Sabtu, 23 Agustus 2025

MENGAPA LANGGAR ATURAN FIFA…! Propam Periksa 18 Polisi Bersenjata Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan

JAKARTA – Tim dari Inspektorat Khusus dan Divisi Propam Polri memeriksa 18 anggota kepolisian yang bertugas dalam pertandingan Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang yang menyebabkan ratusan orang tewas. Belasan polisi tersebut merupakan anggota yang memegang senjata pelontar gas air mata dalam pertandingan tersebut.

“Sudah 18 orang diperiksa sebagai operator senjata pelontar,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Polda Jawa Timur, Senin, 3 Oktober 2022.

Dedi mengatakan permintaan keterangan terhadap 18 orang tersebut masih berlangsung. Menurut Dedi, kepolisian nantinya juga akan memeriksa atasan dari anggota tersebut yang berpangkat perwira. “Ini sedang dimintai keterangan dan didalami,” kata Dedi.

Sebelumnya, sebanyak 129 orang tewas dalam pertandingan sepak bola Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Peristiwa nahas itu diduga diawali oleh ribuan supporter yang merusuh karena kecewa tim kesayangannya dikalahkan di rumah sendiri. Mereka diduga ingin mengejar pemain dan manajemen tim.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Diduga karena terkena gas air mata, suporter panik dan berusaha keluar dari stadion. Akibatnya, ratusan korban jatuh diduga karena sulit bernapas dan terinjak-injak.

Larangan FIF

Indonesia Police Watch menduga polisi telah melanggar aturan FIFA karena menembakkan gas air mata. Menurut Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso FIFA melarang senjata api dan pengendali massa digunakan di dalam stadion.

“Penggunaan gas air mata di stadion sepak bola sesuai aturan FIFA dilarang. Hal itu tercantum dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pada pasal 19 huruf b disebutkan bahwa sama sekali tidak diperbolehkan mempergunakan senjata api atau gas pengendali massa,” kata Sugeng dalam keterangan tertulisnya, Mingg (2/10).

Sugeng juga menyatakan bahwa polisi sempat melepaskan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah penonton. Hal itu membuat penonton panik sehingga berdesakan ke luar stadion.

Pelarangan penggunaan gas air mata dan senjata api tertulis dalam Pasal 19 b.

No firearms or ‘crowd control gas’ shall be carried or used (senjata api atau ‘gas pengendali massa’ tidak boleh dibawa atau digunakan),” begitu bunyi aturan FIFA.

Sugeng Teguh Santoso mengatakan, penggunaan gas air mata untuk mengurai massa dalam stadion, apalagi kondisi stadion dipenuhi orang, adalah dilarang.

“Karena penggunaan gas air mata tersebut justru akan menjadi sumber malapetaka sebab stadion adalah ruang tertutup,” ujar Sugeng.

Dari kasus tragedi Kanjuruhan, Sugeng memandang bahwa ditembakkannya gas air mata ke arah tribun justru menimbulkan kepanikan penonton. Apalagi jumlah penonton kala itu mencapai puluhan ribu.

“Akibatnya, banyak penonton yang sulit bernapas dan pingsan, sehingga banyak jatuh korban yang terinjak-injak di sekitar Stadion Kanjuruhan, Malang,” ucapnya.

Alasan Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta menjelaskan, gas air mata terpaksa ditembakkan untuk menghalau suporter yang memasuki lapangan.

“Mereka turun untuk tujuan mencari pemain dan pihak manajemen, kenapa bisa kalah,” ungkapnya dalam konferensi pers di Markas Kepolisian Resor (Polres) Malang, Minggu (2/10) pagi.

Semakin banyaknya suporter yang merangsek ke lapangan, membuat polisi berupaya menghalau mereka dengan menggunakan gas air mata.

“Sehingga, para suporter berlarian ke salah satu titik di pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas,” tuturnya.

Nico menuturkan, dari sekitar 42.288 suporter yang memenuhi Stadion Kanjuruhan, tidak semuanya turun ke lapangan.

“Hanya sebagian yang turun ke lapangan. Sekitar 3.000 suporter,” jelasnya.

Mengenai penggunaan gas air mata untuk mengurai massa di Stadion Kanjuruhan, Nico menyatakan bahwa langkah tersebut sudah sesuai prosedur.

“Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini,” sebutnya. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru