JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan tinjauan ekspor Indonesia ke negara anggota BRICS. Ada lima negara dalam BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mencatat sepanjang tahun 2024, ekspor non-migas Indonesia ke lima negara tersebut mencapai US$ 84,37 miliar.
“Total nilai ekspor non-migas ke 5 negara ini memberikan kontribusi terhadap total ekspor non-migas Indonesia sebesar 33,91% di tahun 2024,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Rabu (15/1/2024).
Jika dirinci menurut negaranya, ekspor non-migas terbesar adalah ke China yang memberikan kontribusi 24,2%. Komoditas ekspor terbesarnya adalah besi dan baja senilai US$ 16,07 miliar.
“Ekspor non migas kedua terbesar ke 5 negara tersebut adalah India yang memberikan kontribusi sebesar 8,17% dari total ekspor non migas Indonesia. Dan komoditas utama ekspor Indonesia ke India adalah batubara dan CPO,” lanjutnya.
Amalia menuturkan, sementara nilai ekspor non migas yang masih kecil dengan Afrika Selatan. Sepanjang 2024, nilai ekspor non migas ke Afrika Selatan sebesar US$ 0,78 miliar.
“Komoditas utama yang diekspor adalah kelompok lemak dan minyak hewan nabati US$ 316,71 juta,” terangnya.
Lebih lanjut, untuk ekspor non migas ke Brasil tercatat US$ 1,7 miliar. Komoditas utama yang menyumbang ekspor itu yakni lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$ 476,51 juta.
Sementara ekspor non migas ke Rusia tercatat US$ 1,31 miliar. Komoditas utama yang diekspor adalah lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$ 733,9 juta.
Surplus US$ 31,04 Miliar
Kepada Bergelora.com di Jakarta dulaporkan, sepanjang Januari-Desember 2024, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus kumulatif mencapai US$ 31,04 miliar. Surplus ini menurun dibandingkan total surplus neraca perdagangan 2023. Penurunan ini didorong oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tahun 2024.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan jika dilihat lebih rinci neraca perdagangan nonmigas surplus US$ 51,44 miliar lebih rendah US$ 5,35 miliar dibanding tahun 2023. Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatatkan nilai defisit hingga US$ 20,40 miliar.
“Jika kita lihat menurut negara maka defisit migas terjadi dengan China US$ 11,41 miliar dan surplus terbesar adalah dengan AS sepanjang 2024,” kata Amalia, kata Amalia, dalam rilis BPS, Rabu (15/1/2025).
Indonesia mencapai US$ 16,68 miliar dengan AS, naik dibandingkan US$ 14,01 miliar pada 2023.
“Komoditas penyumbang surplus terbesar sepanjang 2024 terutama dengan AS didorong komoditas mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya pakaiannya dan aksesoris rajutan serta alas kaki,” kata Amalia.
Selain AS, neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus terhadap sejumlah negara, di antaranya yang terbesar adalah India dan Filipina. Surplus dengan kedua negara, yakni India US$ 13,39 miliar dan Filipina US$ 8,85 miliar.
Surplus neraca perdagangan dengan India, terbesar dari bahan bakar mineral atau HS 27, serta lemak dan minyak hewan nabati serta besi dan baja. Kemudian, surplus selanjutnya dengan Filipina yang disumbang bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya serta berbagai makanan olahan. (Calvin G. Eben-Haezer)

