Sabtu, 25 Oktober 2025

RUPIAH MENGUAT NIH..! Pengamat: Indonesia Gabung BRICS, Bisa Lepas dari Pasar AS dan Eropa

JAKARTA – Lembaga riset ekonomi Center of Economics and Law Studies (Celios) menyebutkan bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS memberikan keuntungan baru khususnya dalam perluasan pasar.

Dilansir Antara, Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda mengatakan selama ini ekspor Indonesia masih bergantung dengan pasar-pasar tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Keanggotaan baru ini, menjadikan Indonesia bisa terlepas dari AS dan Eropa dan membuka peluang pasar baru.

“Bergabung dengan BRICS, akan memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk bisa lepas dari pasar tradisional seperti AS dan Eropa. Eropa pun sebenarnya sudah mulai gerah dengan kebijakan ekspor Indonesia di mana sering terlibat perselisihan dalam hal perdagangan global,” ujar Nailul, Selasa (7/1/2025).

Keuntungan Indonesia Menjadi Anggota BRICS Ia melanjutkan, Eropa saat ini mulai menjegal perdagangan luar negeri Indonesia, salah satunya adalah melalui hambatan European Deforestation Regulation (EUDR) terhadap komoditas kelapa sawit.

Presiden Prabowo Subianto kemudian menunjukkan keberpihakan terhadap petani sawit dan mempertimbangkan untuk mencari pasar lain di luar wilayah Eropa.

“Prabowo pun menunjukkan keberpihakannya kepada sawit lokal, saya rasa itu menjadi pertimbangan juga untuk mencari pasar alternatif,” katanya.

Nailul menjelaskan, pada dasarnya gerakan diplomasi Indonesia merupakan gerakan non blok, di mana tidak terafiliasi ke blok mana pun, baik BRICS atau OECD. Namun, pilihan koalisi politik dan ekonomi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Data menunjukkan, proporsi ekonomi negara BRICS mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pada 1990, proporsi ekonomi negara BRICS hanya 15,66 persen, sedangkan pada 2022, proporsinya mencapai 32 persen.

Anggota BRICS yang berdiri sejak 2009 tidak hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. BRICS kini memiliki semakin banyak anggota, usai 13 negara baru ditetapkan sebagai negara mitra pada Oktober 2024.

“Negara Timur Tengah sudah mulai masuk ke koalisi BRICS, hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk masuk ke pasar Timur Tengah. Jadi, sebenarnya keuntungan masuk BRICS cukup besar,” ucap Nailul.

Namun demikian, Nailul menyebut bahwa koalisi BRICS juga memunculkan risiko bentrokan kepentingan dengan Amerika Serikat, salah satunya terkait dengan fasilitas perdagangan dengan AS yang bisa dicabut atau bahkan dikurangi.

Menurutnya, akan ada potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China ketika Donald Trump sudah memegang kendali sebagai Presiden AS.

“Ada potensi ekonomi global akan melambat dan ber-impact pada negara koalisi. Memang saya rasa pilihan masuk ke BRICS lebih rasional ke depan walaupun juga ada risikonya dengan negara-negara OECD dan negara blok barat,” katanya.

Gabung BRICS, Rupiah Menguat

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi sikap Indonesia yang bergabung ke dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

“Pasar merespons positif bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok BRICS merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah global, khususnya di mata OECD (Organization for Economic Co-operation and Development),” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, dikutip dari Antara.

Menurut dia, keputusan Indonesia gabung BRICS justru akan meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata OECD yang selama ini seolah diposisikan tak setara dengan negara lain.

“Keanggotaan Indonesia di BRICS untuk membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, seperti teknologi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim. Ini merupakan langkah strategis untuk memperluas pengaruh dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional,” ungkap Ibrahim.

Fenomena dedolarisasi yang menjadi salah satu agenda BRICS dinilai akan terjadi secara alami seiring penurunan dominasi AS, digantikan kekuatan-kekuatan baru dari negara anggota BRICS.

Tren dedolarisasi disebut bakal lebih banyak terjadi dalam konteks perdagangan antar-anggota BRICS, seperti yang telah diterapkan China dan Rusia dengan menggunakan mata uang lokal untuk 90 persen transaksi ekspor-impor mereka. Namun, untuk menciptakan mata uang alternatif global atau sistem transfer pengganti SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), kemungkinan sangat sulit.

Penguatan kurs rupiah turut dipengaruhi rencana kebijakan tarif presiden terpilih AS Donald Trump yang akan lebih longgar. Sebelumnya, rencana pelonggaran kebijakan tarif dari Trump memberikan efek pelemahan terhadap indeks dollar AS hingga 1 persen. Setelah rencana tersebut dibantah, pelemahan indeks dollar AS berkurang menjadi 0,6 persen. Indeks dollar pada hari ini mencapai 108,6 dan obligasi AS sepuluh tahun sebesar 4,65 persen. Nilai tukar rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,34 persen menjadi Rp 16.143 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya sebesar Rp 16.198 per dollar AS pada akhir perdagangan Selasa.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turut menguat ke level Rp 16.169 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.193 per dollar AS. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru