JAKARTA- Sejumlah orang dinyatakan positif Covid-19 padahal mereka sudah divaksin, bahkan ada yang sudah menerima dua dosis. Kondisi ini misalnya menimpa mantan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno beserta istrinya, Kamis (11/3) lalu. Mereka dinyatakan positif terinfeksi virus korona setelah seminggu disuntik vaksin.
Sehari sebelumnya, Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna juga dilaporkan positif Covid-19 setelah menjalani vaksinasi.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 ini bahkan mengalami gejala Covid-19 sehingga mendapatkan perawatan.
Tiga pegawai Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang juga dilaporkan terkonfirmasi positif Covid-19 pasca mengikuti penyuntikan vaksin dosis pertama. Mereka diketahui positif setelah melakukan tes PCR. Salah satu pegawai bahkan dilaporkan memiliki gejala seperti kehilangan indra perasa dan penciuman, demam ringan, dan batuk.
Situasi serupa terjadi di Kota Blitar, Jawa Timur, Minggu (7/3). Sekitar 13 pegawai Kantor Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMTKPTSP) terinfeksi Covid-19 seusai divaksin dosis pertama.
Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah, juga dinyatakan terpapar Covid-19 setelah mengikuti vaksinasi secara penuh (dua dosis), Kamis (4/3). Juru Bicara Satgas Covid-19 Serang, Agus Sukmayadi menyatakan, meski terinfeksi, kondisi pimpinannya dalam keadaan sehat dan tidak memiliki gejala.
Situasi ini sebelumnya juga menimpa Bupati Ciamis Herdiat Surnaya dan Wakil Bupati Yana D. Putra, akhir Februari lalu. Herdiat dilaporkan baru disuntik dosis pertama, sedangkan Yana sudah dua kali menjalani vaksinasi. Hampir bersamaan, Wakil Bupati Nganjuk, Marhaen Djumaidi, juga menyatakan mengalami kondisi yang sama.
Tak hanya itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo, pada akhir Januari lalu juga mengabarkan dirinya terkonfirmasi Covid-19 setelah menerima suntikan pertama Covid-19. Kabar ini disampaikan langsung olehnya melalui akun media sosial pribadi dan ramai diperbincangkan publik.
Vaksin tak otomatis cegah infeksi. Menurut Peneliti Global Health Security & Pandemic Griffith University Australia, Dicky Budiman, peristiwa sejumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 padahal sudah disuntik ini memberikan bukti bahwa vaksin tak otomatis mencegah infeksi.
Dia mengatakan, orang yang sudah divaksin tetap berisiko tertular (dengan gejala yang dialami lebih ringan) dan menularkan ke orang lain.
Dicky menyatakan, boleh jadi mereka yang terinfeksi virus korona ini karena laju penyebaran Covid-19 di wilayahnya masih tinggi. Mereka kemungkinan tertular saat proses vaksinasi berlangsung, misalnya pada saat perjalanan menuju tempat vaksinasi, saat di dalam antrean, dan pelbagai kondisi lainnya.
Karena itu, Dicky menegaskan bahwa meski sudah divaksin, seluruh pihak diminta untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas) ketat. Dengan penyebaran virus yang masih tinggi, upaya 3T (testing, tracing, dan treatment) harus terus ditingkatkan secara konsisten.
“Upaya 3T 5M juga akan mengurangi ancaman penyebaran mutasi baru virus yang berpotensi menurunkan efikasi vaksin walaupun misalnya belum ditemukan di Indonesia,” kata Dicky kepada pers, Jumat (12/3).
Warga yang sudah divaksin kemudian terinfeksi serta bergejala, sebaiknya tetap melakukan pemeriksaan baik PCR maupun tes cepat antigen. Sedangkan, pemerintah perlu melakukan pemantauan secara khusus pada warga yang mengalami kondisi ini.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Institute, Amin Soebandrio mengatakan, boleh jadi warga yang dinyatakan positif karena virus ini sudah masuk masa inkubasi di tubuh sejak belum divaksin.
“Jadi di periode itu dia belum punya kekebalan yang cukup, jadi terinfeksi,” kata Amin kepadanya.
Menurut Amin, vaksin tidak bisa membuat seseorang kebal sepenuhnya, namun setidaknya dapat mengurangi tingkat keparahan ketika tertular. Hal ini diharapkan dapat mencegah kematian.
Dia menambahkan, program vaksinasi yang berjalan pun tidak serta-merta membuat pelaksanaan protokol kesehatan 3M bisa dilonggarkan. “Adanya vaksin tidak menggantikan 3M. Pandemi tetap masih ada,” katanya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, pemerintah perlu pantau orang positif setelah divaksin. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kekebalan tubuh seseorang terhadap Covid-19 baru akan terbentuk sekitar 28 hari pasca penyuntikan vaksin dosis kedua. Meski begitu, rentang waktu ini berbeda pada setiap orang.
“Vaksin tidak mencegah penularan tapi mencegah seorang jatuh sakit atau sakit berat. Jadi saat virus masuk kita sudah punya sistem perlawanan,” kata Nadianya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah konsisten menyampaikan kepada orang yang sudah divaksin bahwa vaksin Covid-19 bukan berarti menjamin kekebalan terhadap risiko tertular. Menurut dia, bisa jadi mereka yang terpapar ini di saat rentang waktu dua dosis lantaran kekebalan belum terbentuk sempurna.
“Jadi protokol kesehatan tidak boleh ditinggalkan,” kata Wiku.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Ketua Tim Pakar Satgas Covid-19 ini berkata, pemerintah dalam pelaksanaan vaksinasi juga terus melakukan pemantauan terhadap efektivitas vaksin Covid-19, termasuk pada mereka yang terpapar. Dia menyebut, pemantauan dilakukan dengan mengumpulkan data efektivitas vaksin yang dilakukan fasilitas layanan kesehatan penyelenggara vaksinasi.
Menurut Wiku, data efektivitas vaksin dari fasyankes tersebut akan dikumpulkan secara terpusat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selaku pengawas nasional. Sejauh ini, lanjut dia, pemerintah baru memantau efektivitas vaksin Covid-19 dari jenis Sinovac.
“Data ini juga bermanfaat untuk mengamati efektivitas vaksin di komunitas,” katanya. (Enrico N. Abdielli)