Jumat, 4 Juli 2025

BISA GAK NIH..? 19 Anak Stunting Di Jakarta Selatan, Dr. Hasto Minta Orang Kaya Jakarta Ikut Jadi Bapak Asuh

JAKARTA- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Hasto Wardoyo mengakui bahwa tingkat stunting di wilayah Jakarta memang tinggi. Hal ini disampaikannya menanggapi laporan 19 orang anak stunting di wilayah Pejaten, Jakarta Selatan.

“Jakarta memang Stuntingnya masih diatas 14 %. Kalah dengan Bali. Harusnya jakarta bisa rendah,” ujar Hasto Wardoyo.

Hasto Wadoyo menjelaskan Jakarta adalah stunting terendah kedua setelah Bali
Jakarta tidak termasuk tinggi. Sulbar, NTT, NTB, Papua, dan Aceh jauh lebih tinggi.

“Jumlah balita di DKI Jakarta sekitar 790.000. Bisa dibayangkan kalau stuntingnya 14 %. Berarti masih ada sekitar 110 ribu balita stunting di DKI
Wajar dong kalau di Pejaten masih ada 19.anak,” jelasnya.

Bapak Asuh Anak Stunting

Ia menganjurkan agar masyarakat terutama yang mampu di Jakarta bisa ikut membantu pengentasan gizi buruk dan stunting.

“Bisa dengan mengadopsi program bapak asuh anak Stunting. Di Jakarta banyak pengusaha dan banyak orang kaya,” ujarnya.

Hasto Wardoyo berharap program bapak asuh anak stunting sukses di DKI Jakarta dan akan cepat menurunkan stunting dan kemiskinan ekstrem.

“Ayo kita bergotong royong membantu orang yang tidak mampu dengan mengadopsi program bapak asuh anak stunting. Pasti bisa,” ujarnya.

Tidak Masuk Sistim BKKBN

Hasto menjelaskan Di luar DKI Jakarta ada TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) dan ada Satgas Stunting yang menerima dan mengatur, membagi dan memasangkan antar bapak asuh dan keluarga yang perlu pendampingan.

Ia menerangkan, di luar DKI Jakarta ada data keluarga risiko tinggi stunting. Tapi khusus DKI Jakarta punya data sendiri berbasis carik Jakarta.

“Saya kira sistem yang di DKI Jakarta akan mengatur itu. Saya akan komunikasikan dengan pak gubernur, karena selama ini memang DKI Jakarta tidak mengikuti sistem pendataan BKKBN,” katanya.

Stunting atau Gizi Buruk?

Beberapa waktu lalu media massa melaporkan, di Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia ternyata masih saja ditemukan kasus anak menderita gizi buruk. Sebelumnya, dilaporkan 19 anak di Kelurahan Pejaten Barat mengalami gizi buruk dan penyakit penyerta. Kejadian ini diketahui berdasarkan hasil identifikasi petugas kelurahan dan puskesmas Pejaten Barat pada September 2022.

Temuan 19 anak dilaporkan sebagai stunting ke Bergelora.com oleh pejabat Kantor Staf Presiden yang enggan disebut namanya karena barusan pulang mengunjungi keluarga anak-anak stunting di Pejaten,  Selasa (10/1) kemarin.

Anggaran 10 Triliun DKI Jakarta Kemana?

Sebelumnya Kepala Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi Kanwil Ditjen Kekayaan Negara DKI Jakarta Didik Hariyanto mengatakan dana tersebut mencapai Rp 1.435,87 triliun atau 148,53 persen dari target. Sedangkan pagu belanja terealisasi sebesar Rp563,99 triliun atau 78,84 persen dari pagu yang berdampak pada surplus regional sebesar Rp889,23 triliun atau 330,87 persen dari target.

“Adapun dengan penerbitan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2022 tentang Pengurusan Piutang Negara oleh PUPN, diharapkan mempercepat dan memperkuat pengurusan piutang negara,” ujar Didik Hariyanto tentang kinerja APBN di wilayah DKI Jakarta dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 28 Desember 2022.

Selain itu disebutkan kontribusi belanja negara tahun 2022 untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem, stunting, dan ketahanan pangan di DKI Jakarta saja mencapai Rp 10,22 triliun yang terdiri dari APBN sebesar Rp 1,34 triliun dan APBD sebesar Rp 8,88 triliun. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru