Rabu, 23 Juli 2025

KTT SCO 2025 NIH..! China Undang 30 Negara Bahas Dedolarisasi, Pastikan Langkah Global Akhiri Dominasi Dolar AS

JAKARTA – China mengundang sekitar 30 negara untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) 2025 akan membahas kebijakan perdagangan baru termasuk inisiatif dedolarisasi.

KTT SCO dijadwalkan berlangsung di Tianjin, China pada Minggu 31 Agustus 2025. Namun, China tidak merinci nama-nama 30 negara dan organisasi yang diundang ke KTT mendatang.

Kemungkinan besar mereka adalah negara-negara berkembang dengan pemikiran serupa yang ingin mendiversifikasi cadangan bank sentral mereka dengan emas dan mata uang lokal.

Tujuannya adalah untuk mengakhiri ketergantungan pada dolar AS dan memperkuat ekonomi mereka tanpa menggunakan USD.

China akan menjadi tuan rumah KTT SCO 2025 di Tianjin, yang akan dihadiri oleh negara-negara anggota, negara tamu, dan organisasi terkait.

Pemerintahan Xi Jinping telah menjadikan KTT ini sebagai pertemuan terbuka untuk semua pihak guna mempersiapkan pergeseran finansial yang akan datang. Dedolarisasi juga akan dibahas di KTT SCO, di mana China akan memulai kesepakatan perdagangan baru dalam mata uang lokal.

Dikutip dari Watcher Guru, China dalam dialog Walikota Global SCO baru-baru ini mengusulkan untuk meluncurkan platform perdagangan digital guna menghindari penggunaan dolar AS. Usulan ini bersifat konsensus, dan semua negara anggota harus menyetujui pengembangan tersebut.

Jika platform perdagangan digital baru diluncurkan setelah KTT SCO, hal ini dapat mempercepat proses dedolarisasi.

Selain dedolarisasi, 30 negara tersebut juga akan membahas transportasi, infrastruktur perkotaan, teknologi, investasi, hubungan budaya, dan pengembangan hijau.

SCO terdiri dari 10 negara anggota, di antaranya China, India, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Pakistan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, dan Iran.

China mengonfirmasi bulan ini bahwa mereka telah menyelesaikan 92% dari semua perdagangan dengan mitra SCO Rusia dalam mata uang lokal. Ini termasuk penyelesaian pembayaran dalam yuan China dan rubel Rusia. Sebab itu, dedolarisasi menjadi topik yang kuat di KTT SCO 2025, di mana China berencana untuk mendorong inisiatif ini kepada negara-negara lain.

Peran SCO

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Selasa (22/7) setelah 24 tahun berdiri, Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO) memainkan peran yang makin besar dalam mendorong perdamaian, keamanan, pembangunan, dan keharmonisan global demi kemakmuran bersama, kata seorang cendekiawan Kamboja pada Rabu (16/7).

Kin Phea, selaku direktur jenderal di Institut Hubungan Internasional Kamboja (International Relations Institute of Cambodia), sebuah lembaga di bawah naungan Akademi Kerajaan Kamboja (Royal Academy of Cambodia), mengatakan bahwa SCO telah berkembang dari sebuah mekanisme keamanan regional menjadi institusi multifaset yang mendorong kerja sama politik, ekonomi, dan budaya.

“Perjalanan SCO mencerminkan konsolidasi kelembagaan dan membangun kepercayaan di antara negara-negara anggotanya yang beragam, berlandaskan pada Semangat Shanghai (Shanghai Spirit),” ujar Phea kepada Xinhua.

Dia menambahkan bahwa prinsip-prinsip ini memungkinkan terjadinya dialog konstruktif meskipun terdapat perbedaan historis, etnis, dan strategis.

Phea mengatakan SCO kini berfungsi sebagai platform untuk stabilisasi regional dan keterlibatan multilateral.

“Kematangan institusionalnya meningkatkan koordinasi internal dan kemitraan eksternal, menjadikannya kian relevan dalam meningkatkan kerja sama regional, kepercayaan strategis, dan koeksistensi damai jangka panjang,” imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan Phea, SCO memainkan peran vital dalam keamanan regional dengan melembagakan kerangka kerja keamanan kooperatif melalui dialog politik dan inisiatif keamanan bersama.

Dia menambahkan bahwa Struktur Antiteroris Regional (Regional Anti-Terrorist Structure/RATS) telah meningkatkan pertukaran intelijen lintas perbatasan dan koordinasi operasional dalam memerangi terorisme, separatisme, dan ekstremisme.

“SCO juga berkontribusi bagi perdamaian global melalui pencegahan konflik, mediasi diplomatik, dan dukungan normatif untuk multilateralisme,” ujarnya.

Dengan menangani ancaman tradisional maupun nontradisional, SCO mendukung stabilitas regional dan memberikan model pragmatis untuk pembangunan perdamaian yang kolaboratif di tengah tatanan global yang terfragmentasi.

Sang cendekiawan mengatakan bahwa SCO memfasilitasi kerja sama Selatan-Selatan, mendukung pembangunan infrastruktur penting, dan menekankan pertumbuhan ekonomi inklusif, terutama bagi negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya.

SCO juga menangani tantangan transnasional, seperti terorisme, ancaman siber, dan perubahan iklim.

Phea mengatakan bahwa kerja sama ekonomi SCO memperoleh momentum strategis, yang sangat sesuai dengan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra untuk meningkatkan konektivitas antarkawasan dan pembangunan berkelanjutan. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru