KUPANG- Mendekati momen-momen besar politik, seperti Pemilihan Kepala Daerah dan Presiden, CIS Timor dan KOMPAK khawatir perdamaian di Indonesia terancam dengan beredarnya secara luas kabar bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) yang menyangkutpautkan identitas agama, suku, kelas sosial, gender, dan lain-lain, baik di media konvensional maupun media sosial. Hal ini disampaikan Ririn Astrianawaty, Ketua Panitia Konferensi Anak Muda “Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian Tidak Keren!: Anak Muda Bersama Melawan Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian untuk Indonesia Damai” di Kupang, Rabu (12/12).
“Jika tidak ditangani dengan tepat, opini-opini yang tidak kredibel ini potensial memecah belah keutuhan dan persatuan sosial dalam masyarakat,”
Di sini menurutnya peran masyarakat, terutama anak muda sebagai generasi yang dinamis dan akrab dengan teknologi informasi terkini, menjadi penting untuk menjaga supaya kabar bohong dan ujaran kebencian tidak beredar luas dan memecah belah masyarakat.
Dalam dua hari tanggal 11-12 Desember 2018), CIS Timor dan KOMPAK, dengan dukungan Oxfam dan Kementerian Sosial RI akan melaksanakan Konferensi Anak Muda yang akan berfokus pada peran anak muda dalam menyebarkan kabar dan berita positif untuk mendukung perdamaian Indonesia, serta tidak mudah terhasut kabar bohong dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Agenda Konferensi Anak Muda “Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian Tidak Keren!: Anak Muda Bersama Melawan Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian untuk Indonesia Damai” selama dua hari membahas “Dinamika Pembangunan, Restorasi Sosial, dan Pluralisme di Nusa Tenggara” dengan narasumber: Gubernur NTT, Pater Gregorius Neonbasu, Pendeta Dr. Ira Mangililo, Zarniel Woleka dipandu Moderator, Juliana Ndolu
Diskusi Panel kedua bertemakan “Peran Anak Muda dalam Menghentikan Penyebarluasan Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian” dengan narasumber: Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, LC, MA (Tuan Guru Bajang), Dion D.B. Putra (Pos Kupang), Perwakilan Polda NTT, Anjulin Kamlasi (BEM FKIP UNDANA/KOMPAK), dan Widya Suci (AKAPELA NTB) dengan moderator, Anna Djukana
Diskusi Kelompok Anak Muda juga dilakukan dengan tema “Kondisi Daerah dan Kerja-kerja Komunitas untuk Mencegah Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian”. Acara diikuti Pengumuman Pemenang Lomba Esai, Poster, Pentas Seni Anak Muda dan Outbond untuk mempererat kerja tim kelompok anak muda. Acara selama dua hari akan diikuti perwakilan anak muda dari NTT, NTB, Aceh, dan Yogyakarta.
Peace Maker
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Pasca konflik Timor Leste-Indonesia tahun 1999, CIS Timor sebagai salah satu lembaga non-profit di Kupang (Nusa Tenggara Timur), fokus bekerja dan mengawal pemulihan masyarakat baik dari sisi pangan, sandang, papan, dan moril. Sejak saat itu CIS Timor tetap fokus bekerja dalam pencegahan dan resolusi konflik sosial. Hingga di tahun 2011, dengan menyasar orang muda sebagai investasi terbaik mecegah konflik sosial, terbentuklah KOMPAK (Komunitas Peacemaker Kupang) yang hingga hari ini berjuang untuk mempengaruhi opini masyarakat dan pemerintah dalam merawat keberagaman dan menolak radikalisme.
“Mengapa penting menjaga perdamaian, karena pada dasarnya tanpa perdamaian masyarakat tidak dapat berkarya dan hidup tentram, yang kedua karena bangsa Indonesia merdeka atas dasar budaya dan agama yang berbeda,” kata Ririn Astrianawaty.
Sejak 2013, CIS Timor dan KOMPAK mendapatkan dukungan dari Oxfam dan Kementerian Sosial RI dalam program pemberdayaan dan pengorganisasian kelompok anak muda untuk pembangunan perdamaian dan persatuan Indonesia. Oxfam adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang berada di 20 negara dan bekerja di hampir 100 negara di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia.
Visi Oxfam adalah “Dunia yang adil tanpa kemiskinan.” Di Indonesia, Oxfam bekerja di wilayah bagian timur Indonesia, salah satunya di wilayah NTB, bersama beberapa mitra organisasi masyarakat sipil/lembaga swadaya masyarakat lokal. (Irwan F.)