Sabtu, 12 Juli 2025

Mengapa Trade War Trump Gagal Hentikan China?

Presiden RRC Xie Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. (Ist)

Gangguan Trade War dari Amerika Serikat tidak menghentikan visi China untuk menjadikan satu dunia yang sejahterah gembira dan bahagia bersama. Ini adalah tulisan kedua Ivan Sharon, seorang Indonesia, pengamat perang dagang AS-China, di Washington DC, Amerika Serikat mengirim tulisannya khusus untuk pembaca Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh : Ivan Sharon

KEBINGUNGAN soal bagaimana memaksa Presiden RRC, Xie Jinping mengikuti kehendaknya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melampiaskan emosinya pada Huawei. Bukan hanya Huawei diban penjualannya di Amerika Serikat, tetapi Trump melarang juga perusahaan-perusahaan Amerika mensupply komponen untuk Huawei. Siapa menang…?

Keputusan Trump sangat merugikan perusahaan-perusahaan Amerika, karena Huawei adalah pembeli besar komponen-komponen mereka. Tapi Trump sudah kalap. Huawei dihantam dengan segala cara. Dari gak boleh jual produk, pimpinan perusahaan ditangkap, sampai gak boleh beli komponen.

Apakah Huawei mampu bertahan? China membatalkan order ribuan ton daging babi dari Amerika. Konsumen di Amerika boleh senang, harga babi akan anjlok. Konsumen di China, saatnya ciache (jadi vegetarian), sancai sancai!

Kabar terakhir soal perundingan perang dagang Amerika-China, sementara time-out. Walau negotiator Amrik berangkat ke Beijing, karena 2 hal. Pertama, Italia menyatakan diri ikut club Belt and Road Initiative (BRI) China, dan Xi Jinping ke Italia besok.

Giliran sekarang adalah diinisiatif China untuk membangun kembali Kejayaan China di era Xie Jien Ping. Seminggu Italia ikutan club BRI, anggota European Union (EU) atau Uni Eropa lain, yaitu Luxembourg langsung teken pakta ikutan club BRI.

Mungkin banyak negara EU yang mau join tapi gak enak hati dengan Amerika dan negara-negara besar EU. Sekali Italia teken, mereka dapat angin dan cepat-cepat ikutan.

Setiap negara kecil di Eropa pasti sudah tahu sikap Jerman dan Perancis ini. Negara besar seperti ini dengan rasa khawatir melihat China mulai dagang dengan masing-masing negara lain dan membuat posisi mereka lebih lemah. Itu tidak bisa dihindari, ujung-ujungnya duit.

Pada dasarnya akhirnya semua demi kepentingan sendiri. Jerman dan Perancis ingin China dagang dengan Eropa lewat mereka aja. Ketika Italia dikritik karena ikutan BRI, inilah jawaban Italia, ”Kalian sih enak sudah meraup untung duluan. Kalian sudah ikutan BRI tanpa teken secara formal.”

Sebenarnya sih, Jerman itu agak-agak rakus. Jerman memang sudah melakukan kerjama BRI dengan China lama. Kerjasama dengan pelabuhan Hamburg dan kota Duisburg. Kereta-kereta barang dari China berseliweran ke Jerman secara rutin bolak balik. Ya itu Jalan Sutera.

Jerman memang gak mau negara lain ikutan aja. Eh ternyata Belgia sudah ikutan duluan sejak tahun lalu. Belgia terlihat menggunakan BRI untuk saingan dengan kota-kota dagang Eropa yang lain.

Anggota Uni Eropa mana lagi yang akan menyusul? Mungkin negara kecil tapi kaya seperti Luxembourg yang menghasilkan income perkapita paling tinggi di dunia. Lucu juga Belgia ikut BRI, karena Brussel ibu kota Belgia juga de facto adalah ibukota Uni Eropa.

Banyak negara-negara Eropa yang diam-diam tidak suka dikuasai oleh pembesar-pembesari Uni Eropa, terutama Jerman dan Perancis. Bisa dibilang, kedua negara ini yang menentukan arah Euro. Ikut BRI menjadi salah satu satu cara untuk membuat negara-negara Eropa lainnya lebih independen dalam lingkup Eropa.

Diplomasi Foursome

Cara menghandle hubungan internasional ala Euro, Xie Jinping mengunjungi Macron, tapi Merkel dan Juncker mau ikutan juga, jadinya foursome. Walau Macron sebelumnya mengkritik BRI, tapi Xie Jinping pura-pura gak dengar dan ngajak Perancis dan Jerman ikutan,— eh, tidak ditolak, Perancis dan Jerman beneran ikutan. Mudah banget, diplomasi Xie Jinping kayak ngajak pacaran saja.

Memang Xie Jinping hebat. Donald Trump, jika ada tantangan atau kecaman, akan langsung balas menantang dan mengecam lebih keras. Sedangkan Xie Jinping, bisa santai saja, senyum-senyum pura-pura gak pernah dengar.

Lucu juga, baru beberapa hari lalu bilang BRI sebagai ancaman, sekarang bilang “We, as Europeans, want to play an active part.” Bener-bener kayak orang pacaran. Masing-masing pihak tidak terfokus pada kata-kata yang diucapkan, tapi pada hal-hal yang tidak diucapkan.

Setiba BRI di Eropa, terdengar seperti musik juga. Yang diinginkan oleh negara-negara Eropa adalah BRI juga mempermudah produknya dipasarkan di China. Tapi itu kalau disetujui. Deal dengan Amerika sukar dilakukan kalau Trump memaksa China beli terlalu banyak dari Amerika. Kemungkinan yang akan dikorbankan China adalah Australia dan Canada.

China memperlihatkan bahwa Eropa masih dianggap penting dengan order besar 300 pesawat Airbus. Sebagian besar A320neo, pengganti Boeing 737 MAX yang mau dibatalkan China. Airbus A320neo itu dimiliki oleh negara-negara Eropa berpusat di Belanda. Sinyal penting yang ditunjukan China adalah China tidak akan pernah meninggalkan Eropa demi Amerika.

Sikap kesal Eropa minggu lalu disebabkan Italia maju teken BRI secara bilateral, Eropa merasa dilangkahi. Duet Franco-Germany mempertahankan Eropa yang mendapat pukulan Brexit dan Trump membuat mereka sensi kalau China ikut memecah Eropa. Namun ternyata Xie Jinping sudah siapkan ramuan tokcer untuk Eropa foursome dengan Macron, Merkel dan Juncker.

China Menjawab Trump

Ketika tim Amerika menyatakan akan ke China untuk teruskan negosiasi dagang, pihak China menunjukkan sikap tidak antusias setelah Trump main-main dengan ‘little tricks’.

Kampanye Pilpres 2020 semakin dekat, Trump harus semakin gak sabaran. Sikap China terlihat dibeberapa media internasional,– Show sincerity or cancel trade talks, Chinese state media tells US – https://sc.mp/ro4p China stops buying American pork as US-China trade war drags on – https://sc.mp/d3yn

Xie Jinping berangkat berkunjung ke Italia. Trump sakit hati dan bilang dia akan tetap mengenakan tarif pada China. Pasar saham Amerika langsung anjlok lagi. Deadline untuk deal dari Trump semakin molor. Tadinya akhir 2018, lalu dimolor jadi 1 Maret 2019. Eh gak deal, dimolor lagi jadi akhir Maret. Sudah akhir Maret belum deal, katanya di tunda jadi April.

Semakin molor, China semakin tahu bahwa Trump benar-benar ingin terjadi deal. Kalau Amerika tidak memaksakan klausal bahwa ‘Amerika bisa setiap saat menghukum China dengan tarif secara unilateral, dan China ga boleh balas’,– mungkin April sudah deal. Tapi kalo ada klausal Amerika boleh mukul tapi ga boleh dibalas,– ya susah,–siapa yang mau sih!

Kalau saja bulan lalu Trump teken, terpaksa China harus beli tuh ribuan Boeing 737 MAX walaupun resiko jatuh besar. Sekarang sesudah ketahuan 737 MAX bermasalah, China menolak. Lalu negara-negara Eropa mulai mendekat lagi karena mereka juga takut China deal dengan Amerika. Negosiasi jadi susah sekarang.

Posisi negosiasi dagang Amerika-China sekarang terbalik dari bulan silam. Tadinya Trump yang mencoba mendesakkan tuntutan ke China. Sekarang terlihat tim Amerika takut China mundur dari konsesi-konsesi yang sudah disetujui secara lisan.

Italia belum teken ikutan BRI, Malta sudah ancang-ancang mau ikutan join. Ini seperti bola bilyard, ada satu saja yang strategis tersentuh, jadi efek domino ke bola yang lain. Pelabuhan masuk Eropa semakin banyak dan ramai. Rotterdam bisa jadi sepi nich. Kalo jalan kereta cepat itu bisa jadi sampai Singapore, enak juga. Dari Singapore dengan cepat sampai Kuala Lumpu 1 jam lebih sedikit. Kuala Lumpur – Bangkok 5 jam. Bangkok – Vientiane – Hanoi – Kungming, dan menyatu dengan sistem di China. Dari sono bisa ke Moskow, lalu Jerman. Semua dengan kereta api. China memang menyatukan Dunia, sejahterah, bahagia dan gembira bersama!

Bersama BRI pasti semakin ramai, moga-moga Indonesia gak ditinggal jadi penonton saja. Indonesia tetap saja negara kepulauan, gak bisa menikmati jalan darat ke negara-negara lain. Terlalu besar biaya bikin jembatan seperti yang dilakukan di Hongkong. Harusnya Singapore tanggung biaya sedikit lebih banyaklah… Toh itu ntar Singapore juga yang kecipratan untung. Ada kemungkinan ntar sesudah Malaysia puas dengan term dan kondisi, jalanan bisa dibangun.

Bagaimana Indonesia?

Itulah rumitnya. Mahathir batalkan proyek jalan kereta di Malaysia. Mungkin Mahathir berpikir, kalau jalan ini jadi maka yang diuntungkan itu Singapore. Karena jalan dari China, Vietnam, Laos, Thai, Malaysia, tujuan akhir Singapore. Lalu kenapa Singapore cuma bayar jalan di tempatnya yang pendek?

Tetapi sekali lagi ya, ini seperti bermimpi. Bisa gak dibayangkan besarnya hambatan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Tapi biarin saja China bermimpi, toh dia yang keluar duit juga.

Jika ini sukses, maka efeknya jauh-jauh lebih besar daripada Marshall Plan pada era seusai Perang Dunia II dulu. Eropa dan Asia Timur sudah menjadi maju, lalu dijadikan batu loncatan untuk negara-negara Eurasia lain untuk berkembang. Persis Eropa Timur saat ini, yang tiba-tiba jadi ramai.

Kalau jaringan jalan-jalan, kereta api, udara, dan laut malang melintang di Eurasia, tiba-tima kita lihat kota Vienna sudah gak jauh lagi. Budapest seperti ada di negara tetangga. Besok berangkat ke Teheran, lalu kembalinya lewat Baku. Inilah impian yang ingin direalisasi oleh China dan Xi Jinping.

Jika BRI sukses, susah membayangkan masa depan Eurasia yang menjadi satu benua besar dengan manusia yang sudah terhubung keluar masuk. Sekarang di Indonesia kan orang-orang sudah gampang. Negara-negara ASEAN dan Asia Timur sudah terhubung dengan transportasi gampang dan murah. Tiket keluar negeri lebih murah daripada tiket domestik! Gimana kalau ntar seluruh Eurasia?

Pernah tonton film Nemo? Ada arus besar di lautan, yang digunakan oleh ikan-ikan untuk migrasi. Kalo terjun ke arus itu, maka gampang migrasinya. BRI kira-kira kayak gitu. Kalo ntar jalan, maka paling enak terjun ikut arus supply dan distribusi barang-barang, yang sekarang susah banget dijual.

Lalu siapa yang bisa dirugikan? Pertama tentunya Amerika, Canada, dan Amerika Selatan. Karena mereka nun jauh dari Eurasia. Kedua, yang kuatir adalah negara-negara kepulauan seperti Jepang dan Filipina. Pejabat Filipina malah ada yang bilang, “Lalu kami gimana? Ok memang ada BRI Maritim, tapi ga lewat!”

Siapa yang diuntungkan, kalau BRI sukses? Secara umum, semua negara dalam kerjasama kawasan BRI. Pertama, tentunya China karena dia yang mendorong. Kemudian negara-negara Asia Tengah, yang sekarang miskin, tiba-tiba negara mereka jadi tempat orang  hilir mudik. Eropa,– tiba-tiba pasar langsung ada di depan pintu.

Italia sendiri melihat pertumbuhan tinggi barang-barang yang masuk Yunani setelah Yunani ikutan. Dan Italia sendiri banyak pelabuhan, terutama pelabuhan Trieste. Kalo pelabuhan-pelabuhan itu ikut dalam BRI, diharapkan bisa ramai. Jadi ujung-ujungnya BRI semua urusan duit.

Nah, Amerika langsung labrak Italia. Jadi belum tentu jadi nich. Tunggu beberapa hari mendatang, apakah Italia bisa menahan labrakan Amerika? Tetapi kalau Italia join, itu adalah negara G7 pertama yang join dengan club BRI. Kenapa Italia mau join? Ya untuk dapat untung dari China lah!

Terakhir pengambil keputusan di China juga terlihat ragu-ragu karena ternyata banyak negara-negara yang tadinya mau ikut seperti Malaysia, jadi ga mau setelah Mahatir naik. Karena biayanya ini kan ga sedikit, jadi mungkin China berpikir, ngapain gue yang dorong-dorong? Eh, tapi Italia menyatakan diri mau ikut.

Visi Besar Euroasia

Visi China soal penyatuan Eurasia terus terang terlalu besar, terlalu ambisius. Ada 68 negara, yang kalo digabung itu mewakili sebagian besar dari humanity. Banyak yang politik dan ekonomi morat marit. Gimana caranya sih menjadi satu area dagang?

Permasalahan China adalah, gegara terlalu banyak negara harus ngutang, sering hutang kan gak dibayar. Dan ini juga menyebabkan resistansi dalam negeri China sendiri. Beberapa pembangkang menggunakan isu ini, kenapa kasih hutang ke negara lain padahal warga sendiri butuh duit?

Memang BRI ada masalah, gak semua negara kaya, harus minjam uang kalo mau bikin investasi infrastruktur. Dan itu kemudian dihebohkan oleh Amerika Serikat sebagai debt-trap dari China. China membantah, tapi ya susah ya, namanya juga pasti ada hutang.

Nah, gampang ketebak, kira-kira siapa yang paling ga suka ide ini? Ya pasti yang ada di luar Eurasia, terutama Amerika. Lha, kalo kalian semua pesta-pesta di Eurasia, lalu saya (Amrika) sebagai Big Brother kebagian apa dong? Penyatuan Eurasia BRI dianggap sebagai ancaman berat untuk Amerika.

China yakin seluruh Eurasia bisa menjadi kekuatan ekonomi yang bertautan erat dan akan maju menjadi pelopor kemajuan dunia di masa mendatang. Untuk itu China mengajak untuk inves di sarana-sarana transportasi, pelabuhan, dan pelan-pelan aturan yang memudahkan barang dan orang keluar masuk batas negara.

Bagi China, mengapa satu benua tetapi saling terisolasi? Di sebelah barat ada Eropa yang maju. Di sebelah timur ada Asia Timur juga maju. Tetapi kedua sisi terpisah. Ditengah-tengah itu penuh negara-negara rada kacau balau, Afghanistan, Pakistan, Turmekistan, dsb.

Bagi China sebenarnya benua Eropa dan Asia itu adalah satu benua secara fisik, dinamakan EURASIA,–satu kesatuan! Tetapi karena luas maka Timur dan Barat sepertinya terpisah. Nah, China ingin menggabungkan Asia dan Eropa kembali jadi satu.

Kedua, ada perkembangan baru soal Boeing 737 MAX, karena Amerika menuntut China membeli 8.000 pesawat. Sekarang China menolak membeli 737 MAX.

Kembali ke BRI, sebenarnya apa itu BRI? Kenapa China ngotot dengan BRI? Dan Kenapa Amrik ngotot ingin menggagalkannya?

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru