Sabtu, 23 Agustus 2025

TETAP TERTINGGI…! Survey Polmatrix Buktikan 40’5% Masih Ingin Jokowi Pimpin Indonesia, Bikin Oposisi Kelojotan

JAKARTA – Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto menjelaskan soal nama Joko Widodo masih diikutsertakan dalam kandidat calon presiden 2024 pada survei lembaganya.

Dalam survei Polmatrix, Jokowi mendapat elektabilitas tertinggi dengan raihan angka 40,5 persen.

Dendik mengaku bahwa dimasukkan nama Jokowi dalam survei untuk tolak ukur pemilih 2024. Ternyata, masih banyak masyarakat yang ingin memilih Jokowi jika maju kembali sebagai capres.

“Untuk tolak ukur saja bahwa figur yang akan mencalonkan, berarti kan secara respon dari masyarakat enggak jauh dari profil pak Jokowi lah, itu saja,” ujar Dendik.

Menurutnya, sah-sah saja jika survei masih mencatumkan nama Jokowi. Sebab, bisa menjadi tolak ukur bagi kandidat lain bahwa sejauh ini sosok seperti Jokowi lah yang masih menjadi pilihan masyarakat.

“Preferensi pemilih kan enggak jauh dari tipologi orang seperti pak Jokowi itu, sehingga bisa menjadi tolak ukur dari kandidat lain,” jelasnya.

Dendik mengatakan, mayoritas masyarakat Indonesia memang masih mengharapkan figur Jokowi menjadi presiden. Hanya saja, kepuasan terhadap kinerja pemerintah akhir-akhirnya menurun.

“Kalau dari masyarakat sih banyak yang masih menginginkan. Kita keliling dari jaringan kita di seluruh provinsi di Indonesia rata-rata masyarakat masih menginginkan, walaupun masih ada kontradiksi di akhir-akhir kepuasan beliau,” paparnya.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, selain itu, kata Dendik, konstitusi juga mengamanatkan presiden dan wakil presiden terpilih cukup dua periode.

“Cuma kan sekali lagi kendala konstitusi,” ucapnya.

Dendik membantah jika survei Polmatrix untuk menggiring opini publik terkait wacana presiden 3 periode. Dia menegaskan, bahwa memasukkan nama Jokowi dalam survei hanya untuk tolak ukur posisi pada Pemilu 2024.

“Gak juga sih. Kalau survei kan harus netral. Kemarin diskusi dengan kawan-kawan ya nyoba aja masukkan profil pak Jokowi gimana sehingga kita bisa ngukur preferensi pak Jokowi untuk pemilu 2024 seperti apa,” pungkas Dendik.

Sebelumnya, Hasil survei Polmatrix menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo masih paling tinggi jika dibandingkan dari tokoh-tokoh lainnya.

“Temuan survei Polmatrix Indonesia menunjukkan elektabilitas Jokowi paling tinggi yaitu mencapai 40,5 persen,” kata dia melalui keterangan tertulis yang dikutip Antara, Kamis, 31 Maret.

Dengan capaian tersebut, elektabilitas nama-nama yang kerap muncul dalam bursa Calon Presiden (Capres) 2024 tertekan. Misalnya, Prabowo Subianto, pada survei Desember 2021 tercatat meraih 19,5 persen, tetapi kini melorot menjadi 12,8 persen.

Demikian juga dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang unggul pada survei Desember 2021 sebesar 19,5 persen namun anjlok hingga turun menjadi 9,5 persen.

Berbeda dengan dua nama tersebut, elektabilitas Ketua DPR Puan Maharani justru mulai merangkak naik. Sebelumnya, politisi PDI-P tersebut hanya meraih elektabilitas 1,4 persen namun kini naik hingga 3,0 persen.

Kendati elektabilitas mantan Wali Kota Solo tersebut tinggi atau mengalahkan nama-nama lainnya, Jokowi tidak bisa maju sebagai presiden karena terbentur konstitusi.

MUI Desak Hentikan Dukungan

Sementara itu MUI minta para Menteri dan tokoh-tokoh politik di Indonesia untuk berhenti melakukan manuver politik untuk meneruskan wacana perpanjangan masa jabatan Presiden menjadi 3 Periode dan Penundaan Pemilu 2024. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 1 April 2022.
Anwar abbas juga menilai isu 3 periode telah ditolak Presiden Jokowi, Jokowi bahkan menegaskan mematuhi konstitusi.
“Jadi berdasarkan hal demikian diharapkan para menteri dan para tokoh politik di negeri ini untuk berhentilah melakukan manuver dan merekayasa, serta menggalang dukungan untuk Pak Jokowi agar masa jabatan beliau bisa diperpanjang atau bisa menjadi tiga periode, karena hal demikian hanya akan membuat negeri ini semakin gaduh dan rusuh,” kata Anwar Abbas.
Sebelumnya Presiden Jokowi angkat bicara mengenai teriakan 3 periode yang disampaikan warga saat dia berkunjung di daerah.
“Yang namanya keinginan masyarakat, yang namanya teriakan-teriakan seperti itu kan sudah sering saya dengar,” kata Jokowi setelah meninjau Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Rabu, 30 Maret 2022.
Atas dasar itulah Anwar Abbas menyarakankan agar para Menteri maupun tokoh politik lebih baik fokus untuk menghadapi masalah yang ada.
Sebab dalam penilaiannya biasanya satu atau satu setengah tahun sebelum pemilu tahun 2024 para menteri dan tokoh-tokoh politik tersebut akan lebih sibuk memikirkan masalah Pemilu dan Pilpres daripada memikirkan tugasnya.
“Akibatnya pekerjaan yang harus dikerjakan tidak terkerjakan sehingga usaha kita untuk melindungi, mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat tidak tercapai akibatnya bak kata orang-orang arif duit habis tapi rumah tidak selesai,” katanya.
Anwar juga menilai jika, isu Presiden Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu ini hanya membuat keadaan gaduh. Hal ini yang membuat para menteri dan tokoh itumelupakan persoalan bangsa yang sesungguhnya dan masih menumpuk.
“Seperti masalah kesehatan atau Covid-19, harga minyak, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, ketidakadilan, hutang negara yang semakin membengkak, dan persoalan kemandirian bangsa yang semakin tergerus baik dalam bidang ekonomi dan politik serta keamanan,” tuturnya yang juga sebagai pengamat sosial ekonomi dan keagamaan ini.
“Untuk itu kepada para menteri yang ada dalam kabinet sekarang ini, karena para menteri itu tugasnya adalah membantu presiden maka kerjakanlah pekerjaan yang menjadi pekerjaannya masing-masing agar apa yang menjadi visi dari presiden bisa terwujud sehingga beliau bisa mengakhiri periode kepemimpinannya dengan baik, anggun dan husnul khatimah,” ujar Anwar melanjutkan pernyataanya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru