JAKARTA- Masuknya Enzo Zenz Allie menjadi taruna Akademi Militer TNI yang berindikasi pendukung organisasi terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) menunjukkan kelemahan sistim rekrutmen dalam TNI. Pengamat intelejen dan militer Connie Rahakundini menyoroti beberapa kemungkinan.
“Bagi saya ini ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah kecerobohan intelijen Kodim atau Korem dari daerah dia mendaftar yang terindikasi gagal memeriksa latar belakang mental ideologi calon taruna tersebut,” demikian ujarnya kepada Bergelora.com, Kamis (8/7).
Kemudian kedua menurutnya adalah ada pihak yang masuk dalam issue 3% terpapar radikalisme seperti menurut sinyalemen Menhan Ryamizard, sehingga sengaja meloloskan benih Pro HTI masuk Akmil.
“Jika tidak ketahuan maka merupakan infiltrasi. Namun jika ketahuan seharusnya segera disikapi,” ujarnya.
Kemungkinan ketiga menurutnya, semoga saja jejak rekam digital itu tidak benar adanya. Sehingga pilihannya jika kemungkinan 1 dan 2 adalah memecat segera bibit radikalisme ini segera.
“Menyelamatkan negara lebih penting daripada satu calon taruna. Pada kemungkinan kedua juga berkonsekuensi harus diperiksanya semua panitia penerimaan taruna Akmil dengan litsus (penelitian khusus) yang rigorous (ketat dan keras-red),” tegasnya.

Untuk kemungkinan ketiga ia menegaskan taruna bisa diterima dengan catatan terus dipantau dan bina habis-habisan serta harus menjalani ujian kesetiaan pada negara.
“Kalau demikian maka, harus diperiksa semua panitia penerimaan taruna Akmil serta latar belakang calon-calon taruna,” katanya.
Connie menyatakan bahwa dirinya merasa terganggu melihat jejak rekam pemuda yang terindikasi sebagai simpatisan HTI.
“Sebagai seorang ibu, saya sangat senang dan bangga seorang sosok pemuda seperti Enzo bisa lulus pantukhir Akmil (Akademi Militer). Namun sebagai warga negara yang patriot. Saya merasa terganggu melihat jejak rekam pemuda ini terindikasi sebagai seorang simpatisan HTI yang secara ideologi bertentangan dengan NKRI dan Pancasila yang kita pegang teguh bersama,” jelasnya.
Connie mengusulkan agar teknologi informasi dimaksimalkan dalam sistim rekrutmen sipil maupun militer untuk membersihkan infiltrasi dari elemen-elemen anti NKRI dan Pancasila.
“Teknologi informasi sekarang memungkinkan semua pihak untuk memiliki akses yang nyaris setara untuk mengetahui informasi, terutama informasi terbuka pada sosial media,” katanya.

Menhan: Berhentikan!
Sebelumnya, menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, TNI harus mengindentifikasi lebih dalam sosok Enzo. Bila foto itu ada kaitannya dengan khilafah, Ryamizard meminta Enzo diberhentikan.
“Kalau benar saya suruh berhentiin. Makanya dicek dulu, kalau dia benar-benar khilafah, ya enggak ada urusan (berhentikan),” kata Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
Ryamizard mengatakan, pemberhentian itu juga berlaku untuk anggota TNI lain yang juga terindikasi terpapar paham radikal atau khilafah. Bila perlu, TNI terus menelusuri apakah masih ada anggotanya yang terpapar paham radikal dan khilafah.
“Enggak ada urusan. Saya cari-cari dari Sabang sampai Merauke, mau cari itu ada di depan mata saya. Copot saja,” ujar dia.
Mantan KSAD itu menyebut, TNI sebenarnya punya cara untuk mendeteksi adanya anggota yang terpapar, yakni dengan penelitian khusus (litsus). Litsus berlaku bagi anggota yang dalam perjalanannya sudah tidak Pancasilais lagi.
“Sekarang kita litsus harus, semua. Waktu Orba kan ada, sekarang orang banyak yang begini, jadi begini, ndak boleh, harus dilitsus, terutama litsusnya adalah masalah pancasila. Pancasila apa tidak? Tentara itu menjalankan Pancasila,” kata Ryamizard.
“Kalau tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara. Itu namanya pengkhianat, saya enggak suka pengkhianat,” tegas dia.
Taruna Akademi Militer (Akmil) TNI blasteran Prancis Enzo Zenz Allie sebelumnya menyita perhatian. Setelah video percakapan berbahasa Prancis bersama Panglima TNI ramai, kini beredar foto Enzo membawa bendera bertuliskan tauhid.
Salah satu foto masa muda Enzo yang jadi perbincangan tersebut tampak bendera hitam bertuliskan tauhid berwarna putih. Sebagian pihak kemudian meragukan ideologi Pancasila yang seharusnya menjadi pegangan utama anggota TNI. (Web Warouw)