JAKARTA- Pemerintah Kabupaten Pacitan terlambat menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Hepatitis A di daerahnya padahal penderita saat itu sudah mencapai 581 orang. Hal ini disampaikan oleh dr. Ribka Tjiptaning P AAK, dari Fraksi PDI Perjuangan di Komisi IX DPR RI kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (4/6).
“KLB baru dinyatakan pada tanggal 25 Juni 2019, padahal jumlah penderitanya sudah mencapai 581 orang. Bila jumlah penderita suatu penyakit di daerah sudah dua kali dari jumlah rata-rata kejadian normal, sudah seharusnya dinyatakan KLB,” ujarnya.
Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana ini, bila lebih cepat dinyatakan KLB berarti lebih cepat antisipasi, pencegahan, dan penanganan penularan virus hepatitis A tersebut, sehingga tidak akan mencapai jumlah penularan sedemikian besar.
“Karena terlambat, sekarang sudah mencapai hampir 1.000 orang terpapar virus hepatitis A. Dan akan terus bertambah, karena masa inkubasi, sampai pertama kali gejala muncul, setelah terjadi infeksi, biasanya 2-6 minggu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, politisi yang juga dokter ini mengatakan bahwa hepatitis A menular melalui air, makanan, lingkungan yang tidak bersih.
“Penyakit menular yang pencegahannya melalui hidup bersih, baik makanan dan minuman, serta lingkungan bersih termasuk pola penggunaan MCK (Mandi Cuci Kakus) yang benar,” terangnya lagi.
Untuk itu ia meminta agar pemerintah pusat segera bisa mengambil langkah-langkah secepatnya untuk mengatasi KLB di Pacitan dan agar tidak menular ke daerah lain.
“Maka saya mendesak, sesuai roh dalam UU kesehatan No 36 Tahun 2009, Kementerian Kesehatan sebagai leading sector memprioritaskan upaya preventif dan promotif dalam pembangunan kesehatan,” pungkasnya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, sebelumnya Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penyebab penularan penyakit hepatitis A akibat kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Gubernur Jawa Timur, Khofifah menyebut, penularan penyakit hepatitis A dimulai dari PHBS di masyarakat.
Khofifah juga menyebut saat ini angka penularan tersebut kian menurun.
“Penularannya sudah menipis sebetulnya. Tapi dari awal problemnya karena PHBS ini, terutama berkaitan dengan air bersih. Kita akan suplai air bersih yang dibutuhkan masyatakat,” kata Khofifah, Selasa (2/7) kepada media.
Hingga saat ini, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk menghentikan penularan wabah penyakit tersebut.
Khofifah bahkan telah meminta Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur untuk memeriksa kecukupan air bersih di wilayah Pacitan.
“Saya mengomunikasikan dengan Kadis Kesehatan supaya bisa diperiksa kecukupan air bersihnya, karena tadinya sempat meluas di delapan kecamatan,” ujar Khofifah.
Senada dengan Khofifah, Kepala Dinas Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan, angka penularan hepatitis A mengalami penurunan secara harian.
“Sejak sebelum ditetapkan kejadian luar biasa ( KLB), kami sudah melakukan upaya pencegahan. Meski jumlah angka meningkat, namun secara harian menurun tajam,” katanya dikutip pada media. (Web Warouw)

