JAKARTA – Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo mengatakan, berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang baru dipetakan, jumlah orang miskin sebanyak 24 juta jiwa atau 8,57 persen dari total penduduk Indonesia.
“Yang miskin itu sekitar 24 juta atau 8,57 persen (dari total penduduk Indonesia),” kata Agus Jabo dikutip Bergelora.com di Jakarta, Jumat (27/6/2025).
Dia mengatakan bahwa indikator DTSEN untuk memetakan jumlah masyarakat miskin adalah pengeluaran per bulan per kapita sebesar Rp 600.000.
“Indikator yang kita pakai, mereka pengeluarannya per bulan per kapitanya itu Rp 600.000,” kata dia.
Selain 8,57 persen penduduk Indonesia tergolong miskin, ada pula persentase lain dari penduduk Indonesia yang tergolong miskin ekstrem.
“Yang ekstrem ya, itu sekitar 1,13 persen (dari total penduduk Indonesia) atau sekitar 3,57 juta jiwa. Itu mereka yang pengeluaran per kapita per bulannya itu Rp 400.000 ke bawah,” lanjut dia.
Dia mengatakan bahwa mantan Presiden Joko Widodo berhasil menurunkan jumlah kemiskinan sebesar 2 persen dalam 10 tahun pemerintahan.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto bercita-cita mampu menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia pada 2029 di bawah 5 persen.
“Tugas Kemensos terus memutahirkan data supaya penerima manfaat dan bansos tepat sasaran, tidak ada inclusion dan exclusion error,” ujarnya.
Wamensos menegaskan bahwa DTSEN bergerak sangat dinamis. Dia bilang, ada perubahan-perubahan data penerima Bansos untuk penyaluran bansos Triwulan 2 ini pada akhir Mei 2025.
“Ya, tentunya akan ada perubahan-perubahan (penerima bansos),” ujar dia.
Dia menegaskan, bagi yang namanya tidak masuk dalam desil 1 dan desil 2 sebagai syarat penerima bansos, mereka bisa melakukan usul/sanggah lewat aplikasi cek bansos.
“Kalau mau mengusulkan bisa lewat aplikasi namanya Cek Bansos. Itu bisa diakses oleh siapa saja,” jelas dia.
Sebelumnya, Kemensos mengumumkan akan meluncurkan bansos tahap II pada akhir Mei 2025. Penyaluran bansos kali ini akan mengacu pada DTSEN. (Enrico N. Abdielli)