Kamis, 13 November 2025

WAH…! Setara Institute: 91% Mahasiswa Mengaku Dapat Pembinaan Agama Secara Khusus

Konferensi Pers Setara Institute, Minggu (30/6). (Ist)

JAKARTA- Hasil penelitian Setara Institute ini juga menampilkan data tentang pengalaman responden mengikuti pembinaan keagamaan secara khusus di level pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Di level perguruan tinggi, pengalaman responden mengikuti pembinaan keagamaan-rohani relatif minimal.

“Hanya 44% respoden mengaku pernah mengikuti pembinaan keagamaan atau rohani,” kata peneliti Setara Institute Noryamin Aini dalam Konferensi pers di Jakarta Pusat, Minggu (30/6).

Sebaliknya, di level sekolah, mayoritas (91%) responden mengaku pernah mengikuti pembinaan keagamaan atau rohani secara khusus, baik kegiatan pembinaan yang diselenggarakan sekolah atau masyarakat umum. Responden yang pernah mengikuti pembinaan keagamaan di waktu sekolah, mengaku bahwa intensitas keterlibatan mereka dalam pembinaan cukup sering.

“Hampir separoh (49%) responden mengaku pernah mengikuti minimal 4 kali. Ringkasnya, pengenalan responden pada materi agama sudah dimulai sejak mereka sekolah. Realitas ini harus diperhatikan untuk memahami hasil penelitian ini,” katanya.

Lebih dari tiga perempat responden umumnya berusia antara 19 tahun sampai 21 tahun. Responden menurut jenis kelamin lebih banyak perempuan (58%). Hal ini terkait dengan latar belakang jurusan kuliah respoden yang secara tradisional akrab dengan dunia perempuan, seperti jurusan pendidikan dokter, keperawatan, pendidikan, dan psikologi.

Distribusi responden menurut agama mendekati pola sebaran agama mahasiswa di tingkat nasional yang berada di kisaran 83-84% beragama Islam. Tidak ada responden yang berasal dari Konghucu.

“Satu hanya yang menarik bahwa ada 4% respoden mengaku atheis. Realitas ini menjadi satu fenomena baru di mana warganegara Indonesia sudah berani secara terbuka mengaku atheis. Padahal status atheis di era Orde Baru cenderung dinilai sebagai identitas yang berrisiko ideologis dan politis yaitu dianggap komunis,” jelasnya.

Pengalaman ekspose responden pada pluralitas suku dan agama dalam pergaulan sehari-hari. Hampir separo (63%) dari responden mengakui pernah tinggal serumah/sekontrakan atau jenis tempat tinggal lainnya dengan orang yang berbeda agama. Bahkan hanya kisaran seperempat (26%) responden mengakui belum pernah tinggal serumah/sekontrakan atau jenis tempat tinggal lainnya dengan orang yang berbeda suku.

“Dengan kata lain, pengalaman responden sangat akrab dengan fenomena keragaman suku dan agama yang biasanya beririsan kuat dengan model beragama seseorang,” katanya.

Sebelumnya, kepada Bergelora.com dilaporkan, Setara Institute merilis hasil survei soal model beragama pada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Hasilnya, responden yang diteliti dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan UIN Bandung menunjukkan bercorak agama paling fundamentalis.

Setara Institute menggunakan metode kuantitatif dalam penelitiannya. Jumlah responden mencapai 1.000 orang dari 10 PTN di Indonesia. Ke-10 kampus yang diteliti yakni Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, Universitas Mataram, UIN Jakarta, dan UIN Bandung. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru