JAKARTA – Perang 12 hari Israel dan Iran telah berakhir. Pemerintah Iran mengakui instalasi nuklir negaranya mengalami kerusakan parah akibat serangan yang dilancarkan Amerika Serikat dan Israel.
“Instalasi nuklir kami telah rusak parah, itu sudah pasti, karena telah diserang berulang kali oleh agresor Israel dan Amerika,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, dilansir CNN, Rabu (25/6/2025).
Pejabat Iran dan media pemerintah sempat membantah adanya kerusakan parah pada situs nuklir Iran. Baghaei mengatakan badan energi atom Iran sedang melakukan penilaian terhadap kerusakan yang menimpa fasilitas nuklir negaranya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya telah menepis laporan media-media AS tentang intelijen yang menemukan bahwa serangan AS terhadap Iran hanya memperlambat program nuklir Iran selama beberapa bulan saja. Trump bersikeras bahwa situs-situs nuklir Iran telah hancur akibat serangan tersebut.
“SITUS-SITUS NUKLIR DI IRAN HANCUR SEPENUHNYA!” tulis presiden AS tersebut di platform media sosial miliknya, Truth Social, dilansir dari kantor berita AFP.
Trump mengatakan bahwa media-media AS telah “merendahkan salah satu serangan militer paling sukses dalam sejarah.”
Pernyataannya itu disampaikan setelah laporan intelijen awal AS yang dirahasiakan menyimpulkan bahwa serangan Amerika terhadap Iran hanya memperlambat program nuklirnya beberapa bulan.
AS telah melancarkan serangan militer terhadap situs-situs nuklir Iran, beberapa hari setelah Israel meluncurkan serangan udara terhadap Republik Islam tersebut pada 13 Juni.
Trump kemudian mengumumkan bahwa pasukan militer Amerika telah menyerang situs-situs utama Iran, termasuk fasilitas nuklir bawah tanah di Fordow.
Media-media AS pada hari Selasa (24/6) mengutip orang-orang yang mengetahui temuan Badan Intelijen Pertahanan, yang mengatakan serangan Amerika tidak sepenuhnya menghilangkan cadangan uranium yang diperkaya milik Iran.
Simpamg Siur
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, analisis awal Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) menyebut bahwa serangan AS terhadap situs nuklir Iran tidak menghancurkan komponen inti program nuklirnya. Pernyataan tersebut tampaknya bertentangan dengan apa yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Serangan Amerika Serikat terhadap tiga lokasi nuklir utama Iran pada Minggu (22/6) lalu gagal menghancurkan fasilitas bawah tanah, menurut laporan Aljazeera (25/6/2025).
Serangan itu disebut hanya menunda program nuklir Teheran beberapa bulan.
Laporan DIA setebal lima halaman memperkirakan penundaan ini kurang dari enam bulan. Berdasarkan temuan awal, serangan AS memblokir pintu masuk ke dua fasilitas tersebut tetapi tidak meruntuhkan fasilitas bawah tanah.
Laporan DIA juga mengungkap bahwa badan AS meyakini persediaan uranium yang diperkaya Iran telah dipindahkan sebelum serangan, sehingga hanya menghancurkan sedikit bahan nuklir.
Gedung Putih membantah laporan tersebut Dilansir dari Kompas Global, Rabu (25/6/2025), Gedung Putih menolak kebenaran laporan tersebut, yang bahkan membuat Trump marah.
Sekretaris Pers Karoline Leavitt menyebut kebocoran itu sebagai upaya merendahkan Trump dan para pilot tempur yang menjalankan misi tersebut.
“Kebocoran penilaian yang dituduhkan ini merupakan upaya jelas untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk meluluhlantakkan program nuklir Iran,” tulis Leavitt dalam pernyataan di platform X.
Di platform media sosial Truth Social, Trump menanggapi pemberitaan yang dianggap bohong tersebut dengan kesal.
“Berita palsu CNN, bersama dengan New York Times yang gagal, telah bekerja sama dalam upaya untuk mengkerdilkan salah satu serangan militer paling berhasil dalam sejarah,” tulis Trump, Rabu (25/6/2025).
Sementara itu, Direktur CIA John Ratcliffe pada hari Rabu (26/6) mengeluarkan pernyataan yang juga membantah laporan DIA. Baca juga: Trump Marah, Laporan Intel Sebut AS Gagal Hancurkan Situs Nuklir Iran Ratcliffe mengatakan bahwa CIA tersebut telah memperoleh bukti kredibel yang menunjukkan program nuklir Iran telah rusak parah akibat serangan tertarget baru-baru ini.
“Ini termasuk informasi intelijen baru dari sumber/metode yang secara historis dapat diandalkan bahwa beberapa fasilitas nuklir utama Iran telah hancur dan harus dibangun kembali selama bertahun-tahun,” kata Ratcliffe, dikutip dari CNN (26/6/2025). (Web Warouw)