Selasa, 1 Juli 2025

BAKAL SEKELAS TEMASEK..! Prabowo: Kami Ingin Membuat Sovereign Wealth Fund RI Jauh Lebih Besar…

JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengatakan, pemerintah Indonesia ingin mendorong agar sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga keuangan pengelola dana abadi yang dimiliki Indonesia menjadi lebih besar. Hal itu ia sampaikan saat bertemu Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed al Nahyan (MBZ) di Abu Dhabi, UEA pada Sabtu (23/11/2024) waktu setempat.

Mula-mula, Presiden Prabowo mengundang UEA untuk aktif berpartisipasi dalam ekonomi Indonesia.

Ia kemudian mencontohkan saat UEA membantu pembentukan Indonesia Investmant Authority atau INA beberapa waktu lalu.

“Kita bisa bekerja di beberapa bidang, dan kami ingin mengundang UEA untuk aktif berpartisipasi dalam ekonomi kami. Sebagai contoh, kami terima kasih kami pernah dibantu dalam mendirikan sovereign wealth fund kami, yang sekarang , INA,” ujar Prabowo dilansir tayangan YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (24/11/2024).

“Tapi kami akan memperbesar ini, kami ingin membuat sovereign wealth fund kita (yang dimiliki RI) jauh lebih besar, dan kami juga ingin belajar dari pengalaman UEA,” tegasnya.

Presiden juga bilang, ada empat hal pokok yang ingin diprioritaskan dalam pemerintahannya mendatang. Yakni keamanan dan ketahanan pangan, ketahanan energi, industrialisasi dan hilirisasi.

“Prioritas saya dalam pemerintah yang saya pilih ke depan adalah pertama, untuk menjamin keamanan dan ketahanan pangan. Kedua, ketahanan energi. Dan selanjutnya untuk melaksanakan industrialisasi, processing dari semua bahan-bahan kita di Indonesia, supaya mendapat nilai tambah,” ungkap Prabowo.

“Ini berarti kita ingin melaksanakan industrialisasi yang sangat besar. Dalam hal ini kami melihat, baik UEA dan Indonesia punya kepentingan banyak yang sama,” lanjutnya.

Kepala Negara menyebut, Indonesia melihat Presiden MBZ sebagai pemimpin yang berhasil memajukan UEA. Sehingga Indonesia ingin belajar dan selalu berhubungan baik dengan UEA.

Diketahui, INA yang merupakan lembaga sovereign wealth fund Indonesia telah dibentuk pada 2021 lalu di bawah pemerintahan Presiden ke – 7 RI, Joko Widodo.

Sementara itu saat ini pemerintah juga membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Salah satu fungsi pembentukan Danantara ialah untuk menarik dan mengelola investasi, fungsi yang sebenarnya sama dengan INA.

Pihak BPI Danantara baru-baru ini buka suara terkait perbedaan fungsi badan dengan INA Wakil Kepala BP Danantara Kaharuddin

Djenod mengatakan, Danantara memiliki fungsi yang lebih luas dan komprehensif dari INA. Bukan hanya menghimpun dana investasi, Danantara juga akan mengelola dan mengoptimalkan dana investasi, serta mengkonsolidasikan aset-aset yang saat ini berada di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“(Danantara) ini INA yang di-expand, INA yang dibesarkan, INA yang dilengkapi. Jauh lebih besar,” kata Kaharuddin, ditemui di Gedung Danantara, Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Oleh karenanya, INA akan menjadi salah satu dari lembaga keuangan yang bakal bergabung ke dalam Danantara.

Lebih lanjut Kaharuddin bilang, ide konsolidasi penggabungan perusahaan pelat merah dengan lembaga investasi ke dalam satu badan muncul dengan melihat dua entitas investasi Singapura, GIC dan Temasek.

“Temasek dengan GIC itu digabungkan menjadi satu bentuk besar, raksasa yang dinamakan Danantara, di mana ide ini adalah ide Presiden (Prabowo) langsung,” tutur Kaharuddin.

Adapun saat ini, Danantara mulai melakukan pertemuan dengan perusahaan-perusahaan pelat merah yang bakal menjadi bagian dari Danantara.

Danantara Sebagai Sovereign Wealth Fund

Sebagaii informasi, berdasarkan dokumen profil Danantara yang diterima media, pada tahap awal beroperasi, lembaga tersebut bakal menaungi 7 perusahaan pelat merah. Terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan Mining Industry Indonesia (MIND ID), BUMN Holding Industri Pertambangan.

Ketujuhnya dipilih merupakan BUMN dengan kepemilikan aset terbesar dari total 47 BUMN yang ada saat ini.

Dengan membawahi 7 BUMN besar dan INA, aset kelolaan Danantara pun ditaksir mencapai Rp 600 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9.480 triliun (asumsi kurs Rp 15.800 per dollar AS). Hal ini sekaligus menjadikan Danantara sebagai SWF ke-4 terbesar di dunia.

Danantara Bakal Sekelas Temasek

Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sedang mempersiapkan manajemen untuk Badan Pengelola (BP) Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), salah satunya menyiapkam gedung perkantorannya.

Menurut Erick Thohir, badan yang digadang-gadang bakal menjadi super holding BUMN itu akan berkantor di salah satu aset milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Erick mengaku sudah melakukan pertemuan dengan pihak Danantara.

Meski tak menjelaskan dengan rinci, ia bilang, pertemuan itu salah satunya membahas penempatan kantor Danantara.

“Sudah (ketemu Danantara), karena nanti salah satu gedung yang dipergunakan oleh Danantara itu kan asetnya Bank Mandiri, buat kantornya,” ujar Erick saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, dikutip pada Sabtu (2/11/2024).

Saat ini Danantara sendiri dipimpin oleh Muliaman Darmansyah Hadad sebagai Kepala BP Investasi Danantara.

Danantara menjadi badan pengelola investasi di luar APBN, yang dalam jangka panjang direncanakan menjadi seperti Temasek, badan investasi global milik Singapura.

Sebelumnya, Tim Ekonomi Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Laode Masihu mengatakan, reformasi BUMN adalah salah satu prioritas pertama pemerintahan mendatang.

Laode mengatakan, agar lebih profesional dalam pengelolaan perusahaan pelat merah, Kementerian BUMN akan dibuat semirip mungkin dengan Temasek milik Singapura.

“Benchmark-nya banyak tapi yang paling dekat kayak Temasek. Kira-kira kayak Temasek seperti itu,” kata Laode dikutip dari Antara.

Sebagai informasi, Temasek adalah perusahaan holding yang berfokus pada investasi global yang dimiliki oleh pemerintah Singapura. Temasek didirikan pada tahun 1974 untuk mengelola aset dan investasi secara komersial.

Portofolio saham Temasek tak hanya di dalam negeri. Temasuk juga mengendalikan saham perusahaan-perusahaan di luar Singapura.

Sebagai contoh, di Indonesia, Temasek menjadi pemegang saham terbesar kedua di Telkomsel melalui Singapore Telecom Mobile TTE/Singtel .

Laode melanjutkan, Selain Temasek, Tim Ekonomi Prabowo juga akan mencontek apa yang dilakukan pemerintah China dalam mengelola BUMN.

“Ada juga yang di China kan sama juga mereka jadi profesional aja di situ dan fokusnya adalah ekonomi. Nah presiden terpilih (Prabowo), dia punya alam pikiran seperti itu. Jadi saya hanya menurunkan dalam bentuk data, dan kemudian dalam bentuk-bentuk program,” beber dia.

Transformasi Kementerian BUMN sendiri menjadi salah satu program untuk mendorong agar Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru