Sabtu, 5 Juli 2025

DUNIA SUDAH BERUBAH..! Mengapa Keruntuhan Sistem Dolar Tak Terelakkan Di Tengah Penciptaan Mata Uang BRICS?

JAKARTA- Pada hari Minggu, Anggota Kongres dari Partai Republik Marjorie Taylor Greene memperingatkan bahwa dolar AS dapat berhenti menjadi mata uang dunia sebagai akibat dari konflik Ukraina. Ia juga berpendapat bahwa Rusia berhasil membuktikan bahwa tidak membutuhkan greenback untuk berhasil mengembangkan ekonomi.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pekan lalu bahwa anggota BRICS bekerja untuk meningkatkan pembayaran dalam mata uang nasional akibat mekanisme sistem dolar yang tidak dapat diandalkan.

Mata uang Rubel Rusia. (Ist)

Penciptaan mata uang BRICS adalah proses yang “tak terelakkan” karena negara-negara anggota BRICS “tertarik untuk mengurangi keterpaparan mereka terhadap dolar AS dan menginternasionalkan mata uang mereka,” demikian Gal Luft, direktur Institut Analisis Keamanan Global yang berbasis di Washington. Hal ini ia sampaikan kepada Sputnik dan dikutip Bergelora.com di Jakarta, Selasa (31/1).

BRICS Dapat Membuat Mata Uang ‘Didukung Emas

Dia menyarankan bahwa jika dibuat, mata uang seperti itu dapat “didukung emas” dan China, Rusia, dan Afrika Selatanlah yang dapat menciptakan arsitektur Gold-Standard 2.0″.

Mata uang Yuan China. (Ist)

Menurut Luft, arsitektur ini akan “menarik bagi banyak negara Global Selatan sebagai pengganti dari sistem dolar fiat yang selama ini memungkinkan AS tidak hanya untuk memberi sanksi dan memaksa mereka tetapi juga untuk memperkaya Amerika serikat atas biaya yang ditarik dari negara-negara pemakai dollar.”

Menyinggung kemungkinan tantangan yang dihadapi mata uang BRICS, dia berargumen bahwa “AS dan kekuatan petahana lainnya yang dilayani oleh sistem [dolar] saat ini seperti Inggris dan UE tidak akan menyambut ‘new kid in the block’ tersebut dan akan mencoba meyakinkan anggota BRICS yang kurang ideologis seperti India, bahwa langkah itu terlalu membuat tidak stabil.”

 

Mata uang Rupee India. (Ist)

Luft menekankan bahwa ketika menyangkut sistem dolar, itu “bergantung pada keputusan Fed yang pertama-tama melayani kepentingan rakyat Amerika dan pejabat terpilih mereka, tidak memperhitungkan kepentingan orang miskin dunia.”

“Sebaliknya, keistimewaan AS yang luar biasa memungkinkannya untuk meminjam jumlah yang tidak terbatas untuk membiayai defisitnya yang menggelembung sementara negara-negara miskin berjuang untuk mendanai diri sendiri”, analis itu menambahkan.

Luft Optimisme tentang mata uang BRICS digaungkan oleh Ashraf Patel, rekan peneliti senior di Institute for Global Dialogue dan Anggota Jaringan Think Tank BRICS Afrika Selatan.

Mata uang Rupiah Indonesia. (Ist)

Dia mengatakan kepada Sputnik bahwa beberapa tahun terakhir negara- negara BRICS membuat “kemajuan yang stabil terkait penciptaan mata uang baru.”

“Tentu saja ini adalah perubahan sistemik yang sangat besar di dunia multipolar yang muncul. Inisiatif seperti itu dimungkinkan seiring dengan pertumbuhan kelompok BRICS, dengan banyak negara penting di Selatan yang menyatakan minat untuk bergabung dengan kelompok BRICS.”

Platform Cloud Khusus’ BRICS

Patel menambahkan bahwa sebagai bagian dari “dorongan untuk membangun sistem bersama untuk pembayaran ritel dan transaksi antar negara anggota,” anggota BRICS menciptakan “sistem pembayaran tunggal, Pembayaran BRICS.”

“Dalam waktu dekat, negara-negara tersebut berencana memperkenalkan platform cloud khusus, yang akan menghubungkan sistem pembayaran nasional mereka. Dompet online akan dikembangkan dengan akses ke sistem pembayaran ini, serta aplikasi seluler yang mirip dengan Apple Pay, yang dapat dipasang di ponsel cerdas untuk pembelian di salah satu dari lima negara BRICS, terlepas dari mata uang dan dominasi pembeli,”.ujarnya.

Menurut Patel, menciptakan mata uang BRICS adalah “salah satu langkah diversifikasi mata uang jangka panjang dalam sistem keuangan perdagangan internasional dalam jalan panjang menuju ‘menghabisi kekuatan dolar’ dalam perdagangan global.”
Pernyataan tersebut mengikuti Perwakilan Republik Marjorie Taylor Greene yang berdebat pada hari Minggu bahwa meskipun ada sanksi keras, Rusia telah berhasil membuktikan bahwa tidak memerlukan dolar AS untuk berhasil mengembangkan perdagangan karena dia merujuk pada operasi militer khusus Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.

Dalam serangkaian tweet, Greene mengecam “perang proksi AS dengan Rusia” di Ukraina”, yang dia klaim akan “terus melukai” Amerika, “menghabiskan sumber dayanya dan mendorong inflasi.”

“Itu juga bisa mengakibatkan dolar tidak lagi menjadi mata uang dunia. Karena kesombongan kita sendiri dan ‘berjuang untuk menyelamatkan demokrasi’ di Ukraina non-NATO, sanksi berat Rusia membuktikan kepada dunia bahwa mereka tidak membutuhkan dolar AS atau persahabatan untuk berdagang dan berkembang,” kata anggota kongres itu.

Pernyataan tersebut didahului oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan pada Forum Bisnis BRICS tahun lalu bahwa lima negara berkembang utama dalam kelompok tersebut (Rusia, China, Brasil, India, dan Afrika Selatan) harus membentuk sistem cadangan internasional berdasarkan sekeranjang mata uang BRICS.

Menurutnya, meskipun mungkin butuh waktu bertahun-tahun bagi BRICS untuk menciptakan sistem moneter, hasil akhirnya kemungkinan akan menjadi keseimbangan antara persaingan sistem berbasis dolar dan sekeranjang mata uang BRICS.

Pada tahun 2021, Putin menunjukkan pentingnya Rusia membuang dolar dalam dekritnya tentang Strategi Keamanan Nasional Rusia yang diperbarui.

Presiden Rusia menggarisbawahi bahwa memastikan keamanan ekonomi negara hanya mungkin dilakukan dengan pengurangan penggunaan dolar dalam transaksi perdagangan luar negeri Rusia.

Moskow telah berulang kali menekankan bahwa kebijakan sanksi Washington merongrong kepercayaan terhadap dolar, mengurangi investasi cadangan nasional dalam utang publik AS, dan berkontribusi pada peningkatan volume perdagangan luar negeri dalam rubel dan mata uang lainnya. Washington dan sekutunya memberikan paket sanksi kepada Rusia tak lama setelah meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari 2022. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru