JAKARTA- Partai Demokrat menyambut baik tekad Presiden Jokowi, agar Indonesia bisa keluar dari jebakan penghasilan menengah (middle income trap) di tahun 2045 mendatang. Hal ini disampaiakan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden RI ke VI, di Jakarta, Rabu (11/12) dalam Refleksi Pergantian Tahun 2019, yang berjudul ‘Indonesia 2020, Peluang, Tantangan dan Harapan’ dilaporkan kepada Bergelora.com di Jakarta.
“Di sinilah perlunya kita memiliki pertumbuhan yang tinggi. Pengalaman menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi 6% setahun, akan membuat pendapatan perkapita naik 2 kali lipat dalam 10 tahun. Insya Allah Indonesia bisa. Kita punya “success story”. Dalam waktu 10 tahun (2004 – 2014) income per kapita kita naik 3 kali lipat lebih, dari $ 1100 menjadi $ 3500 AS,” ujarnya.
SBY menyoroti 5 persoalan besar yang perlu diantisipasi Pemerintaan Presiden Jokowi. Pertama, menyangkut pertumbuhan ekonomi. Kedua, pengangguran dan lapangan kerja. Ketiga, daya beli dan perlindungan sosial untuk rakyat. Keempat, kebijakan fiskal termasuk utang negara. Kelima,rencana pemindahan dan pembangunan ibu kota baru.
“Ijinkan saya untuk memulai yang pertama, yaitu pertumbuhan ekonomi. Demokrat sepakat dengan Presiden Jokowi bahwa angka pertumbuhan pada tingkat 5% bukanlah sesuatu yang buruk. Terutama jika dikaitkan dengan situasi perekonomian global saat ini. Yang penting, sasaran pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan untuk tahun 2020 sebesar 5,3% dapat dicapai,” ujarnya.
Menurut SBY, jika ekonomi tumbuh rendah, di bawah 6% misalnya, lapangan pekerjaan baru memang sulit didapat. Penghasilan dan daya beli rakyat sulit ditingkatkan. Angka kemiskinan juga tak mudah untuk diturunkan.
“Dalam jangka pendek dan menengah, dua langkah besar perlu dilakukan. Pertama, bagaimanapun investasi dunia usaha harus ditingkatkan. Usaha swasta, dan bukan hanya BUMN, harus mendapat peluang bisnis yang lebih besar. Karenanya, Demokrat mendukung penuh upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi kita,” tegasnya.
Yang kedua, SBY memaparkan, pembelanjaan konsumen (consumers spending) harus dijaga dan kalau bisa ditingkatkan. Baik belanja pemerintah maupun konsumsi rumah tangga. Di tengah lesunya daya beli golongan menengah ke bawah, ada 2 proritas yang penting. Kesatu, penciptaan lapangan kerja baru harus sukses. Kalau sukses, konsumsi rumah tangga secara agregat akan terus meningkat. Kedua, perlu dipastikan agar anggaran perlindungan sosial, termasuk subsidi bagi kaum tidak mampu, jumlahnya memadai.
“Kita tahu bahwa belanja pemerintah (government expenditure) adalah komponen penting dalam pertumbuhan. Demokrat melihat bahwa ruang fiskal kita tidaklah terlalu sempit. Yang penting, pemerintah cerdas dan tepat dalam mengalokasikan pembelanjaannya. Demokrat berharap belanja pemerintah sungguh dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi yang nyata,” ujarnya.
Jangka panjang, SBY menyampaikan, pemerintah perlu melakukan segala upaya untuk meningkatkan pertumbuhan. Demokrat melihat peluang peningkatan sumbangan sektor industri pada pertumbuhan.
“Utamanya melalui industri manufaktur yang berbasiskan pertanian dan sumber daya mineral. Juga sektor perdagangan, konstruksi dan kepariwisataan. Sebenarnya, banyak jalan menuju Roma,” tegas SBY. (ZKA Warouw)