JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebutkan Tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antarsuporter sepak bola.
Sebelumnya, dikabarkan 127 suporter tewas setelah Arema FC bertanding melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam.

Polisi mencatat 180 orang tewas saat di dalam stadion kebanggaan Arema itu dan sisanya meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.
“Tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Persebaya dengan Arema,” kata Mahfud kepada wartawan, Minggu (2/10).
VIRAL Video tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang:
Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) mengatakan Bonek Mania, suporter Persebaya, tidak diperkenankan hadir di Kanjuruhan.
Hanya Aremania suporter Arema Malang yang diperkenankan hadir di Kanjuruhan sehingga Tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antarpendukung.
“Oleh karena itu, para korban pada umumnya meninggal karena berdesak-desakan, saling impit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter,” ujar Mahfud.
VIRAL Jokowi hentikan Liga 1:
Eks Menhan RI itu menuturkan pihak aparat sebenarnya sudah melaksanakan upaya antisipatif mencegah peristiwa seperti Tragedi Kanjuruhan.
Desak Kapolres Dicopot
Sementara itu Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) dan Indonesia Police Watch (IPW) mendesak agar Kapolri mencopot Kapolres Malang buntut tragedi tersebut.
Menurut pengamat keamanan ISESS, Bambang Rukminto, tragedi Kanjuruhan tak perlu terjadi bila panitia berdisiplin pada statuta FIFA yang menyatakan larangan penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan sepak bola di sebuah stadion. Menurutnya, tidak semua supporter adalah perusuh.
“ISESS mendesak agar Kapolri segera mencopot Kapolres Malang sebagai penanggung jawab keamanan pertandingan dan keamanan wilayah Malang,” kata Bambang Rukminto dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).
Ketua Indonesia Police Watch Sugeng Teguh Santoso juga menyoroti tragedi Kanjuruhan. Ia meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencabut izin penyelenggaraan sementara seluruh kompetisi liga yang dilakukan PSSI sebagai bahan evaluasi. Ia juga meminta Kapolri menganalisis sistem pengamanan yang dilaksanakan oleh aparat kepolisian dalam mengendalikan kericuhan di pertandingan sepakbola.
“Pasalnya, kericuhan dalam tragedi tragis itu berawal dari kekecewaan suporter tim tuan rumah yang turun ke lapangan tanpa dapat dikendalikan oleh pihak keamanan. Bahkan aparat kepolisian yang tidak sebanding dengan jumlah penonton, secara membabi-buta menembakkan gas air mata sehingga menimbulkan kepanikan terhadap penonton yang jumlahnya ribuan,” kata Sugeng.
Baca juga:
Sahroni soal Tragedi Kanjuruhan: Penggunaan Gas Air Mata Telak Dilanggar
Kemudian, buntut penembakan gas air mata tersebut, banyak penonton mengalami sulit bernapas dan pingsan dan banyak jatuh korban yang terinjak-injak di sekitar Stadion Kanjuruhan Malang.
Padahal penggunaan gas air mata di stadion sepakbola sesuai dengan aturan FIFA dilarang. Hal itu tercantum dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pada pasal 19 huruf b disebutkan bahwa sama sekali tidak diperbolehkan mempergunakan senjata api atau gas pengendali massa.
“Oleh karena itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga harus mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat yang bertanggung jawab dalam mengendalikan pengamanan pada pertandingan antara tuan rumah Arema FC Malang melawan Persebaya Surabaya,” kata Sugeng.
Selain itu, IPW meminta agar kasus tersebut berlanjut ke ranah pidana. Sebab, menurutnya, tragedi ratusan korban tewas seusai laga pertandingan sepakbola nasional harus diusut tuntas pihak kepolisian. Ia meminta agar peristiwa pidana dari jatuhnya suporter di Indonesia menguap begitu saja seperti hilangnya nyawa dua bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada bulan Juni lalu.
“Memerintahkan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta untuk mempidanakan panitia penyelenggara pertandingan antara Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1 Oktober 2022),” kata Sugeng.
IPW juga meminta Presiden Jokowi memberikan perhatian terhadap dunia sepakbola di Indonesia yang selalu ricuh dan menelan korban jiwa. IPW juga meminta agar Ketum PSSI mengundurkan diri.
“Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (Iwan Bule) seharusnya malu dan mengundurkan diri dengan adanya peristiwa terburuk di sepak bola nasional,” tuturnya. (Calvin G. Eben-Haezer)