Seorang pelopor anti Orde Baru telah pergi mendahului. Aktivis yang sangat dikenal dikalangan angkatan 80-an ini pergi pada 4 hari, Senin, 21 Juni 2021 pukul 08.10 pag, setelah ibergelut melawan sakit dalam isolasi mandiri di rumahnya di Purworejo. Petrus H. Harijanto, mantan Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD) menulis penghormatan terkahir untuk Kawan Yuli Eko Nugroho. (Redaksi)
Oleh: Petrus H. Harijanto
“Yuk ditandatangani. Kamu setuju organisasi Persatuan Rakyat Demokratik diselamatkan?” ujar Yuli Eko Nugroho ke aku tahun 1995.
“Wah, aku kan bukan peserta Kongres Persatuan Rakyat Demokratik,” ujarku.
“Piye to, Sekjen SMID kok ora melu Kongres PRD?” ujarnya dengan senyum khasnya.
PRD yang dimaksud masih berbentuk persatuan (organisasi payung), dideklarasikan pada 2 Mei 1995, sehari setelah Kongresnya di Jakarta. Yuli adalah salah satu yang terpilih menjadi pengurus pusat, menjabat Ketua Departemen Pengembangan Organisasi (Ketua Umum Sugeng Bahagijo dan Sekjennya Tumpak).
PRD belum terbentuk struktur cabang, keburu terjadi perselisihan dengan para peserta kongres. Yuli salah satu pengurus pusat yang pasang badan untuk menyelamatkan organisasi.
Ia berkeliling seorang diri ke berbagai kota untuk meminta tanda tangan para peserta kongres yang berdomisili di berbagai kota. Sebuah pekerjaan yang melelahkan dan butuh militansi. Tapi ya begitu kawan Yuli, selalu bersemangat mengerjakan dan tak lupa selalu tertawa saat berdiskusi dengannya.
Akhirnya, sebagian besar peserta kongres menyetujui untuk menyelamatkan organisasi. Maka terbentuklah KPO-PRD (Komite Penyelamat Organisasi-Persatuan Rakyat Demokratik). Dalam rapatnya mereka menetapkan Presidium Sementara PRD (PS-PRD) yang diketuai Budiman Soetjatmiko (Staf Departemen Agitprop PPBI) dan Sekretaris dijabat Yokobus Eko Kurniawan.
Walau Yuli tidak masuk presidium nasioanal, kawan satu ini rajin dan aktif menyokong aktivitas politik dan organisasi PS-PRD. Ia terlibat aktif dalam aksi PS-PRD mengusung isu “Anti Kuningisasi” di Solo. Lalu, aksi ke DPR RI untuk mengajukan pencabutan 5 UU Politik. Dari hasil pertemuan dengan Fraksi PDI yang dihadiri Sabam Sirait, Sutarjo Suryo Guritno dll, tercetus ide membentuk lembaga pengawas pemilu (mencontoh Namfrel di Filipina).
Seingatku, pertamakali bertemu dengan pemilik tubuh gempal ini di Markas gang Fatimah Depok 1993. Saat itu sedang acara konsolidasi pra SMID di Jakarta.
“Nah, kalau lu laper dan ongkos pulang ke Jawa, minta saja ke Yuli,” ucap Wilson saat itu.
Benar saja, Yuli langsung memberi aku uang. Kesanku saat itu, kawan satu ini care dan ramah. Kalau bicara berseri-seri, panjang sekali tak henti-henti. Dan tawanya lepas berkali-kali saat dia ngomong.
Si bung ini hampir mirip Andi Munajad, mobilitasnya tinggi. Tau-tau ada di Kota A, besuknya sudah ada di Kota B.
Suatu waktu SMS (Solidaritas Mahasiswa Semarang mengadakan Kurpol di Bandungan, dengan guru pendidik Sugeng Bahagijo dan Hilmar Farid, tiba-tiba ia berhasil mencari tempat kami melakukan kegiatan itu. Karena nggak tau tempatnya ia menggunakan taktik menanya ibuku, dan menemukan jawaban di mana tempat kurpol.
Kawan yang care kepada kawannya yang sedang kesusahan. Suatu ketika salah satu pengurus SMID Solo bernama LHS sedang ngambek makan. Entah kesal dan marah karena apa penyebabnya? Yuli dengan telaten membujuk si kawan (yang saat itu masih manja banget) untuk makan. Ia rela merogoh koceknya untuk membelikan menu sate (sungguh mewah). Akhirnya LHS makan walau hampir dua jam Yuli merayunya (mungkin krn satenya).
Maka tak heran bila saat pandemi ini dia mempunyai ide “Jogo Tonggo” dengan cara menanam pohon di tanah tidak produktif agar menghasil bahan makan, untuk dibagikan bila ada krisis pangan di sekitar kampungnya.
Berkali-kali dia mengundang kawan-kawannya yang sebagian besar tinggal di Jakarta untuk mampir ke Purworejo, di mana dia tinggal bersama Istrinya Wuri (Departemen Hubungan Internasional pertama SMID).
Tetaplah Yuli yang dulu, sangat aktif berkegiatan. Ketika kutanya kok sering ke Jakarta? Dia bilang datangs ke Jakarta untuk mengajar. Yuli ternyata seorang dosen, dan masih seabrek aktivitas sosial dan budaya di kampungnya.
Dari wajah dan tubuhnya, Yuli adalah seorang yang begitu sehat dan bugar. Begitu kaget menerima berita kematiannya hari ini. Pandemi ini telah banyak merengut nyawa sahabatku, dan salah satu kamu.
Kamu orang baik, kenapa cepat pergi. Beristirahatlah dalam alam keabadian. Selamat jalan kawan. Rasa dukaku untuk Wuri.