti siaga, dan memicu potensi letusan.

Berkaitan dengan peringatan risiko letusan, seorang doktor vulkanologi sekaligus jurnalis sains, Robin George Andrews, menulis artikel panjang di situs Forbes.com pada Rabu (3/10), bahwa Gunung Soputan telah menunjukkan “tanda-tanda kegelisahan” hingga Selasa 2 Oktober.

Dan bukan suatu kebetulan pula, masih menurut Dr Robin, bahwa Gunung Soputan terletak satu pulau dengan tiga lokasi bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah pekan lalu.

Soputan, menurut Program Vulkanisme Global Smithsonian Institution, adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Sulawesi. Menurut tinjauan studi pada 2012, karakteristiknya dinilai cukup rumit.

Meskipun memiliki lava basaltik yang mengalir bebas, yakni sesuatu yang serupa dengan tipe gunung api perisai Kilauea di Hawaii, namun terdapat sistem pipa aneh, sehingga memungkinkan terjadinya letusan eksplosif.

Dr Robin menjelaskan bahwa letusan ekplosif dapat terbentuk ketika kolom abu kehilangan daya apung dan runtuh, atau ketika pertumbuhan kubah lava tebal menyembur dan tumpah di atas bibir kawah.

Gunung Soputan disebut sedikit bersikap “diva”, yang menurut Dr Robin, mampu melakukan banyak hal, yang semuanya bisa mematikan jika ada cukup banyak orang bermukim atau berada di sekitarnya.

Terkait studi pada 2012, Dr Robin memperingatkan, “Peningkatan pesat dalam seismisitas sebelum letusan baru-baru ini, menunjukkan bahwa erupsi di masa depan mungkin tidak memiliki lebih dari beberapa hari peringatan seismik.” (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru