Rabu, 16 Juli 2025

LAMPAUI TARGET NIH..! Ekonomi China Melesat Tumbuh 5,2% di Kuartal II-2025 

JAKARTA – Ekonomi China tumbuh melampaui target pada kuartal II-2025 sebesar 5%. Hal ini dapat mengurangi tekanan bagi para pembuat kebijakan untuk menggencarkan stimulus tambahan. Biro Statistik China melaporkan, Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2025.

Angka ini lebih tinggi dari perkiraan ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 5,1%, meski capaian ini masih melambat dibandingkan pertumbuhan 5,4% pada kuartal I-2025.

Pemerintah Xi Jinping Diuji Pertumbuhan penjualan ritel pada Juni juga mengalami perlambatan, hanya meningkat 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari kenaikan 6,4 % pada bulan Mei dan di bawah ekspektasi ekonom Reuters yang memproyeksikan kenaikan 5,4%.

Penjualan sektor katering hanya naik 0,9% terendah sejak Desember 2022 ketika negara itu masih berada di puncak pandemi Covid-19, menurut data dari Wind Information.

Sementara, output industri tercatat tumbuh sebesar 6,8% secara tahunan melampaui proyeksi median analis sebesar 5,7%. Investasi aset tetap hanya naik 2,8% selama paruh pertama tahun ini, lebih rendah dari perkiraan dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan 3,6%.

Penurunan investasi di sektor properti semakin dalam, turun 11,2% sepanjang semester pertama, dibandingkan penurunan 10,7% pada lima bulan pertama. Investasi di sektor infrastruktur dan manufaktur juga menunjukkan perlambatan.

Tingkat pengangguran di wilayah perkotaan tetap stabil di angka 5% pada Juni, setelah sebelumnya sempat mencapai titik tertinggi dalam dua tahun terakhir sebesar 5,4 persen pada bulan Februari.

“Meski pertumbuhan kemungkinan akan melambat pada paruh kedua tahun ini, target pemerintah sebesar 5% masih dapat tercapai,” ujar Tianchen Xu, ekonom senior di Economist Intelligence Unit, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (15/7).

Xu memperkirakan, pemerintah tidak akan mengumumkan stimulus tambahan dalam pertemuan Politbiro Partai Komunis akhir Juli ini. Menurut dia, Beijing bisa menunda peluncuran stimulus besar hingga September untuk memberikan dorongan terakhir jika momentum pertumbuhan mulai melemah.

Pada April lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif impor produk China hingga 145%, yang memicu respons dari Beijing dalam bentuk sejumlah langkah stimulus. Stimulus tersebut mencakup dukungan finansial bagi eksportir yang kesulitan mendapatkan pesanan subsidi bagi perusahaan yang merekrut lulusan baru serta perluasan program tukar tambah barang konsumsi guna meningkatkan permintaan domestik.

“Kita harus menyadari bahwa terdapat banyak faktor eksternal yang tidak stabil dan tidak pasti,” ujar Biro Statistik China dalam pernyataan resminya. Lembaga itu juga mencatat permintaan domestik masih belum memadai. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru