JAKARTA – Hubungan Amerika Serikat dan China semakin tegang, menyusul pernyataan samar-samar China soal kepemilikan Selat Taiwan.
Pejabat pemerintahan Joe Biden telah memutuskan untuk menolak pernyataan tersebut.
China secara samar-samar menyatakan bahwa Selat Taiwan bukanlah perairan internasional dan semakin khawatir bahwa sikap tersebut dapat mengakibatkan lebih seringnya tantangan di laut untuk pulau yang diperintah secara demokratis tersebut.
Pejabat China telah membuat pernyataan seperti itu berulang kali dalam pertemuan dengan AS dalam beberapa bulan terakhir, Bloomberg melaporkan pekan lalu.
Hal itu meningkatkan prospek bahwa China dapat mempersiapkan tantangan baru bagi pengaruh regional dan kekuatan militer AS di bidang utama perselisihan antara kedua negara.
China telah lama menegaskan bahwa Selat Taiwan adalah bagian dari zona ekonomi eksklusifnya, dan memandang ada batasan untuk aktivitas kapal militer asing di perairan tersebut.
Sementara China secara teratur memprotes gerakan militer AS di Selat Taiwan, status hukum perairan itu sebelumnya bukanlah pokok pembicaraan biasa dalam pertemuan dengan para pejabat Amerika Serikat.
Waktu penegasan tersebut menyebabkan alarm di dalam pemerintahan, mengingat bahwa lingkungan keamanan global sudah penuh dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Pada bulan Februari, China dan Rusia menyarankan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka mungkin saling mendukung klaim teritorial satu sama lain dengan cara yang menurut seorang pejabat menyerupai upaya untuk mengukir lingkup pengaruh.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah diberitahu tentang masalah ini dan tim keamanan nasionalnya sedang memeriksa klaim China untuk memahami dengan tepat apa yang diperlukan.
Tim sedang melihat bahasa yang digunakan China untuk menggambarkan selat itu dalam beberapa dekade sebelumnya dan bekerja dengan sekutu AS untuk menilai interpretasi mereka terhadap bahasa tersebut.
Para pejabat AS semakin khawatir bahwa klaim itu mungkin merupakan upaya yang disengaja untuk memperkeruh interpretasi hukum laut di sekitar Taiwan dengan cara yang dapat menunjukkan bahwa China menganggapnya sebagai jalur air internal, kata para pejabat.
Tidak jelas apa yang dimaksud China dengan “perairan internasional”, tetapi bahasa itu mungkin dimaksudkan untuk mencegah AS berlayar melalui selat itu, sebuah praktik yang dikritik Beijing karena merusak stabilitas dan mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan.
Beberapa klaim China sebelumnya, seperti proklamasi zona identifikasi pertahanan udara pada 2013, hanya ditegakkan secara sporadis.
Sementara militer China secara teratur menyelidiki pertahanan Taiwan dengan penerbangan ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu sendiri dalam beberapa tahun terakhir, tantangan maritimnya lebih terbatas.
Gedung Putih dan kedutaan besar China di Washington tidak segera menjawab pertanyaan yang disampaikan Bloomberg.
Beberapa pejabat AS percaya bahwa China sedang mengukur respons di Washington terhadap krisis Ukraina sebagai proksi bagaimana AS akan menangani tindakan yang lebih agresif oleh Beijing terhadap Taiwan.
Kapal perang AS transit di Selat Taiwan beberapa kali dalam setahun saat dalam perjalanan antara Laut Cina Timur dan Selatan, rata-rata sekitar satu perjalanan sebulan sejak 2020.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Angkatan Laut AS telah melakukan setidaknya lima kali transit tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, dan mungkin akan terus melakukannya, melihat apakah Beijing akan mendukung kata-katanya dengan tindakan.
“Selat Taiwan adalah jalur air internasional di mana kebebasan navigasi dan penerbangan dijamin di bawah hukum internasional,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Ned Price.
“Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan, dan itu termasuk transit melalui Selat Taiwan,” lanjutnya. (Web Warouw)