JAKARTA- Aktivis dan keluarga korban penculikan tahun 1997-1998 menyatakan tak akan memilih capres pelanggar HAM. Mereka bertekad mengalahkan capres pelanggar HAM itu. Hal ini dinyatakan dalam konferensi pers bertajuk “Kembalikan Kawan Kami, Kalahkan Capres Pelanggar HAM” di Grand Cemara Hotel, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/3). Ikut hadir dalam acara itu Paian Siahaan dan istrinya (orang tua Ucok Munandar Siahaan), Utomo Rahardjo (ayah Petrus Bimo Anugerah). Kemudian Suyadi (kakak Suyat), Ma’rufah (ibu Faisol Riza), Wahyu Susilo (adik Wiji Thukul), dan Budiarti (ibu Leonardus “Gilang” Nugroho Iskandar).
“Karena kita semua tahu bahwa salah satu capres RI, capres nomor 2, adalah orang yang secara langsung terkait dengan peristiwa yang kami semua alami,” kata Mugiyanto Mugiyanto mengingatkan keterlibatan Prabowo Subianto terlibat dalam peristiwa penculikan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan kelompok lainnya pada penghujung kekuasaan Soeharto dan Orde Barunya.
“Waktu itu, Prabowo Subianto adalah Letjen Kopassus, dan beliau kemudian diberhentikan secara tidak hormat karena keterlibatannya dalam kasus penculikan aktivis tahun 1997-1998. Prabowo diberhentikan dari dinas militer atas rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira yang menyidang dia,” imbuhnya.
Mugiyanto menyebut, berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, Kopassus merupakan pelaku penculikan para aktivis. Dia mengaku tidak bisa membayangkan jika pelaku penculikan menjadi Presiden RI.
“Posisi Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia adalah bahwa kami tak punya bayangan bahwa pelaku pelanggaran HAM, pelaku penculikan yang belum mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum, itu dipilih menjadi presiden. Kami tidak menginginkan itu terjadi,” tegas Mugiyanto.
“Tagline kami, dengan undangan yang kami kirimkan adalah, ’21 Tahun Penculikan dan Kalahkan Capres Pelanggar HAM’. Jadi itu tagline kami,” lanjutnya.

Mendukung Jokowi
Ayah salah seorang aktivis korban penculikan, Utomo Rahadjo, menegaskan hal serupa. Dia mengajak seluruh aktivis dan keluarga korban tidak memilih capres pelanggar HAM.
“Saya adalah ayah dari Petrus Bimo. Untuk ke depan, saya memakai kaus, tulisannya Anda bisa baca sendiri, ‘Kalahkan Capres Pelanggar HAM’. Marilah kita memilih capres yang bukan pelanggar ham,” sebut Utomo.
Utomo menyatakan dukungannya untuk capres petahana Joko Widodo (Jokowi). Dia berharap, pada periode kedua, Jokowi bisa menuntaskan kasus penculikan aktivis.
“Harapan saya kepada pemerintah pada pemilu yang akan datang, yang jelas kami adalah keluarga korban yang konsisten mendukung Jokowi untuk periode yang kedua. Dan harapan kami kepada pemerintahan Jokowi, mudah-mudahan memberikan harapan kepada kami yang hadir disini keluarga korban telah menunggu 21 tahun,” papar Utomo yang bersama yang lainnya mengenakan kaus #KalahkanCapresPelanggarHAM.
Para keluarga hadir didampingi beberapa korban penculikan 19971998, yakni Mugiyanto, Faisol Riza, dan Aan Rusdianto. Mereka adalah tiga dari sembilan korban penculikan yang kembali. Adapun enam orang lainnya adalah Andi Arief, Nezar Patria, Pius Listrilanang, Desmond J. Mahesa, Haryanto Taslam, dan Rahardjo Waluyo Jati.
Sedangkan 13 aktivis lainnya masih hilang. Mereka ialah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Suyat, Yani Afri, Herman Hendrawan, Dedi Hamdun, Sony, Noval Alkatiri, Ismail, Ucok Siahaan, Yadin Muhidin, Hendra Hambali, dan Abdun Nasser.
Puisi Thukul Dibacakan
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Konferensi pers dibuka dengan pemutaran video wawancara para keluarga korban. Lampu ruangan dimatikan ketika video itu diputar. Setelahnya, Wahyu Susilo membacakan puisi karya kakaknya, Wiji Thukul, yang bertajuk “Para Jenderal Marah-Marah”.
Paian Siahaan mengatakan, keluarga korban sudah sejak lama memperjuangkan penuntasan kasus. Dia bercerita, 2014 bahkan perwakilan keluarga korban mendatangi Komisi Pemilihan Umum agar menggugurkan Prabowo sebagai calon presiden. Toh, Prabowo tetap maju dan kembali mencalonkan diri di pilpres 2019.
Paian juga menanggapi belum terealisasinya penuntasan kasus pelanggaran HAM berat selama pemerintahan Jokowi. Calon presiden inkumben itu sebenarnya telah melontarkan janji tersebut dalam Nawa Cita, visi misinya di pilpres 2014. Menurut Paian, Jokowi akan mau menuntaskan kasus tersebut lantaran dirinya tak terkait langsung dengan peristiwa itu. Hanya saja, menurutnya, waktunya belum tepat sehingga belum dituntaskan.
“Tapi jika Pak Prabowo menjadi presiden artinya tertutup harapan untuk menyelesaikan kasus ini,” kata Paian.
Konferensi pers dihadiri oleh sejumlah pendukung pasangan calon Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Mereka tampak mengenakan kaus merah bertuliskan #01. Tampak hadir pula influencer sosial media Ulin Niam Yusron di lokasi.
Penculikan aktivis dilakukan oleh Prabowo Subianto dan Tim Mawar atas perintah dari Presiden Soeharto, karena ketakuan atas meluasnya gerakan rakyat yang melawan kediktaktoran Soeharto dan Orde Baru. Sementara Prabowo Subianto dan sisa-sisa Orde Baru bercita-cita untuk kembali menerapkan kediktaktoran Orde Baru jika terpilih dalam Pemilu 2019 nanti. (Web Warouw)