Oleh: Suhendra Yusuf Ratu Prawiranegara *
SAYA mengenal Buya sejak saya masih menjadi Mahasiswa di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Buya sebagai Anggota Yayasan Badan Wakaf UII, kami sebagai petinggi Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM UII) sering rapat bareng beserta jajaran Rektorat saat itu. Saat itu Dr. Mahfud MD masih menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik. Saat itu saya mulai bersimpati dengan Buya, yang dalam rapat-rapat tersebut selalu berlaku demokratis dan mendengarkan pandangan-pandangan kami dari unsur perwakilan mahasiswa.
Hingga pada akhirnya kami mendaulat Buya untuk menjadi Rektor pada waktu itu. Saya dan kawan-kawan perwakilan mahasiswa mendatangi kediaman Buya di Nogotirto Sleman.
“Jangan saya, minta saja Pak Amien Rais atau yg lebih muda Pak Mahfud MD!” Begitu jawaban Buya saat kami diterima di ruang perpustakaan pribadinya.
Saya ceritakan peristiwa tersebut kepada Buya, saat kami bertemu tidak sengaja di lounge Garuda di Bandara Soetta tahun 2010.
“Iya saya masih ingat peristiwa itu.. Anda sekarang dimana?” Begitu Buya sebagai orang tua yang selalu peduli kepada lawan bicaranya.
Selanjutnya peristiwa yang berkesan kembali saat saya bermaksud meminta dukungan Buya tentang sebuah peristiwa sejarah yang akan saya angkat dalam sebuah film. Sejarah dari perjalanan bangsa Indonesia.
“Saya dukung anda!” Kata Buya saat itu.
Dukungan beliau diwujudkan saat beliau mengatur pertemuan kami dengan Ibu Megawati Soekarno Putri, selaku Ketua Dewan Pengarah (Pembina) BPIP, di komplek Istana pada tahun 2018 lalu.
“Ibu Mega berkenan menerima anda dkk.” Begitu perkataan yang keluar dari seorang Buya Syafii Maarif. Melalui Stafsus Bu Megawati,–kami diberikan waktu yang singkat mengingat kesibukan Ibu Mega saat itu.
Alhamdulillah kami secara khusus diterima Ibu Megawati yang mana beliau didampingi oleh Romo Benny Susetyo saat menerima kami.
Diskusi dengan Ibu Megawati sangat cair dan penuh keakraban, sehingga waktu diskusi agak panjang dari jadwal yang diberikan ajudan.
Pertemuan kami dengan Ibu Megawati ini pun tak terlepas dari endorsement yang dilakukan oleh Buya Syafii Maarif, sehingga Ibu Mega berkenan menerima permohonan silaturahmi kami.
Setelah pertemuan dengan Ibu Megawati, kami lalu melaporkan kembali hasil pertemuan tersebut kepada Buya Syafii.
Begitulah sepenggal kisah mengenal sosok seorang Guru Bangsa, Buya Syafii Maarif yang saya kenal sejak awal tahun 1990-an di Yogyakarta.
Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan yang telah diberikan selama masa hidupnya.
Semoga Allah SWT mengampuni segala kekhilafan sebagai seorang makhluk Allah yang tak luput dari kekurangan dan khilaf. Semoga surga diberikan Allah untuk Buya Syafii Ma’arif. Aamiin.
Jakarta, 27 Mei 2022
* Penulis Suhendra Yusuf Ratu Prawiranegara adalah alumni UII Yogyakarta.