YOGYAKARTA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulon Progo tengah menyelidiki kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di sejumlah sekolah di Kapanewon Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Investigasi awal mengarah pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang diduga menjadi sumber makanan yang dikonsumsi para korban secara serempak.
“Kalau ada satu kejadian dengan gejala yang sama dan jumlahnya banyak, itu masuk kategori luar biasa. Karena gejalanya muntah dan diare, maka yang kami cari pertama adalah makanan yang dikonsumsi korban,” kata Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami, dikutip Bergelora.com.di.Yogyakarta, Selasa (5/8).
Kasus mencuat setelah ratusan siswa dari SMP Negeri 3 Wates di Kalurahan Sogan dan SMP Muhammadiyah 2 Wates di Bendungan mengalami gejala muntah dan diare secara bersamaan mulai Rabu malam (30/7/2025) hingga Kamis siang.
Siswa Diduga Keracunan Paket MBG di Cianjur Jadi 165 Orang Artikel Kompas.id Per Jumat sore (1/8/2025),
Dinkes Kulon Progo mencatat penambahan kasus dari dua sekolah dasar, yakni SD di Kalurahan Triharjo dan SD di Sogan. Total siswa yang mengalami gangguan pencernaan kini mencapai sekitar 400 anak.
Tim laboratorium Dinkes telah mengumpulkan sejumlah sampel dari makanan, muntahan, hingga feses para korban. Seluruh sampel telah dikirim ke Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta pada Kamis (31/7/2025).
Hasil pemeriksaan laboratorium diperkirakan baru akan keluar dalam waktu dua minggu, karena menggunakan metode kultur untuk mendeteksi pertumbuhan bakteri.
“Hasil dari BLKK kurang lebih 2 minggu. Butuh waktu selama itu, karena metode yang dipakai adalah dengan cara kultur atau menumbuhkan kuman, di mana kuman atau bakteri dapat dilihat pertumbuhannya minimal dua minggu,” jelas Sri Budi melalui pesan singkat.
Jenis makanan yang diuji berasal dari SPPG, yakni nasi putih dan abon ayam, ayam lada hitam, tahu goreng krispi, sayur tumis, serta buah semangka—masing-masing tiga sampel.
Jika ditemukan jenis bakteri yang sama di makanan dan sampel biologis korban, maka dugaan bahwa makanan tersebut menjadi penyebab utama keracunan akan semakin kuat. (Hari Subagyo)