JAKARTA – Militer Rusia mundur dari sisi barat Sungai Dniper, Kherson, Ukraina, bukan bukti kalah perang, melainkan strategi.
Rusia bukan dalam posisi tekanan militer dari Ukraina saat memilih mundur, melainkan ada perhitungan lain yang harus dibaca di dalam konsolidasi pasukan di wilayah penguasaan.
Hal itu dikemukakan Joko Purwanto, Ketua Komite Persahabatan Masyarakat Federasi Rusia dan Republik Indonesia di Jakarta, Minggu, 13 November 2022.
Joko Purwanto menaggapi pernyataan Amerika Serikat dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang mengilustrasikan bukti kekalahan Rusia di Kherson.
Bisa dicermati Jendral Surovikin dalam pengumuman pertamanya setelah diangkat menjadi komando Operasi Militer Khusus, Special Military Operation (SMO), 8 Oktober 2022.
Jenderal Surovikin membuat pernyataan bahwa ke depan beberapa keputusan sulit mungkin akan diambil.
Kemudian dibuktikan dengan penarikan mundur taktis di dari sisi barat Sungai Dnieper di Kherson dilakukan.
“Ini bukan soal Rusia mendapat tekanan militer di lapangan. Tidak,” kata Joko Purwanto.
Menteri Pertahanan Rusia, Jendral Sergei Shoigu menyampaikan sejak Kiev melancarkan ‘serangan” Kherson dari akhir Agustus 2022, pasukan Rusia melakukan serangan balik.
Pasukan Rusia berhasil menimbulkan kehancuran besar terhadap pasukan Kiev yang terlibat.
Serangan Ukraina Terus Melemah
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, secara umum Jenderal Sergei Shoigu menyebut 12 ribu pasukan Kiev tewas. Rasio KIA, Rusia vs Kiev 1 : 8.
Tidak disebutkan korban terluka, sebut saja rasio moderat KIA – Terluka 1 : 2, artinya Kiev menanggung korban 30 – 35 ribu pasukan.
Ini konsisten dengan situasi di garis depan. Di minggu pertama serangan oleh Kiev dibuka dengan ukuran brigade, berikutnya menurun menjadi ukuran batalyon.
Dan situasi terakhir serangan yang kadang terjadi hanya ukuran 1-2 kompi. Daya dorong pasukan Kiev sudah terus melemah.
Dikatakan Joko Purwanto, masalah operasional yang lebih strategis bagi Rusia adalah soal keselamatan warga sipil.
Ancaman Pasukan Kiev
Jika penembakan artileri Kiev menghancurkan bendungan, seluruh tepi barat Kherson sebagian besar akan tenggelam yang diawali tsunami air besar.
“Bisa dibayangkan korban sipil yang akan jatuh,” ujar Joko Purwanto.
Juga penembakan artileri jarak jauh semakin sering mengarah ke pemukiman sipil di kota Kherson (capitol dari Oblast Kherson).
Tantangan taktis lainnya adalah soal logistik. Sisi barat Kherson berada pada sisi terlebar dari Sungai Dnieper.
Dengan rusaknya jembatan Antonovka, ponton di sisi kanan dan kiri jembatan tidak cukup memadai untuk mobilitas militer.
Karena juga bercampur dengan mobilitas warga sipil di tengah ancaman konstan artileri jarak jauh Ukraina.
“Perkara logistik ini sangat penting, Rusia tidak hanya harus memikirkan logistik untuk pasukan tapi juga untuk warga sipil,” ujar Joko Purwanto.
Kherson Medan Terbuka
Posisi defensif di tepi barat secara terrain (medan) juga kurang menguntungkan secara operasional taktis pertempuran.
Medan di Kherson adalah dataran rendah terbuka, rentan terhadap artileri jarak jauh, sekalipun Rusia memiliki pertahanan udara yang kuat.
Tidak efisien untuk menetralisir serangan artileri dengan rudal pertahanan udara.
“Tambahan tugas untuk melindungi warga sipil juga secara limitatif mengurangi efektifitas tempur pasukan,” ujar Joko Purwanto.
Dengan penarikan mundur taktis ini, dengan mengungsikan 115 ribu warga sipil Rusia memilih memelihara kehidupan: warga sipil dan pasukan.
Wilayah bisa direbut kembali pasukan dan warga sipil yang mati tidak bisa dibangkitkan.
Menurut Joko Purwanto, penarikan mundur taktis ini memberi Rusia keuntungan pertahanan alami yaitu Sungai Dnieper.
Jembatan Antonovka sudah diledakan, ponton sudah dibongkar. Garis pertahanan di sisi timur secara geografis juga lebih menguntungkan secara ketinggian medannya.
Penarikan mundur Rusia ini menimbulkan kebingungan di Kiev. Bahkan juga menjadi tanda tanya bagi Sekretaris Jenderal NATO, Jeans Stoltenberg.
“Mereka mengerti situasi garis depan bahwa tentara Rusia tidak sedang tertekan secara militer,” ujar Joko Purwanto.
Situasi yang banyak menimbulkan spekulasi bahwa ini deception atau maskirovka (penipuan) atau jebakan yang disengaja oleh pasukan Rusia.
Apapun, tentu saja situasi ini menjadi bahan propaganda bagi Kiev dan Koalisi Barat pendukungnya.
Membangun narasi dan optik media seolah ini kesuksesan militer pasukan Kiev,” ujar Joko Purwanto.
Dikatakan Joko Purwanto, ini bukan soal trik atau jebakan.
Dengan sendirinya kesulitan taktis operasional yang dihadapi Rusia di sisi barat Kherson akan menjadi situasi yang dihadapi pasukan Kiev jika nekat memasuki kota Kherson.
Atau sisi barat yang ditinggalkan kosong.
Pertama, tentan terhadap penembakan artileri dan pengeboman dari udara.
Apalagi tidak ada warga sipil yang bisa dijadikan tameng manusia dan pertahanan anti udara Kiev yang lemah.
Kedua, ambisi bergerak maju di Kherson menghadapi tantangan alamiah yang keras, Sungai Dnieper yang lebar, yang jembatannya sudah hilang.
Dan kartu terakhir di tangan Rusia adalah 5 pintu air dari Kakhovka Dam berada dalam kendali Rusia.
Rencana Kiev menenggelamkan Kota Kherson bisa berbalik menjadi nasib pasukan Kiev yang nekat masuk kota kosong.
Penarikan mundur taktis juga membebaskan hampir 30 ribu pasukan Rusia yang posisinya terbekukan menjaga pertahanan di sepanjang garis depan sisi barat Kherson.
Termasuk Divisi Paratrooper ke-76, divisi elit yang kemampuannya menjadi kurang efektif dalam posisi pertahanan statis,” kata Joko Purwanto.
“Apa yang lebih mencemaskan bagi Kiev dan Koalisi Barat adalah langkah militer apa yang sebenarnya sedang dipersiapkan oleh Rusia?” tanya Joko Purwanto.
Ayunan Besar Rusia
Dengan tambahan pasukan yang dibebaskan dari sisi barat Kherson dan juga mayoritas pasukan hasil mobilisasi parsial yang dalam waktu dekat.
Menyelesaikan pelatihan akan segera bergerak ke garis depan — Rusia sedang menyiapkan ayunan besar.
Tapi dari arah mana?
Mengarah ke target dimana?
“Hanya Jendral Surovikin dan Siloviki yang tahu,” ujar Joko Purwanto.
Fakta yang bisa diamati sedang terjadi pertempuran keras di poros tengah di garis depan Donetsk.
Joko Purwanto mengatakan, ada pengelompokan besar pasukan dan peralatan di Zaphoryzya, di Belgorod, di Belarus.
Apakah Rusia akan melakukan swing dari utara, dari Zaphoryzya ke arah Nikolaev dan mengepung sisa pasukan Kiev di Kherson dan Odessa?
Atau swing yang lebih besar lagi ke arah Chernihiv terus ke selatan ke Summy, Kharkov menyapu dan mengepung sisa pasukan Kiev di sepanjang sisi timur Sungai Dnieper?
Atau dari arah Belgorod ke arah Kharkov untuk memerangkap pasukan Kiev yang semakin melemah?
Apapun, swing besar oleh pasukan Rusia akan menunggu rotasi dari general mud (lumpur) ke General Winter (salju).
“Menunggu salju mengeras dan mengubah semua menjadi jalan raya,” ujar Joko Purwanto.
Menurut Joko Purwanto, secara optik media dan politik tentu saja penarikan mundur taktis ini merugikan Rusia.
Vladimir Putin dan Sergei Shoigu memberi kepercayaan besar pada Jendral Surovikin untuk profesionalitas militernya.
Memutuskan tindakan militer di garis depan pada pertimbangan murni militer.
“Langkah awal untuk kesuksesan bagi militer profesional: mengedepankan pertimbangan militer ketimbang kebutuhan optik politik,” ungkap Joko Purwanto. (Web Warouw)

