JAKARTA- Setara Institute merilis hasil survei soal model beragama pada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Hasilnya, responden yang diteliti dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan UIN Bandung menunjukkan bercorak agama paling fundamentalis.
“Fundamentalisme beragama bisa menjadi akar perilaku intoleran, jika visi fundamentalisme dipaksakan di ranah kehidupan sosial,” kata peneliti Setara Institute Noryamin Aini dalam Konferensi pers di Jakarta Pusat, Minggu (30/6).
Setara Institute menggunakan metode kuantitatif dalam penelitiannya. Jumlah responden mencapai 1.000 orang dari 10 PTN di Indonesia. Ke-10 kampus yang diteliti yakni Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, Universitas Mataram, UIN Jakarta, dan UIN Bandung.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, untuk mengukur fundamentalisme dalam pandangan agama, peneliti menanyakan persetujuan atas beberapa pernyataan kepada responden sebagai berikut: 1. Jalan keselamatan dunia dan setelah mati hanya terdapat dalam ajaran agamaku. 2. hanya ajaran agamaku yang bisa menjawab tuntas segala kebutuhan rohani setiap manusia. 3. Ajaran agamaku sudah sempurna, dan saya tidak memerlukan pedoman tambahan di luar agama. 4. Hanya ajaran agamaku yang dapat mewujudkan keadilan bagi masyarakat Indonesia. 5. Indonesia menjadi aman jika semua penduduknya seagama denganku.
Hasil riset pada 10 kampus, kata dia, responden di UIN Bandung mendapat poin 45,0 dan UIN Jakarta mendapat poin 33,0. Lebih lanjut, Universitas Mataram mendapat 32,0 poin; IPB mendapat poin 24,0 poin; UNY mendapat poin 22,0 poin. Kemudian, UGM memperoleh 12,0 poin; Universitas Brawijaya memperoleh 13,0 poin; ITB mendapat 10,0 poin; Unair mendapat poin 8,0; dan UI memperoleh poin 7,0.
Noryamin Aini menjelaskan, mayoritas responden (46.2%) berlatar bidang studi ilmu alam, dan hanya sebagian kecil berlatar keilmuan humaniora. Selain, mayoritas dari mereka mengenyamkan pendidikan di sekolah umum. Hampir 80.2 % responden berlatar belakang pendidikan sekolah umum. Hanya 14% responden berlatar sekolah agama (madrasah pesantren). Dengan kata lain, mayoritas responden tidak mengenyam pendidikan yang dominan agama.
“Mereka adalah fenomena generasi milenial yang cenderung terdidik di sekolah umum,” katanya. (Web Warouw)