Jumat, 4 Juli 2025

Gerindra : Simposium 65 Harus Bongkar Konspirasi Amerika Jatuhkan Soekarno

JAKARTA- Simposium 65 yang dilaksanakan oleh Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) dan Menkopolhukam merupakan hal yang sangat positif untuk mencari fakta-fakta kebenaran yang terjadi atas Tragedi 1965 . Partai Gerindra berharap agar simposium ini bisa menjadi sebuah awal untuk mengungkap kebenaran sejarah yang terjadi terhadap para korban Tragedi 1965, sehingga keluarga para korban dan negara bisa terjadi rekonsiliasi. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono kepada Bergelora.com Senin (18/4) menanggapi Simposium yang akan dibuka oleh Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan.

“Yang harus bisa diungkap oleh Simposium ini adalah keterlibatan Amerika Serikat dan sekutunya untuk mencegah Indonesia menjadi negara besar di Asia, dengan mengorbankan 7 jenderal dan jutaan rakyat Indonesia. Sampai hari ini bangsa ini tidak bisa keluar dari politik adu domba Amerika Serikat yang melemahkan Indonesia untuk maju berdaulat,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa karena ketakutan Amerika Serikat terhadap politik front nasional Nasionalis Agama dan Komunis (Nasakom), yang dipimpin Presiden Soekarno yang tidak bisa dikontrol mendorong operasi intelejen yang berujung tragedi berdarah pembunuhan 7 jenderal, dan jutaan rakyat Indonesia.

“Ujung dari operasi intelejen Amerika ini adalah penggulingan Presiden Soekarno dan merubah perjuangan rakyat Indonesia untuk berdaulat menjadi negara semi-kolonial dari Amerika Serikat, sampai hari ini,” jelasnya.

Arief Poyuono mengingatkan kebijakan Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno adalah menasionalisasi semua aset-aset asing milik Belanda, Inggris dan Amerika Serikat pada tahun 1957. Sebelumnya pada tahun 1955, Indonesia berhasil menggalang persatuan negara-negara dunia ketiga di Asia dan Afrika dalam Konferensi di Bandung.

Ia menjelaskan, pada tahun 60-an awal Soekarno berhasil menggalang seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu dalam politik Trisaktinya yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian Indonesia. Semua bersatu dalam front Nasakom, dan ini semakin mengkuatirkan

“Beberapa kali Bung Karno dicoba dibunuh dari peristiwa Maukar dan peristiwa Cikini. Berbagai pemberontakan didorong di daerah-daerah, namun tidak pernah berhasil. Hingga upaya Amerika Serikat berhasil pada subuh 1 Okotber 1965 sampai kejatuhan Soekerno pada tahun 1966 lewat sidan MPRS,” jelasnya.

Jadi simposium ini menurutnya penting untuk mengungkap apakah benar Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melakukan makar atau konflik elit dijajaran angkatan darat yang dibarengin penyusupan agen-agen Amerika  untuk mengorbankan PKI sebagai musuh bersama.

“Sudah saatnya kebenaran dan keadilan ditegakkan. Hanya negara yang bisa melakukan itu. Tujuan dari semua ini adalah rekonsiliasi nasional agar bangsa ini dapat bersatu kembali untuk menuju Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. (A. Rusdiyanto)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru