Menanggapi tulisan dari Ivan Sharon dari Washington Amerika Serikat, Gou Feng Xiang, seorang pengajar di Universitas Beijing memberikan pandangan dari China, tentang kegagalan pengamat barat untuk memahami kemajuan ekonomi China. Tulisan ini diharap membuka mata pembaca Bergelora.com di Indonesia (Redaksi)
Oleh: Gou Feng Xiang
SUDAH lebih dari 20 tahun, banyak pengamat (pundit) ekonomi dari Barat meramalkan ekonomi China di sini akan meletus karena terlalu panasnya pergerakan ekonomi China. Namun perkiraan tersebut selama ini juga berkali-kali meleset terus., Sementara ekonomi China melejit terus ditengah teriakan-teriakan ‘awas! Awas!’
Mengapa? Jawaban singkat saja: Pengamat Barat, dan juga para akademik yang belajar dari ilmu-ilmu ekonomi Barat itu terlalu terpaku pada kacamata mekanisme di barat. Mereka tidak bisa fleksibel menerapkannya pada tempat dan budaya yang berbeda.
Para ekonom China juga belajar teori dari Barat. Tetapi mereka tidak menerapkannya secara membabi buta. Selalu harus berpikir out-of-the-box. Teori ekonomi tidak selalu benar,– itu bukan sains!
Cara pikir strategis China tidak ada yang benar-benar jelas. Karena mereka diam-diam saja melakukannya. Waktu ngomong, mereka ngomong yang general-general saja. Sebenarnya mata uang China, RMB (Yuan) seharusnya mengalami penurunan besar, karena memang supplynya banyak. Sebenarnya, setiap saat pemerintah China membela RMB dengan mengkatrolnya, karena kalau tidak, akan Amerika akan menganggap China sebagai manipulator mata uang.
Katanya sejak beberapa tahun terakhir, habis uang $1 triliun hanya untuk itu. Tetapi sebelumnya, apakah ada yang pernah mikir, darimana sumber supply duit segitu banyak? Kenapa pemerintah China mengucurkan duit segitu banyak? Gitu itu terjadi dengan sendirinya. China melakukan sistem devisa terkendali,– dari dulu!
Kalau warga China mengekspor $1 juta ke Amerika, duit yang dibayar perusahaan Amerika akan masuk ke akunnya di China dalam RMB. Jadi pemerintah menampung USD. Sampai akhirnya USD yang ditampung banyak banget!
Itulah salah satu faktor utama, kenapa supply RMB makin banyak? Pemerintah harus membayar exportir dalam RMB kaaan… Jadi semakin banyak ekspor, semakin banyak RMB yang diterima warga. Dan China eksportir numero uno di dunia dengan pertumbuhan cepat. Karena itulah supply tidak bisa ditahan.
Walaupun begitu, tidak berarti nggak ada celah. Pemerintah China sengaja membiarkan Hong Kong menjadi pusat finansial alternatif. Para eksportir China bisa membuka akun bank di Hong Kong, lalu terima pembayaran luar negeri dalam bentuk USD.
Akhirnya mereka punya akun gemuk di Hongkong. Bahkan Perederan $US untuk Asia Pacific diatur dari Pasar Uang Hongkong!

Supply Duit
Okey… kembali kepada pertanyaan semula, kenapa supply duit segitu banyak tidak bikin China hancur mata uangnya menjadi tak bernilai?
Ada satu hal yang luput dilihat para pengamat Ekonomi Barat, yaitu sejarah ‘Kebangkitan Ekonomi Jalan Baru China yang disusun tahun 1988 sampai dengan 1998 serta diujudkan dalam ‘Pertumbuhan Kekayaan Nasional China’ saat ini.
Biasanya ekonom terlalu fokus pada GDP (penghasilan), dan lupa pada angka Kekayaan. Padahal ‘Kekayaan’ adalah akumulasi harta yang bisa dinyatakan dalam bentuk nilai duit,–sudah ‘Termonetisasi’.
Bank Swiss Credit Suisse sejak bertahun-tahun mengumpulkan data kekayaan negara-negara di dunia. Mari kita lihat data thn 2015 dan 2018. Data Indonesia juga ada disana.
Tolong lihat pertumbuhan kekayaan China. Magic bukan? Gila bukan? Adakah negara yang demikian?
Hanya dalam 3 tahun, kekayaan China bertambah 2,2x lipat. Artinya lebih dari double.
Dan ini jelas terlihat di China. Tiba-tiba negaranya jadi canggih. Bangunan-bangunannya tinggi berdiri, jalan kereta api baru puluhan ribu kilometer. Semuanya dalam skala tak terbayangkan.
Artinya pertambahan uang yang banyak itu ‘terserap’ dalam ekonomi. Kenapa bisa demikian?

Kekuatan Negara Komunis
Itulah enaknya jadi negara komunis..!! Semua lahan punya negara dan tidak dihitung secara moneter. Jadi untuk menampung nilai pertambahan duit yang begitu banyak, investasi besar-besaran di bidang property dan sebagainya dilakukan. Lahan yang tadinya tidak dinilai, dijual atau disewakan untuk warga yang kelebihan duit.
Karena Pemerintah punya begitu banyak cadangan lahan dan sebagainya, ekonomi China berfungsi seperti sponge, siap menyerap duit dalam jumlah berapapun.
Berbeda dengan negara-negara lain. Kota-kota hantu di China tidak membuat ekonomi ambruk. Karena memang ekonominya bergerak cepat ke arah urbanisasi. Program urbanisasi menyerap banyak sekali kelebihan duit yang dihasilkan oleh warga.
Coba lihat, dalam kurun waktu 12 tahun,– 2005 ke 2017, demografi (kependudukan) China berubah total. Ini daftar penduduk kota (urban) dan desa (rural) disetiap propinsi.
Perpindahan dari desa ke kota terjadi secara masif, paling besar dalam sejarah seluruh umat manusia.
Apa yang terjadi kalau penduduk desa pindah dalam jumlah ratusan juta jiwa ke kota dalam waktu singkat? Tiba-tiba infrastruktur, properti dan sebagainya dibutuhkan dengan cepat. Semuanya butuh duit, karena itulah pertumbuhan supply duit langsung ketemu kebutuhannya.
Skala di China itu sukar dimengerti oleh pengamat ekonomi (pundit-pundit) di barat. Karena teori-teori ekonomi dibikin dengan asumsi masyarakat yang kurang lebih stabil, padahal yang terjadi di China itu revolusi besar-besaran secara diam-diam.
Karena itu sangat menyedihkan bila membaca analis pengamat-pengamat ekonomi barat doomsayers yang bertebaran. Mereka sudah lama jadi kaki tangan kapitalisme barat yang sudah rusak dan bakal punah! Mereka cukup puas menjilat kepentingan barat yang berkali-kali merusak peradaban dunia!
Untuk mengerti China, harusnya jangan memakai otak yang seperti terindoktrinasi, entah oleh indoktrinasi keynesian atau indoktrinasi moneterism!
Mereka tidak membangun negaranya berdasar teori textbook, tetapi dipikir dengan cara yang kreatif dan terkadang gambling sebagaimana dalam filosopi China: Hidup adalah Perjudian!
Kami merasa kasihan dengan para pengamat ekonomi yang selalu meramalkan kiamat di China, yang setiap kali tidak pernah terjadi lagi. Mirip-mirip para peramal kiamat dari kaum agama, sampai waktu yang diramalkan kiamat,– malah ternyata dunia cerah-cerah saja..!
Investasi Pada Litbang
Sejak Xi Jinping, mereka kritis terhadap investasi besar-besaran dalam bidang property. Karena dikatakan duit mati disono. Gara-gara dorongan Xi Jinping untuk membelokkan dari investasi dari bidang property ke bidang litbang besar-besaran itulah yang mentrigger perlawanan dari Amerika.
Cara pikir Xi Jinping, jika investasi besar-besaran dibelokkan ke bidang litbang tertentu, maka China akan naik kelas menjadi ekonomi high-tech dalam waktu singkat.
Pengamat-pengamat ekonomi Amerika, termasuk yang liberal jadi marah: Apa..? Kalian tidak mau lagi bikin garment dan sepatu..?
Tetapi arah perkembangan di China sukar dibendung. Kami memperkirakan investasi besar-besaran dalam bidang litbang akan melahirkan sesuatu yang sama sekali baru.
Sama seperti investasi besar-besaran dalam infrastruktur dan property mengubah wajah China dalam waktu singkat…!!!