Minggu, 13 Juli 2025

INSPIRATIF…! Sistem Pangan Masa Depan Perlu Melibatkan Anak Muda

Ilustrasi anak muda di pedesaan. (Ist)

JAKARTA– Dunia kembali memperingati Hari Pangan. Sepuluh tahun terakhir, sektor pertanian mengalami penurunan jumlah petani. Menurut BPS (2015), petani berusia di bawah 35 tahun hanya 12% dari total petani yang ada. Regenerasi petani berjalan lambat karena orang muda pedesaan tidak berminat menjadi petani dan mencari pekerjaan di kota. Di sisi lain, orang muda perkotaan tidak lagi mengenali asal-usul pangannya, dari mana dan dihasilkan dengan cara seperti apa.  Perubahan sistem pangan yang lebih baik  dapat dimulai dengan mendorong partisipasi orang muda, baik di perkotaan maupun pedesaan. “Orang muda adalah kunci perubahan di sektor pertanian-pangan. Mereka memiliki energi yang besar, daya juang, kreativitas, pemikiran kritis dan inovatif. Melalui program yang tepat, orang muda dapat mengubah tantangan dan persoalan di sektor ini menjadi peluang,” ujar Petrasa Wacana, Disaster Risk Management Campaign & Advocacy Oxfam in Indonesia, di acara Media Talk Partisipasi Orang Muda Perkotaan dalam Membangun Kedaulatan Pangan melalui Petani Muda, di Koempoel SCI Hub (18/10/18). Acara ini merupakan kerjasama Duta Petani Muda dan GROW Week 2018.

Menurut riset Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (2018)  di kota Bogor, sebagian besar orang muda menganggap pertanian adalah sektor penting. Tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan kelaparan, namun juga memperbaiki kehidupan petani dan masyarakat pedesaan. “Orang muda Bogor setuju pentingnya peran pertanian, bahkan 86 persen orang muda ini menganggap pertanian menjadi sektor yang menjanjikan di masa depan. Mereka beranggapan bahwa mendukung sektor pertanian adalah tindakan penting, salah satu caranya dengan mengonsumsi pangan lokal yang dihasilakan petani secara langsung,” ujar Said Abdullah, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, di acara yang sama.

Dari  Indonesia bagian Timur, Perkumpulan PIKUL mengungkap geliat orang muda pedesaan di wirausaha kreatif pertanian-pangan makin menguat. Namun, geliat ini masih didominasi laki-laki muda petani. Riset kecil yang dilakukan Perkumpulan PIKUL (2017) menunjukkan rendahnya minat perempuan pedesaan menjadi petani. Lemahnya akses perempuan muda terhadap tanah, pengetahuan, teknologi, dan manfaat pertanian, mendorong perempuan untuk meninggalkan dunia pertanian. “Jika perempuan muda di pedesaan tidak mendapat dukungan dan akses untuk menjadi sejahtera dari pertanian, mereka akan terpuruk dalam kemiskinan,” kata Torry Kuswardono, Direktur Perkumpulan PIKUL di kesempatan yang sama. “Menciptakan iklim bagi perempuan muda desa untuk kembali bertani, bukan hanya akan memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga menyejahterakan perempuan desa,” tambahnya lagi.

Di Kota Bandung, Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang (KAIL) memberi ruang untuk generasi muda belajar pertanian dan sistem pangan yang berkelanjutan. Lewat workshop dan praktek di Kebun KAIL, orang muda belajar mengenal pangan sehat yang dihasilkan  lewat prinsip-prinsip selaras alam. “Aktivitas seperti ini mendorong terbangunnya pola hidup sehat dan perbaikan ekosistem pertanian jangka panjang,” ujar Chatarina Any Sulistyowati, Koordinator Perkumpulan Kuncup Pada Ilalang (KAIL).

Orang-orang muda memiliki potensi memperbaiki sistem pangan yang lebih efektif dengan cara inovatif. Inisiatif usaha berbasis teknologi seperti Apps dengan berbagai model bisnis telah mendisrupsi praktik perdagangan pangan maupun relasi antar pelaku. “Selain mendorong produksi pangan secara lokal, berbagai Apps yang ada saat ini dapat menjadi alat untuk menghubungkan produsen pangan dan konsumen di lokasi yang berjauhan sehingga keterhubungan kota dan desa dapat terjadi. Inovasi ini ujung tombaknya adalah orang muda,” ujar M. Maulana, founder co-working space untuk pertanian, Workout.id.

Pentingnya keterhubungan antara orang muda di desa dan kota inilah yang melatari kampanye Duta Petani Muda 2018 oleh koalisi jaringan AgriProFocus Indonesia yang terdiri dari Oxfam di Indonesia, KAIL, KRKP, Perkumpulan PIKUL, dan workout.id. “Inisiatif ini bertujuan mengangkat citra pertanian di kalangan orang muda dengan memilih petani muda inovatif sebagai inspirator, sekaligus memperkuat kapasitas mereka dalam hal bisnis, perluasan jaringan, dan pengembangan diri,” ujar Dedi Triadi, Country Network Coordinator AgriProFocus Indonesia. Ajang Duta Petani Muda memilih sepuluh finalis untuk diundang mengikuti Pelatihan Bisnis Inovatif dan Pengembangan Diri pada 26 – 30 November 2018. Satu peserta pelatihan terbaik berhak mendapat kesempatan kunjungan belajar sektor pertanian di Australia. 

Kepada Bergelora.com dilaporkan, Academies Australasia menghargai kesempatan untuk menjadi sponsor kunjungan belajar ke Australia untuk pemenang Duta Petani Muda 2018. Pertanian adalah sektor yang sangat penting untuk perekonomian Indonesia dan Australia. Kedua negara ini adalah tetangga dekat dan masing-masing memiliki banyak ilmu untuk saling berbagi. Pendidikan yang bermutu tinggi sangat penting. Pelatihan harus relevan dan diadaptasikan ke kondisi setempat. Academies Australasia memiliki kepiawaian yang selaras dengan prinsip tersebut. Satu dari 18 lembaga pendidikan vokasi terakreditasi institusi ini telah mendidik banyak petani dari seluruh penjuru Australia selama bertahun-tahun. Academies Australasia juga berpengalaman mendidik peserta pelatihan vokasi dari luar negeri, termasuk penerima beasiswa. Christopher Campbell, Group Managing Director dan CEO Academies Australasia menambahkan “Academies Australasia dengan senang hati akan terus berpartisipasi dalam program Duta Petani Muda. Kami siap menyambut pemenang tahun 2018 di Australia.”

Dalam elemen kampanye ini, selain memperkuat petani muda di desa, pelibatan orang muda perkotaan juga selalu digalakkan. Tanggal 20 Oktober 2018 nanti, orang muda perkotaan akan berkumpul di Kebun Kumara, Situ Gintung, Ciputat, untuk berlajar bersama tentang sistem pangan dan mengenali produsen pangan mereka melalui acara Local Food Party. 

“Selain menghubungkan orang muda perkotaan dengan produsen pangan di pedesaan melalui video vote, kegiatan ini juga mengajak orang muda dan konsumen perkotaan memahami rantai produksi pangan untuk mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan adil. Melalui orang muda kita akan membangun kedaulatan pangan sekarang dan masa yang akan datang,” pungkas Petrasa Wacana. (Irwan Firdaus)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru