JAKARTA — Referendum digelar di sejumlah wilayah Ukraina dilakukan Jumat (23/9). Beberapa daerah tersebut yakni Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Referendum ini berlangsung mulai 23 hingga 27 September, dikutip dari kantor media Rusia TASS.

Sebanyak 450 pos pemungutan suara ditempatkan di wilayah Donetsk, sementara 200 pos lain ditujukan untuk masyarakat yang telah mengungsi ke Rusia.
Sementara itu, sebanyak 461 pos pemungutan suara ditempatkan di wilayah Luhansk dan seluruh wilayah Rusia.
Di Zaporizhzia, sebanyak 394 pos pemungutan suara didirikan, dengan tambahan 58 pos berada di Rusia, Luhansk, Donetsk, dan Kherson.
Sementara itu, warga Kherson dapat memberikan suara mereka di Crimea dan beberapa kota Rusia, termasuk Moskow.

Partisipasi Pemilih
Lebih dari 1,5 juta surat suara telah dicetak di Donetsk. Angka ini setara dengan jumlah warga yang memenuhi syarat ikut referendum.
Sementara itu di Zaporizhzhia, Kepala Komisi Pemilihan Galina Katyushchenko menyampaikan lebih dari 500 ribu orang diikutsertakan dalam registrasi pemilihan.
Komisi Pemilihan Pusat di Kherson memprediksi sekitar 750 ribu orang bakal memberikan suara mereka.
Selain itu, data yang didapatkan Institut Republik Crimea untuk Penelitian Politik dan Sosial pada 13-14 September mengklaim bahwa partisipasi pemilih bakal sangat tinggi.
Survei tersebut diisi oleh hampir 4.000 responden. Riset itu mengungkapkan sebanyak 86 persen responden di Donetsk dan 87 persen responden di Luhansk mengatakan mereka berencana berpartisipasi dalam referendum.
Sementara itu, 83 persen responden di Zaporizhzhia mengaku bakal memberikan suara mereka. Di Kherson, 72 persen responden bersedia ikut dalam pemilihan.
Surat Suara
Di Donetsk dan Luhansk, surat suara dicetak menggunakan bahasa Rusia. Kepala Dewan Rakyat Donetsk Vladimir Bidevka mengungkapkan bahasa Rusia telah menjadi bahasa resmi pemerintahan Republik Rakyat Donetsk (DPR) pada 2020.
Sementara itu, surat suara di Kherson dan Zaporizhzhia dicetak menggunakan bahasa Rusia dan Ukraina.
Pemantau Referendum
Negara Barat mengkritik referendum ini secara habis-habisan lantaran digelar tanpa kelompok pemantau internasional yang netral.
Namun, Kepala Komisi Pemilihan Pusat Luhansk, Yelena Kravchenko, menyampaikan bahwa pihaknya menerima dan tengah mempertimbangkan pendaftaran pemantau asing. Namun, demi keamanan ia tak mengungkapkan dari mana mereka berasal.
Dikutip TASS, Kravchenko juga menerangkan pemantau asing dan pemantau dari Divisi Sipil akan berada di pos pemungutan kala referendum berlangsung.
Sementara itu, Komisi Pemilihan Donetsk mengatakan mereka mengharapkan kehadiran pemantau asing, pun memastikan akan memberikan lebih banyak informasi setelah pemantau itu terakreditasi.
Sementara itu, Kepala Komisi Pemilihan Kherson Marina Zakharova mengungkapkan undangan telah dikirimkan ke banyak negara.
Komisi Pemilihan Rusia juga berjanji bakal mengirim pemantau mereka untuk mengawasi referendum ini.
Pihak Duma juga mengungkapkan seluruh anggota fraksi parlemen telah menerima undangan untuk memantau referendum ini.
Persiapan Pemungutan Suara
Komisi Pemilihan Luhansk mengatakan pihaknya sudah mulai bekerja, menerima surat suara dan alat-alat yang diperlukan.
Sementara itu, Komisi Pemilihan Donetsk telah membuat pusat panggilan untuk menutupi hasil suara. Mereka juga menyetujui penggunaan tas keamanan demi menghalau pihak ketiga mengakses dokumen referendum.
Tak hanya itu, polisi dan anggota Penjaga Nasional Rusia bakal dikerahkan untuk mengamankan referendum ini.
Pihak berwenang di Luhansk berencana meminta bantuan pasukan Kementerian Keamanan Kremlin.
Sementara itu, pihak berwenang di Donetsk mengatakan pasukan Rusia bakal membantu badan penegak hukum dan militan di daerah itu untuk mengamankan pos pemungutan suara.
Kepasa Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, jalur masuk ke berbagai kota di Zaporizhzhia juga bakal diamankan dari gangguan Neo NAZI” kala referendum berlangsung. (Calvin G. Eben-Haezer)