Oleh: Dr Connie Rahakundini Bakrie*
PERANG biologis menggunakan agen menular untuk membunuh manusia, hewan atau tanaman. Ini terdiri dari organisme hidup yang dapat bereproduksi, seperti jamur, bakteri, atau virus. Bahan beracun yang dihasilkan organisme hidup –protein fisiologis aktif atau peptide “bio-weapons “ atau “bio-agents“– adalah replikasi entitas (virus) yang mereproduksi atau mampu bereplikasi pada korban.
Seringkali dampaknya pada manusia, flora, dan fauna sulit diobati karena berkembang biak sangat cepat dibandingkan virus normal, bakteri, dan jamur. Ia tak dapat dideteksi dengan X-ray dan tak tercium anjing pelacak. Yang mengerikan, ia sangat mudah diangkut, dipindah, dan disebarkan. Manusia atau hewan yang terinfeksi dapat menjadi sarana transportasi.
Senjata biologis lebih cenderung digunakan ketimbang senjata nuklir
karena persiapannya sederhana. Senjata biologis sangat efektif dan murah. Satu gram botulinus dapat membunuh 10.000.000 orang. Ini 3.000.000 kali lebih kuat daripada senjata kimia terbaik. .
Perang biologis dapat memusnahkan populasi dalam waktu singkat. Organisasi teroris, milisi domestik, atau teroris lone wolves telah menyatakan niat dan menunjukkan kapasitas pengembangan senjata biologis.
Kemajuan sains menyebabkan konvergensi biologi dan kimia, diikuti kemampuan biologi sintetis. Ini memperluas jenis dan jumlah potensi senjata biologis. Senjata biologis itu “murah,” sehingga dijuluki “poor man’s nuclear weapon.”
Jika dibandingkan, biaya efektifitas serangan pada area 1 km persegi adalah $2000 dengan senjata konvensional, $800 dengan senjata nuklir, $600 dengan senjata kimia, tapi hanya $1 untuk senjata biologi. Maka, senjata biologi dapat disebut senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).
Penyakit Mematikan
Artinya, senjata itu mampu mengakibatkan kematian atau cedera serius bagi sejumlah besar orang melalui pelepasan, penyebaran, atau dampak bahan racun/organisme penyakit/radiasi serta radioaktivitas.
Maka, penting memperhatikan keseluruhan lab biologi, baik sebaran, jumlah, dan penelitian, terkait ditemukannya banyak laboratorium biologi di Ukraina oleh Rusia. Menurut Departemen Pertahanan Rusia, dengan dukungan administrasi dan keuangan AS, jaringan yang terdiri dari 30 laboratorium biologi beroperasi di Ukraina sejak 2014.
Rusia menuduh, laboratorium itu bertujuan meneliti penyakit mematikan, patogen, dan virus yang berbahaya. Penelitian itu disinyalir dipesan oleh Defense Threat Reduction Agency di bawah Departemen Pertahanan AS.
Total ada tiga bidang penelitian: 1) Sesuai Pentagon, mereka memeriksa kondisi biologis di wilayah yang digunakan untuk penempatan pasukan negara NATO; 2) Secara reguler, mereka mengumpulkan dan membawa jenis-jenis mikroorganisme berbahaya ke AS; 3) Mereka meneliti agen-agen senjata biologis dengan penyakit bersifat khusus untuk wilayah tersebut, memiliki wabah-wabah alam, dan dapat menginfeksi manusia.
Selama operasi militer khusus Rusia di Ukraina, para pegawai laboratorium tersebut memberikan dokumen kepada Rusia, yang membuktikan pengeliminasian segera segala informasi terkait program biologi militer oleh AS di wilayah Ukraina, yang didanai Kementerian Pertahanan AS.
Sejak 24 Februari 2022, Kementerian Kesehatan Ukraina telah mengarahkan agar semua agen biologi di laboratorium dihilangkan. Berarti, Washington dan Kyiv khawatir pakar Rusia akan mendapat bukti, berupa dokumen tentang upaya meningkatkan sifat patogen mikroorganisme dengan metode biologi sintetis.
Jalur Migrasi Burung
Terkait ini, yang paling menarik perhatian adalah proyek bernama “UP-4.” Tujuan proyek itu adalah menentukan penyakit burung yang paling berbahaya dan amat berpotensi mendestabilisasi suasana epidemiologi di wilayah tertentu selama jangka waktu pendek. Tujuan lain adalah penelitian jalur-jalur migrasi burung, untuk menentukan jenis burung apa dan yang mana melewati wilayah Rusia, dan dirancang untuk tidak mempengaruhi negara-negara Eropa.
Dua hal itu dibuktikan oleh penangkapan burung-burung di wilayah Rusia, kemudian diangkut ke Ukraina, serta memonitor rute perjalanan pulang mereka. Selain itu, selama penelitian, para ahli menentukan tempat-tempat kumpul burung di mana mereka telah ditulari oleh patogen berbahaya.
Dengan meluncurkan “senjata hidup” itu, para penciptanya akan hilang kontrol terhadap penyebarannya sehingga mengakibatkan epidemi, tidak hanya di negara-negara bekas Uni Soviet, tetapi juga di negara Eropa Barat dan terus menyebar ke seluruh dan ke lintas kawasan.
Kekhawatiran khusus ditimbulkan oleh fakta pelaksanaan eksperimen-eksperimen seperti “UP-4” di dekat wilayah berpenduduk padat negara Eropa, yaitu sekutu AS. Tetapi demi kepentingan nasionalnya, AS justru mengabaikan keamanan negara-negara sekutunya.
Dokumen lain menjelaskan, para ahli Ukraina mengirimkan sampel-sampel biomateri secara reguler kepada manusia dan organisasi di luar negeri yang berminat. Bukan item sebagai pembawa penyakit saja, tetapi juga serum darah etnis Slavia.
Hal ini menunjukkan, para ahli laboratorium AS di Ukraina meneliti pengaruh patogen terhadap manusia berdasarkan faktor ras dan etnis. Ini juga bisa membuktikan minat Pentagon untuk menciptakan senjata biologis yang bertindak secara selektif, dan bertujuan pada kelompok etnis tertentu.
Selain itu, dokumen-dokumen tersebut membuktikan, Jerman juga melaksanakan program biologi milter sendiri di Ukraina. Tujuannya adalah penelitian di wilayah Eropa Timur terhadap potensi penyakit mematikan, seperti demam berdarah Krimea-Kongo.
Sampel Darah Slavia
Dalam rangka itu, Institut Obat Tropis Bernard Nocht di Jerman bekerja sama dengan Pusat Kesehatan Umum Kementerian Kesehatan Ukraina, di mana pihak Ukraina wajib mengirim sampel-sampel darah etnis Slavia dari wilayah-wilayah berbeda di Ukraina.
Di sisi lain, para ahli Jerman mengunjungi rumah-rumah sakit di Kyiv, Odessa, dan Lviv secara reguler, untuk mempelajari ciri khas penyakit penduduk setempat. Proyek tersebut didanai oleh Kementerian Luar Negeri dan Bundeswehr Jerman.
Tindakan Jerman yang tertutup, rahasia dan tidak diketahui masyarakat umum ini jelas membawa ancaman. Ia harus diteliti secara terperinci untuk dimintai pertanggung jawabannya oleh berbagai dewan, institusi terkait, dan forum di PBB
Pengungkapan dokumen-dokumen tentang kegiatan AS di Ukraina membuat heboh media internasional. Wakil Menlu AS Victoria Nuland di Kongres AS mengakui adanya laboratorium-laboratorium AS di Ukraina, meski menolak tuduhan tentang penciptaan senjata pemusnah massal.
Menlu China Wang Yi menyatakan keprihatinan mendalamnya terhadap sifat sangat tidak manusiawi dari program biologi militer AS. Ia menuntut Washington mengungkapkan informasi tentang tujuan, misi, dan isinya, serta berinisiatif untuk melakukan inspeksi internasional terhadap objek-objek biologi militer AS. Dokumen-dokumen yang diungkapkan membuktikan penciptaan senjata biologis jenis baru.
Masyarakat internasional melarang penggunaan senjata kimia dan biologi setelah Perang Dunia I dan memperkuat larangan tersebut pada 1972 dan 1993, dengan melarang pengembangan, produksi, penimbunan, dan transfer senjata-senjata ini.
Konvensi Senjata Biologis
Penyalahgunaan sains atau pencapaian ilmiah untuk menciptakan senjata yang meracuni dan menyebarkan penyakit selalu menimbulkan kekhawatiran dan kemarahan di benak publik. ICRC menyimpulkan, kengerian publik atas penggunaan senjata semacam itu dimulai sejak 1918. Dampak penggunaan gas beracun dalam Perang Dunia I menghasilkan kesepakatan internasional pertama. Yaitu, Protokol Jenewa 1925, yang melarang asfiksia, gas beracun, dan metode perang bakteriologis.
Instrumen hukum lebih lanjut diikuti dalam bentuk konvensi, yang diadopsi pada 1972 dan 1993. Konvensi 1972, biasanya disebut sebagai Konvensi Senjata Biologis atau Konvensi Senjata Biologis dan Racun (BTWC), merupakan langkah besar menuju penghapusan total senjata berbahaya ini.
Penggunaan senjata semacam itu sudah dilarang oleh Protokol 1925, yang dengan tegas dan jelas melarang pengembangan, produksi, penimbunan, perolehan, penyimpanan, dan transfer senjata semacam itu, termasuk sistem pengirimannya, dan mengharuskan pemusnahannya. Konvensi juga mengharuskan setiap negara memberlakukan undang-undang nasional untuk menegakkan keseluruhan larangan tersebut.
Perkembangan perang Rusia-Ukraina menyudutkan Rusia dan seolah ingin membuang Rusia dari segala hubungan dan interaksi internasional. Ini sepertinya bertujuan mengalihkan perhatian. Media konservatif AS telah menuntut penutupan segera semua laboratorium biologi AS di luar negeri.
Perwakilan Rusia untuk PBB juga telah mengemukakan perlunya penyelidikan internasional terhadap program biologi militer AS. Maka, sudah waktunya dunia dan juga Indonesia meminta PBB mencari kebenaran kasus ini.
*Penulis, Dr Connie Rahakundini Bakrie, ahli pertahanan dan intelejen