Selasa, 26 Agustus 2025

Rampas Kembali Uang Korupsi Menghentikan Monza Dan Thrifting

Oleh: Toga Tambunan *

PRESIDEN Jokowi, yang dikenal murah hati penyabar, mengatakan “geram” terhadap kulakan pakaian bekas. Marak bisnis barang import atau mungkin masuk illegal itu dicurigai berpotensi melingsirkan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.

Bisnis yang akrab disebut monza itu, pada tahun 2005-an sudah pernah dilarang. Saat itu industri tekstil dan produk tekstil masih kecil, baru tumbuh. Produksi masih sedikit. Larangan bukan karena produksi terganggu. Melainkan karena pakaian bekas itu sarang nyaman berbiak untuk berbagai kuman penyakit berbahaya yang rawan menular bagi pengguna dan menular ke masyarakat dengan resiko malapetaka.

Monza itu asalnya generik adalah lokasi jalan Monginsidi terangkat status jadi plaza di Medan maka singkatannya Monza, lokasi kulakan pakaian bekas itu dianggap paling moncer di Medan, pada awalnya bisnis ini dimulai. Kosakata monza itu selanjutnya berkembang melampaui makna generik, menjadi sebutan aktivitas dan sinonim barang kulakan.

Sejak larangan di Medan, Monza (pengertian lokasi Jalan Monginsidi Medan) bubar; rumah warga yang tadinya sebagai toko pemajang sesak monza (pengertian barang), kemudian berfungsi ke semula jadi kembali hunian.

Monza Medan bubar. Ternyata monza (pengertian aktivitas) tetap marak. Cuma pindah ke Tanjung Balai Asahan. Justru ketemu lokasi baru ini lebih strategis menguntungkan.

Tingkat maraknya makin berkobar. Menjangkau kian banyak kota-kota terutama di pulau Sumatera, dan selanjutnya masuk ke ibukota. Kehadiran monza di ibukota Jakarta pun disambut amat meriah.

Di bisnis monza kita menemukan kemeja, pantalon, jas, celana pendek, gaun, fesyen perempuan Eropah, dan berbagai bangsa, bh, rok, kutang, gordyn pintu & jendela, ikat pinggang, tas, koper, selimut, jaket, saputangan, dasi, sepatu, tongkat golf, gitar, dan beragam aneka rupa. Kualitasnya berkisar 50% sd 90% aslinya dan bermerek terkenal digunakan klas orang berada. Misalnya merek Luois Vuiton, tas ikonik di tangan the have, saat itu puluhan juta rupiah, dibrandol hanya ratusan ribu hingga dua jutaan.

Barang-barang itu kabarnya berasal dari Korea, Hongkong, Thailand, mampir di Singapura sebelum masuk ke dalam negeri. Hanya sedikit lewat prosedur legal.

Tak pelak lagi selayaknya mengakui monza ini salah satu ekosistim bisnis di masyarakat urban masa kini yang mayoritas adalah angkatan kerja pengangguran tertutup, semi pengangguran, status kecil dan menengah. Kehidupan massa luas ini sangat kekurangan dan kekurangan dibuktikan pravalensi stunting yang besar, mandek di SD rangking terbanyak sektor pendidikan, si penghuni rumah kecil sederhana berjumlah terbesar, dll data kongkrit tak terbantah.

Kebutuhan primer penduduk mayoritas ini tentang pakaian dimungkinkan tergapai dengan monza. Harga monza itu terjangkau sekali mendukung hidupnya warga miskin dan memenuhi nafsu aktualisasi diri golongan menengah kebawah dengan fesyen atau asoseri bermerek strata dunia atas. Perkara ancaman kuman dapat dipunahkan dan segera secara semprot antiseptik dan desinfektan.

Seandainya istri Esha Rahmansah Abrar, Kepala Subbagian Administrasi Kendaraan Biro Umum Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) istrinya pamer harta atau flexing di media sosial dengan fesyen dan asesoris monza pasti yang bersangkutan tidak dinonaktifkan. Asal LHKPN tak dicurigai.

Begitu juga jabatan kepala BPN Jakarta Timur tidak dicopot jika istrinya pamer barang mewah bermerek yang berasal monza dan LHKPNnya bebas sorotan.

Presiden geram terhadap monza ditengah era pertumbuhan industri tekstil sedang digenjot meningkat dengan berat. Alasannya melarang berbeda dengan tahun 2005-an yakni disinyalir melingsir atau memacetkan peningkatan industri TPT

Industri tekstil memang sedang menurun.
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat pengurangan jumlah tenaga kerja dalam industri tekstil dari 1,13 juta menjadi 1,08 juta tenaga kerja pada Agustus 2022.

Di tahun 2023 ini beberapa pabrik garmen diketahui tutup dan sudah dijual berikut mesin-mesinnya a.l di Cigombong dan Rawa Buaya Jakbar. Terjadi PHK, jumlah penganggur meningkat.

Apakah faktornya melulu maraknya kulakan monza? Ternyata tidak! Beberapa faktor lain, antara lain perihal baru bangkit dari covid 19, inflasi, daya beli tekstil turun k.l 5%, eksport fisik TPT berkurang (sekalipun nilai jualnya naik), jangkuan eksport lemah ke pasar dunia, kapas import harganya naik, produksi sentra pertanian kapas dalam negeri sangat kecil, serbuan import tekstil luar negeri, dll.

Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UMKM beberapa hari lalu sudah mengurai lengkap keterangannya dengan menegaskan, bukan thrifting, yang dilarang Pemerintah adalah impor Monza illegal.

Hasrat generik aktualisasi diri seseorang, entah anak kecil maupun dewasa sesungguhnya senantiasa pakai fesyen anyar, bukan bekas pakai. Budaya duniawi masa kini berebutan tampil keren, pasti mendorong seseorang berkeras hati keras merealisasi hasratnya. Asalkan mampu daya belinya. Lantas gimana meningkatkan daya beli massa luas?

Tatkala daya beli semakin tinggi, warga akan beli fesyen anyar dan otomatis bisnis monza pasti surut dan selanjutnya lenyap. Berikutnya hilang seludupan. Terjalin otomatis.

Dewasa ini warga kebanyakan klas menengah dan bawah yang mayoritas penduduk Indonesia, menahan keinginan memakai fesyen anyar serta design kontemporer. Sesuai kemampuan daya belinya terpaksa belanja monza saja untuk tampil merayakan Idulfitri atau Natal dan hari raya lainnya.

Presiden Jokowi tidak selayaknya geram terhadap kulakan monza kebutuhan massa luas itu yang obyektif di masa sekarang ini.

Masalah terpokok meningkatkan daya beli dengan materi kongkrit berada ditengah kita sekarang yang pasti dapat mengatasi faktor-faktor disebut diatas secara simultan dan hasilnya optimal.

Satu-satunya jalan keluar paling tepat ilmiah, dan cepat yakni sita semua uang korupsi yang dilakukan masing-masing oleh Soeharto, anak-anaknya, geng konglomeratnya, kroni aparaturnya serta asset para koruptor di era SBY, seperti mega korupsi Century, anak-anaknya dan para kroninya.

Tanpa mematahkan aktivitasas distribusi monza illegal, asalkan negara rampas kekayaan dan assetnya kembali memilikinya dari para koruptor itu, yang menata daya beli tinggi penduduk mayoritas maka akan merekayasa industri TPT dalam negeri pasti meningkat dan kokoh, selain itu monza akan lenyap dan pebisnisnya pasti beralih dagang pakaian gres olahan TPT dalam negeri.

Rampas kembali asset dan uang korupsi!

Bekasi, 23 Maret 2023.

* Penulis Toga Tambunan, pengamat sosial dan politik

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru