Kamis, 20 November 2025

Kebijakan Keblinger Erick Tohir

Sukmadji Indro Tjahyono. (Ist)

Pengawas atau komisaris BUMN seharusnya berisi orang bijak yang menjaga misi dan direksi yang harus berjibaku dalam menjalankan roda korporasi. Bukan orang yang pernah pegang senjata dan ditakuti, apalagi yang katanya piawai soal bisnis. Jangan jadikan BUMN sebagai agen enterprises seperti era wild wild west di Amerika. S. Indro Tjahyono, aktivis 1978 dari ITB dalam melawan Soeharto dan rezim militer Orde Baru ini pernah menulis pleidoi Dibawah Sepatu Lars,– menuliskannya pandangannya tentang BUMN yang seharusnya kepada pembaca Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: S. Indro Tjahyono

KALAU nggak ngerti misi BUMN ya kayak begini isi tulisannya. BUMN mau dijadikan perusahaan swasta murni yang mengejar profit, profit, dan profit. Padahal orientasi BUMN adalah memperbaiki nilai tukar jasa atau kerja masyarakat. Yakni pelayanan yang baik, kualitas yang baik dan harga yang terjangkau.

Ujung dari penciptaan nilai tukar adalah biaya produksi bisa ditekan, sebaliknya pendapatan atau keuntungan masyarakat ditingkatkan. Dengan demikian BUMN akan menghidupkan bisnis bukan saja perusahaan besar, melainkan juga UMKM sebagai sektor informal yang menghidupi 70% warga. BUMN juga harus berdiri tanpa membunuh bisnis lain yang susah payah didirikan oleh masyarakat.

Harus diakui bahwa BUMN Karya (Adhi Karya, Wakita Karya, dll) sudah bisa menunjukkan pekerjaan membangun infrastruktur dengan “baik”. Tetapi BUMN telah membantai perusahaan swasta yang bekerja lebih efisien dan efektif. Apakah kalau BUMN membangun jalan elevated 300%-400% dari harga wajar bisa disebut baik.

Apakah Pertamina yang katanya mengalahkan banyak perusahaan top kelas dunia bisa dibilang  “baik”. Sorry bro Pertamina yang dijalankan tanpa transparansi biaya produksi itu justru telah membebani dan menghambat pertumbuhan. Bandingkan harga BBM kita dengan negara lain.

Nggak ada yang salah dengan BUMN Karya dan Pertamina, tetapi model bisnis yang profit motivated itu bisa jadi benalu raksasa dalam negara. Mungkin mereka bisa kerja cepat, kualitas produk prima, dan memiliki jangkauan jaringan nasional; tetapi BUMN yang dibangun dengan model bisnis seperti itu bisa menjadi mesin pembunuh yang menakutkan. Harga listrik tidak lagi wajar dan terjangkau.

Pemerintah berhasil membangun kereta berAC, Bus berAC, Pesawat Terbang mewah; tetapi warga yang menggunakan motor makin banyak. Apakah ini wajar, hah! Jalan tol berseliweran di muka bumi, tetapi siapa yang diuntungkan oleh fasilitas transportasi itu. Inikah performance BUMN yang mau kita bangun yang pasti cita-citanya bikin produk wah seperti kereta cepat lagi, nyadar dong.

Kalau ngomong pengembangan bisnis yang textbook thinking nanti bisa jadi bahan ketawaan. Dunia sedang bergerak ke mashab bisnis yang bertahan, bukan bisnis akrobatik yang mengeruk profit sebesar-besarnya. Apa salahnya Jiwasraya yang konon mau jadi bisnis raksasa, tetapi nasabah yang ingin dapat jaminan keselamatan jiwa justru pada klenger.

BUMN bukan tempat praktek sekolah bisnis yang menghalalkan segala cara. Ini bisnisnya negara yang punya misi pengabdian kepada rakyat. Alat kontrolnya adalah pada pengawas perusahaan yang gigih mempertahankan dimensi pemihakan terhadap misi genuine BUMN.

Jangan umpat sembarangan kalau ada sisi kepercayaan dan penugasan pada pengawas dan komisaris. Mereka harus punya wawasan sosial serta memahami dan menjaga marwah BUMN. Ini untuk mengimbangi jajaran direksi yang bisa bertindak ugal-ugalan dalam mengembangkan bisnis dan tends to corrupt.

Perusahaan alat-alat perang (alutsista) di Eropah bukan mendudukkan para ahli perang dan orang yang tahu bisnis alutsista dengan baik. Tetapi orang yang tahu arti tentang perdamaian dan arti perang demi perdamaian. Mereka teruji kredibilitas dan dipercaya atau mendapat proxy kelompok pasifis yang usianya rata-rata 80-90 tahun. Penunjukkan pengawas BUMN arahnya harus ke sana.

Pengawas atau komisaris harus bijak menjalankankan tugasnya antara menjaga misi dan direksi yang harus berjibaku dalam menjalankan roda korporasi. Bukan orang yang pernah pegang senjata dan ditakuti, apalagi yang katanya piawai soal bisnis. Jangan jadikan BUMN sebagai agen enterprises seperti era wild wild west di Amerika.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru