KENDARI- Musim hujan telah datang. Di tengah euforia laga final EURO 2020, hari Minggu (11/7) tengah malam tadi, banjir dan tanah longsor menerjang Desa Tapunggaya, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Sejumlah rumah rusak. Termasuk sebuah gedung sekolah dasar. Dari laporan media di sekitar pemukiman warga Desa Tapunggaya yang menjadi korban tanah longsor terdapat beberapa perusahaan tambang aktif yang saat ini sedang beroperasi.
“Kita tentu menyatakan rasa duka solidaritas mendalam dan keprihatinan pada semua warga korban terdampak banjir dan longsor. Berharap, mereka dapat tabah dan sabar menghadapi cobaan ini,” demikian Erwin Usman,
Direktur Eksekutif Indonesia Mining dan Energy Studies (IMES), Presidium Nasional PENA ’98 kepada pers, Selasa (13/7) di Kendari.
“Kita juga meminta agar Gubernur Sultra Ali Mazi dan Bupati Konut Ruksamin untuk memastikan penanganan tanggap bencana berjalan dengan baik dan optimal,” tegasnya.
Selanjutnya ia meminta agar sesegera mungkin mengambil langkah korektif untuk berkoordinas efektif dengan kementerian ESDM, Kementeriam Investasi, Kementerian LHK, dan Kementerian ATR/BPN untuk dilakukan evaluasi total dan penertiban seluruh tambang di Konut dan Sultra pada umumnya.
“Langkah ini penting diambil untuk memastikan bila musim hujan terus berlangsung, rakyat dan harta bendanya tidak menjadi korban sia-sia. Akibat absennya kebijakan pemihakan pada lingkungan hidup, pelestarian alam, dan keberlanjutan fungsi pelayanan alam,” katanya.
Menurutnya, kini saatnya untuk melakukan evaluasi yang tegas, konkret dan terukur. Jangan menunggu bencana ekologi yang lebih dasyat terjadi-berulang.
Telah Surut
Kepada Bergelora.com dilaporkan, sementara itu banjir yang sempat terjadi di Desa Labunga dan Laronanga, Kecamatan Andowia, telah surut. BPBD setempat masih melakukan penanganan darurat di lokasi terdampak.
Hujan dengan intensitas tinggi memicu debit air Sungai Anggomate hingga meluap sehingga beberapa desa di tiga kecamatan terdampak.
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe Utara mencatat empat desa di tiga kecamatan terdampak banjir tersebut. Desa terdampak yaitu Desa Labunga dan Laronanga di Kecamatan Andowia, Desa Pondoa di Wiwirano dan Tambakua di Langgikima,” ungkap Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB.
Informasi pada Senin siang (12/7) menyebutkan Desa Tambakua dan Pondoa terisolir akibat banjir tersebut. BNPB masih melakukan koordinasi dengan BPBD setempat untuk mendapatkan informasi terkini terkait kondisi pascabanjir, seperti korban jiwa dan kerugian material.
Pada saat yang hampir bersamaan, banjir bandang terjadi di Desa Tapunggai, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara. Hal tersebut juga dilaporkan oleh BPBD setempat kepada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB.
“Banjir bandang di wilayah ini dipicu oleh limpasan debit air dari kolam bekas kegiatan tambang. Limpasan air disebabkan karena kolam jebol, sedangkan debit air naik karena hujan intensitas tinggi di wilayah tersebut. Kejadian ini berlangsung pada Senin dini hari (12/7), pukul 00.00 waktu setempat,” jelasnya.
Peringatan dini cuaca masih terpantau untuk wilayah Sulawesi Tenggara untuk esok hari, Selasa (13/7). Peringatan dari BMKG tersebut menyebutkan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang.
Melihat data bencana periode 2016 hingga akhir 2020, banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe Utara sebanyak tujuh kejadian. Serangkaian bencana banjir tersebut menyebabkan kerusakan rumah maupun fasilitas umum (fasum).
BNPB mencatat 434 unit rumah warga rusak berat, 2 rusak sedang dan dua lain rusak ringan. Sedangkan fasum, fasilitas Pendidikan sebanyak 32 unit, tempat ibadah 5 dan kesehatan 8 mengalami kerusakan dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat tidak ada korban jiwa maupun luka akibat bencana banjir selama kurun waktu tersebut.
Berdasarkan analisis inaRISK, Kabupaten Konawe Utara merupakan wilayah dengan potensi bahaya banjir kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 10 kecamatan dengan cakupan lebih dari 19 ribu hektar berada pada potensi bahaya tersebut. Kesepuluh kecamatan ini yaitu Kecamatan Molawe, Asera, Wiwirano, Oheo, Motui, Lasolo, Langgikima, Andowia, Lembo dan Sawa.
“Masyarakat diimbau untuk terus siap siaga dan waspada terhadap potensi bahaya banjir susulan maupun bencana hidrometeorologi lain seperti angin kencang dan tanah longsor,” tukasnya. (Achmad Zubair)