JAKARTA- Hegemoni ajaran agama yang ekslusif akan mempersulit pembumian Pancasila saat ini dan hanya akan menjadikan agama yang mudah diperalat oleh politik identitas. Hal ini disampaikan Romo Benny Susetyo, Pr, Anggota Badan Pembinaan Ideologogi Pancasila (BPIP) kepada Bergelora.com di Jakarta, Rabu (19/6).
“Tantangan membumikan pancasila dalam hegemonik agama yang ekslulif dan menguat membutuhkan kesadaran bersama untuk mengembalikan ideologi Pancasila menjadi arah kebijakan dalam keadaban budaya,” katanya.
Inilah yang menyebabkan agama sering diperalat untu kepentingan politik praktis yang mempertajam konflik dalam masyarakat saat ini.
“Agama sebagai simbolik kerap kali diperalat politik indentitas ini menciptakan pemahaman eklusif untuk keluar dari cara pandang sempit. Maka dibutuhkan pendidikan nilai keutama Pancasila menjadi habit bangsa dalam arah kebijakan dengan pendidikan yang membebaskan dari manipulatif tafsir agama yang sempit dalam penghayatan Ketuhanan Yang Maha Esa,” jelasnya.
Pancasila saat ini selalu dipertentangkan dengan ajaran agama, padahal Pancasila adalah pelaksanaan dari ajaran setiap agama dalam bermasyarakat.
“Proses pembatinan nilai Pancasila seharusnya menjadi arah pendidikan yang bersendikan pemerdekaan manusia dalam penghayatan formalisme belaka. Oleh karena itu dibutuhkan proses tranformasi nilai kemanusia yang univesal bersendikan keadilan dan kemanusia sebagai insan yang menghayati nilai Ketuhanan,” ujarnya.
Untuk itu, seluruh rakyat Indonesia seharusnya mempraktekkan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari untuk membangun nilai universal yang diajarkan setiap agama.
“Penghayatan agama bersendikan kebudayan yang dibatinkan dalam perilaku hidup menjadi acuan dalam sistim nilai sebagai wujud aktualisasi nilai praksis ideologi,” tegasnya. (Web Warouw)

