LP Entrepreneur College berupaya mencari jalan keluar dari semua persoalan yang selama ini menghambat pendidikan kewirausahawan yang selama ini terjadi. Bergelora.com memuat tulisan ketiga dari lima seri tulisan A. Khoerussalim Ikhs., Direktur LP Entrepreneur College memaparkan program-program aksinya. (Redaksi)
Oleh: A. Khoerussalim Ikhs.
DENGAN visi One Family One Entrepreneur LPEC bertekad untuk sekuat tenaga bisa menebarkan virus-virus entrepreneurship itu ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Jika satu keluarga kita ada satu orang saja yang bisa kita didik untuk menjadi pengusaha maka akan terlahir pengusaha-pengusaha masa depan bangsa ini yang sangat banyak dan pasti bisa menjadi solusi berbagai masalah ekonomi dan kesejahteraan bangsa ini.
Untuk itu misi dari kami harus realistis dan terukur supaya bisa dieksekusi di lapangannya. Misi kami sebaghai lembaga penyebar visus kewirausahaan di persada ini antara lain yaitu: Menciptakan pengusaha baru bagi setiap anak bangsa. Meningkatkan kualitas SDM Pengusaha Indonesia. Memotivasi dan memberi inspirasi untuk naik kelas bisnisnya pengusaha Indonesia, khususnya pelaku bisnis UMKM
Harapan kami hadirnya LPEC bisa memotivasi tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru di negeri ini dan memberikan arah dan kompas (petunjuk) bagi pelaku UMKM untuk terus bisa naik kelas bisnisnnya. Tujuannya untuk melakukan pendampingan bisnis bagi pelaku UMKM
Untuk merealisasikan visi dan misinya tersebut diatas maka manajemen LPEC menyusun program-program aksinya.

SuperCamp
Program SuperCamp ini dirancang untuk memberikan bekal yang cukup kepada setiap pesertanya untuk bisa menjadi pengusaha. Mereka dibekali mental, dirubah mindset berfikirnya supaya bisa out of the box, bisa menangkap berbagai peluang-peluang bisnis dll. Program ini akan berlangsung 3 bulan, atau tepatnya sekitar 100 hari. Total pertemuan 10 kali setiap dua minggu sekali selama 3 bulan tersebut.
Pertemuan pertama selama satu hari full dari jam 08.30 – 21.00. Satu kelas minimum bisa terselenggara jika ada 15 orang, maksimum 30 orang. Seluruh peserta yang diundang ke kelas ini adalah mereka yang sudah menyelesaikan seluruh administrasi dan finansialnya, sesuai dengan zonasinya mereka mengikuti pelatihan.
Tempat di ruang aula ber-AC. Peserta memperoleh coffe break dan makan di hari itu. Materi pelatihan di hari pertama meliputi: How to change your mindset?; Business Motivation; Testimonial and Technical Coaching.
Program Pelatihan Kewirausahaan ini sangat berbeda dengan pelatihan kewirausahaan yang selama ini ada di berbagai kementerian atau yang dilaksanakan pemerintah daerah. Sebab pelatihan kewirausahaan ini dirancang sebagai sulusi atas berbagai problem pelatihan kewirausahaan yang selama ini ada.
Kalau barangkali anda pernah mengenal pelatihan kewirausahaan yang mengajarkan bagaimana memproduksi kue, memproduksi baju, menjahit, service hand phone, service otomotif atau limbah plastik, produski sesuatu berbasisikan tepung, beras, rumput laut, atau teknik memelihara hewan atau ikan dan berbagai pelatihan kewirausahaan yang secara teknis menampilkan tematik tertentu. Maka pelatihan teknis produksi seperti itu tidak ada dalam kurikulum yang ada di pelatihan LPEC.
Pelatihan teknis itu jika berhasil menjadikan mereka sebagai pengusaha semestinya banyak alumni Balai Latihan Kerja (BLK) di Kementerian /Dinas Tenaga Kerja di seantero negeri ini semestinya mampu melahirkan banyak pengusaha. Namun faktanya dari proses pelatihan seperti itu hanya melahirkan tukang produksi sesuatu produk. Mereka bisa menjadi tenaga kerja untuk memproduksi sesuatu namun belum tentu mereka menjadi pengusaha seperti yang dilatih tersebut.
Lihatlah para ibu yang setiap hari bisa membuat masakan lezat untuk suami dan keluarganya, namun berapa banyak ibu-ibu itu yang mampu menjadikan menu masakannya sebagai bisnis warung makan, resoran atau katering? Mereka ahli membuat kue setiap lebaran atau natal, namun berapa mereka yang sudah kursus membuat kue itu mampu menjadi pengusaha kue? Sebagian mereka hanya bisa membuat produk, namun tidak sedikit yang tidak bisa menjadikannya sebagai bisnis. Mereka tidak bisa menjadikan hasil produksinya sebagai bisnis yang mampu menghasilan uang secara berkelanjutan lewat bisnisnya. Banyak diantara mereka yang hanya mampu memproduksi suatu barang namun tidak bisa berjualan, tidak mampu menjadikannya sebagai usaha yang berkelanjutan.
Jadi problemnya orang untuk menjadi pengusaha ternyata bukanlah bagaimana memproduksi sesuatu barang/produk. Namun yang lebih penting dari itu ada banyak hal yang harus diketahui, dijalankan dan diimplemantasikan dilapangan sehingga sesuatu produk itu bisa menjadi bisnis. Sebab problem utama orang untuk menjadi pengusaha bukanlah ada di produk/jasanya namun problem itu ada di orangnya yang akan menjadi pengusaha. Maka itu pelatihan di LPEC terfokus pada bagaimana merubah orangnya atau si pelaku bisnis itu untuk bisa benar-benat menjadi pemain di lapangan dari pada sekedar teori atau sekedar bisa memproduksi sesuatu produk/jasa.
Sebagai contoh, bahwa untuk bisa memproduksi kue cukup anda lihat resep di buku-buku resep masakan yang beredar di toko buku atau anda cari resep masakan yang anda suka di internet maka anda praktekkan sesuai petunjuk resep tersebut kami yakin anda dengan cepat bisa memproduksi makanan atau produk apapun yang anda inginkan.
Namun demikian apakah setelah anda berhasil membuat suatu produk maka produk tersebut bisa langsung menjadi bisnis yang menghasilkan uang secara berkelanjutan? Ternyata tidak. Itulah mengapa alasan utama LPEC tidak menjadikan itu sebagai fokus kurikulumnya.