Sabtu, 12 Juli 2025

BERANINYA KROYOKAN..! Jejak Asing Dalam Protes Iran

JAKARTA- Mahsa Amini, perempuan Iran usia 22 tahun asal Kurdi, diperiksa saat 13 September 2022 terjaring polisi moral di Teheran akibat pemakaian hijab tak pantas. Selanjutnya dibawa ke pondok pembinaan dan bimbingan di sebuah kantor Dinsos intelijen kepolisian.

Mahsa Amini. (Ist)

Ia terkena serangan jantung di kantor tersebut ketika terjatuh. Lantas dilarikan ke RS. 3 hari kemudian, ia meninggal. Kematiannya memicu kemarahan remaja dan kaum muda Iran.

Sputnik.com melaporkam dikutip Bergelora.com.di Jakarta, Sabtu (26/11) The Iranian Legal Medical Organization dalam pemeriksaan jenazah melaporkan adanya riwayat penyakit akibat operasi saat Amini usia 8 tahun hingga sebabkan kehilangan kesadaran/koma.

Protes kematian Mahsa Aminii. (Ist)

Dalam artikel berjudul “Foreign Traces in Iran’s Protests” disebutkan, laporan itu menegaskan kematian almarhumah bukan karena pukulan di kepala atau kekerasan organ vital tetapi akibat hipoksia selebral, gangguan irama jantung tak beraturan, tekanan darah turun, hilang kesadaran dan kurangnya suplai oksigen ke otak.

Cepatnya viral medsos (twiter, facebook, instagram, tiktok) mengingkari penyelidikan ilmiah medis forensik. Banyak pihak menuding akibat siksaan polisi moral. Protes dengan cepat menyebar dari kampung halaman Amini di Saqqez ke kota-kota lain di provinsi Kurdistan dan provinsi lain di Iran.

Remaja belasan tahun dan muda mudi Iran agresif melancarkan demonstrasi. Diikuti aksi grafiti di tembok-tembok agar warga mengutuk polisi moral atas wafatnya gadis itu. Akibatnya, warga Iran di hampir 80 kota di seluruh negeri tumpah demonstrasi ke jalan-jalan menuntut penjelasan atas kematian Mahsa Amini.

Hanya dalam 2 hari, unjuk rasa meningkat menjadi kerusuhan dan bentrokan berdarah dengan aparat penegak hukum dan terus berlangsung di sejumlah provinsi.

Otoritas Iran Bongkar Temuan Bahwa Pemberontakan ini Memiliki Jejak Barat:

â–  1 Oktober 2022, Kementerian Intelijen mengumumkan penangkapan 9 WNA asal Eropa dan menuduh mereka “memata-matai dan bikin kerusuhan” di negara tersebut. Mereka dari Prancis, Italia, Jerman, Polandia, Belanda dan Swedia.

â–  7 Mei 2022, dinas intelijen Iran berhasil menangkap dua warga Prancis (Cecile Kohler, 37, dan Jacques Paris, 69) yang mengakui di depan kamera awal Oktober bahwa mereka adalah agen dinas rahasia ‘DGSE’ dan misi mereka menyerukan semua organisasi serikat guru untuk gelar protes sosial ke arah tujuan penggulingan pemerintah di Iran.

â–  26 Oktober 2022, serangan teroris terjadi di Kuil Shahcheragh di kota Shiraz. Seorang pelaku bersenjata masuk ke masjid saat sholat dan menembak para jemaah. Video organisasi teroris Daesh atau yang dikenal dengan ISIS, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu muncul di internet. Belakangan, intelijen Iran mengungkap bahwa penyelenggara serangan itu adalah warga negara Azerbaijan dan penembaknya adalah warga negara Tajikistan. Kasus ini juga libatkan warga negara Afghanistan sebagai cecunguknya.

â–  9 November 2022, otoritas Iran menahan sebuah kapal angkut peralatan mata-mata dan senjata di Teluk Persia. Amir Mousavi, perwakilan intelijen Iran, menyatakan bahwa  “kargo di kapal itu milik Saudi, yang mengirimnya sebagai dukungan untuk pemberontak di Iran.”

â–  15 November 2022, Kemenlu Iran untuk kedua kalinya memanggil Duta Besar Jerman Hans-Udo Muzel untuk menyampaikan nota protes “atas pendekatan destruktif Jerman terhadap peristiwa internal di Iran”, dan juga “koordinasi pemerintah asing dan organisasi internasional untuk memperkuat tekanan pada situasi internal di Iran.”

â–  22 November 2022, Jubir Kehakiman Iran Masoud Setayeshi mengatakan bahwa 40 WNA yang terlibat dalam organisasi kerusuhan di Iran telah ditangkap dan akan diadili sesuai dengan Hukum Pidana Islam Iran.

â–  23 November 2022, Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian menggelar konpres bahwa 76 pusat teroris anti-Iran diaktifkan di Kurdistan Irak, yang mengirim senjata Israel dan Amerika ke provinsi barat dan timur Iran.

Menurut otoritas Iran, Inggris berperan paling penting dalam de-stabilisasi situasi di Iran. Media berbahasa Persia yang dikontrol London (BBC Persia dan Iran International) telah menjadi corong propaganda aktif desak rakyat turun ke jalan-jalan di Iran dan menolak penegakan hukum.

Sebagai respon, Iran berlakukan sanksi pribadi terhadap media Inggris ini _”atas tindakan yang sebabkan kerusuhan, kekerasan, dan serangan teroris terhadap rakyat Iran,”_ dan mengakui BBC Persia dan Iran International sebagai organisasi teroris. (Hari Subagyo)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru